Kunci agar Terhindar dari Dosa Zina, Buat Kamu yang Belum Menikah

Bagi seseorang yang belum mampu menuju jenjang pernikahan, istiqamah dalam kesendirian sangat diperlukan agar tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh Allah SWT.

oleh Putry Damayanty diperbarui 09 Sep 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2024, 16:30 WIB
Ajang untuk Mengevaluasi Diri
Ilustrasi Muslimah Credit: shutterstock.com

Liputan6.com, Jakarta - Nafsu merupakan salah satu bagian yang telah melekat dan tidak dapat hilang dalam diri manusia. Hal tersebutlah yang membedakan antara manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya. 

Salah satu bentuk dari terpedayanya oleh nafsu, seseorang akan mudah untuk menjalin hubungan yang tidak diakui dalam agama. Akhir-akhir ini, berpacaran menjadi sesuatu yang tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat.

Allah SWT telah melarang kita agar dapat menjauh diri dari kemaksiatan dan zina. Seperti yang tertuang dalam QS. Al-Isra ayat 32 yang artinya:

“Dan janganlah kamu mendekati zina. Dan sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Nafsu adalah sesuatu yang harus dikendalikan. Banyak dari golongan laki-laki maupun perempuan yang akhirnya terjerumus dalam perzinahan hanya untuk menyalurkan hasrat mereka. 

Lalu, bagaimanakah seharusnya tindakan seorang muslim agar senantiasa istiqamah dalam status kesendirian serta dapat terhindar dari perbuatan zina? Berikut beberapa tips istiqamah yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

1. Melaksanakan Puasa

Doa Berbuka Puasa Ganti (Qadha)
Ilustrasi Membaca Doa Berbuka Puasa Credit: shutterstock.com

Hakikatnya, berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar saja, tetapi juga sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan jiwa serta hawa nafsu. Hal tersebut, telah tertuang dalam sebuah hadist yang berbunyi:

“Wahai para pemuda! Barangsiapa yang sudah memiliki kemampuan (biologis maupun materi), maka menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu (menikah), maka hendaklah dia berpuasa karena hal itu menjadi benteng baginya”. (HR. Bukhari, no. 5066. Muslim, no. 1400.)

Dalam hadist di atas, dapat dimaknai bahwa, ketika seseorang belum mampu dalam menjalankan sunnah Rasul (menikah), maka alternatif yang dapat dilakukan adalah berpuasa. Dengan berpuasa, seseorang akan terlatih dalam mengendalikan diri sehingga hasrat untuk berpacaran tidak lagi menjadi sesuatu yang sangat diinginkan.

Ketika seorang muslim telah terbiasa untuk melaksanakan puasa, maka secara otomatis tubuhnya akan merespon berbagai bentuk permasalahan dengan lebih tenang dan ketika dihadapkan dengan suatu perkara yang melibatkan hawa nafsu, ia mampu melihat berbagai manfaat dan mudharat dari tindakannya. 

2. Menjaga Lingkungan Pergaulan

Silaturahmi
Ilustrasi Hubungan Tali Silaturahmi Credit: freepik.com

Di era modern saat ini, sebagai seorang muslim penting untuk dapat menjalin pergaulan yang sehat dan bertemu dengan orang-orang yang mengajak pada kebenaran dan tuntunan agama. Lingkungan pergaulan akan berpengaruh terhadap bagaimana seorang muslim bertindak. 

Seperti perumpamaan yang tercantum dalam hadits Rasulullah SAW:

“Perumpamaan teman yang baik dan yang jahat adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi, boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli daripadanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau busuk daripadanya."(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari hadis tersebut, apakah Islam memerintahkan untuk pilih-pilih teman? Pada dasarnya, Allah SWT tidak pernah membedakan antara satu ciptaan dengan ciptaan lainnya. Namun, dalam konteks pergaulan, tentu pengaruh lingkup pertemanan adalah sesuatu yang krusial terkhusus bagaimana tindakan buruk yang dilakukan. 

Lingkungan pergaulan yang sehat dan selalu mengingat akan kehadiran Allah, secara tidak langsung akan memberikan kontribusi dalam keinginan untuk menjauhi larangan berpacaran atau mendekati zina. Hal ini, dikarenakan pasti akan ada salah satu teman atau kelompok pertemanan tersebut yang akan memberikan nasihat sebelum seseorang terjerumus dalam kemaksiatan.  

3. Fokus Terhadap Potensi Diri

Ilustrasi Islami, muslimah, belajar hadis
Ilustrasi Islami, muslimah, belajar hadis. (Photo created by marymarkevich on www.freepik.com)

Alih-alih menghabiskan waktu dengan pertanyaan,  “siapakah gerangan yang akan menjadi pasangan kita kelak?”, mempersiapkan diri untuk menjemput takdir tersebut adalah sesuatu yang seharusnya menjadi fokus seorang muslim.

Tidak ada yang tahu takdir mana yang akan lebih dahulu datang, apakah jodoh atau kematian. Maka dari itu, sebagai seorang muslim, hendaknya dapat mengisi waktu tersebut pada hal-hal yang positif seperti mengembangkan potensi yang dimiliki. 

Dalam mengembangakan potensi diri, tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan pencapaian materi, tetapi juga mengarah kepada peningkatan keadaan spiritualitas baik hubungan dengan sesama manusia maupun dengan Allah.

Selain beberapa hal di atas, beberapa hal seperti berusaha untuk tidak berkhalwat dengan lawan jenis, melaksanakan ibadah yang diperintahkan Allah, menjaga pandangan, fokus akan diri sendiri dan melatih diri untuk tidak terlalu mengagumi lawan jenis menjadi hal kecil yang seringkali mengganggu keistiqamahan seorang muslim dalam kesendirian.

Perlu ditegaskan dalam diri setiap muslim, bahwa nafsu yang Allah anugerahkan pada setiap manusia, bukanlah hal yang di luar kendali kita, tetapi sesuatu yang sangat mampu untuk dapat dikendalikan sesuai dengan aturan-aturan yang telah Allah tetapkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya