Liputan6.com, Jakarta - KH Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau Mbah Kholil Bangkalan adalah ulama besar Indonesia yang berasal dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Karenanya, di belakang namanya, ada nama Bangkalan.
Mbah Kholil juga dikenal dengan sebutan Syaikhona Kholil Bangkalan. Penyebutan syaikhona di depan namanya merupakan bentuk penghormatan karena beliau adalah guru dari para ulama tanah air.
Mbah Kholil dikenal sebagai sosok wali yang memiliki karomah luar biasa. Suatu hari, Mbah Kholil diundang untuk menghadiri sebuah acara yang diadakan di sebuah gedung besar.
Advertisement
Lokasi acara tersebut cukup jauh dari kediaman Mbah Kholil di Bangkalan, namun hal itu tidak menghalangi Mbah Kholil untuk hadir tepat waktu.
Pada hari yang telah ditentukan, para tamu undangan mulai berdatangan ke acara tersebut. Mereka ditempatkan di dalam gedung besar yang telah disiapkan oleh panitia.
Namun, meskipun para tamu sudah mulai berkumpul, acara belum juga dimulai. Para hadirin mulai merasa bingung dan bertanya-tanya mengapa acara belum dimulai, meski waktu sudah berlalu cukup lama.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Kisah Gedung Miring hanya dengan Satu Kaki Mbah Kholil
Dikutip dari kanal YouTube @karomahislam pada Sabtu (24/08/3034), suasana di dalam gedung semakin riuh karena tidak sabar. Salah seorang tamu undangan yang tidak sabar berdiri dan bertanya dengan nada keras, "Siapa yang ditunggu-tunggu?"
Orang di sampingnya menjawab bahwa mereka menunggu seseorang yang sangat penting, namun tamu tersebut kembali bertanya dengan nada angkuh, "Siapa dia? Mengapa acara tidak kunjung dimulai?"
Tiba-tiba, Mbah Kholil muncul dengan menaiki dokar, memasuki gedung tersebut dan mengucapkan salam. Saat Mbah Kholil menginjakkan satu kakinya di lantai gedung, sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Gedung besar tersebut tiba-tiba miring. Para tamu yang berada di dalam gedung terkejut dan kebingungan, tidak ada satu pun dari mereka yang berani menatap wajah Mbah Kholil.
Laki-laki yang tadi bersikap angkuh pun terlihat pucat. Ia tak menyangka bahwa orang yang ditunggu-tunggu ternyata adalah Mbah Kholil, seorang ulama yang dikenal memiliki karomah luar biasa.
Setelah melihat keajaiban tersebut, laki-laki itu segera meminta maaf kepada Mbah Kholil atas sikapnya yang tidak sopan.
Advertisement
Mbah Kholil Memaafkan Tamu Itu
Mbah Kholil dengan penuh kebijaksanaan memaafkan tamu tersebut. Kemudian, Mbah Kholil menginjakkan kakinya yang lain ke lantai gedung, dan secara ajaib, gedung yang sebelumnya miring itu kembali seperti semula.
Semua orang yang hadir menyaksikan kejadian tersebut dengan penuh rasa kagum dan takjub terhadap karomah Mbah Kholil.
Kisah ini menjadi bukti nyata betapa besar kekuasaan Allah yang dianugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang shaleh. Mbah Kholil, dengan segala kerendahan hatinya, tidak pernah memamerkan karomahnya, namun dalam situasi tertentu, keajaiban tersebut ditunjukkan sebagai peringatan bagi mereka yang bersikap sombong.
Dalam kitab Risalatul Latif karangan KH Fakhrillah, kisah ini dicatat sebagai salah satu dari banyak karomah yang dimiliki oleh Mbah Kholil.
Mbah Kholiul adalah sosok yang dikenal tidak hanya karena ilmunya yang luas, tetapi juga karena kedekatannya dengan Allah SWT yang membuatnya dianugerahi berbagai keajaiban.
Para tamu undangan yang hadir dalam acara tersebut akhirnya menyadari bahwa mereka telah menyaksikan sesuatu yang luar biasa.
Kejadian tersebut membuat mereka semakin menghormati dan mengagumi Mbah Kholil, seorang ulama besar yang tidak hanya memiliki ilmu yang tinggi, tetapi juga karamah yang menakjubkan.
Kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya rendah hati dan tidak meremehkan orang lain. Mbah Kholil Bangkalan menjadi teladan bagi banyak orang, bahwa seorang ulama sejati tidak hanya dihormati karena ilmunya, tetapi juga karena kepribadian dan kedekatannya dengan Sang Pencipta.
Dengan karomah yang dimilikinya, Mbah Kholil Bangkalan menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukanlah milik manusia, melainkan anugerah dari Allah SWT.
Kisah ini juga mengajarkan kita untuk selalu menghormati sesama, terutama mereka yang memiliki kedekatan dengan Tuhan, karena di balik penampilan sederhana mereka, tersimpan kekuatan yang luar biasa.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul