Liputan6.com, Jakarta - Sering kita mendengar guyonan di kalangan santri mengenai rokok, yang seringkali menjadi bahan lelucon ringan dalam percakapan mereka. Guyonan ini sering mengandung unsur humor terkait kebiasaan merokok.
Dalam sebuah ceramah yang diunggah di kanal YouTube @ngaturjiwochannel, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha menyampaikan guyonan yang menarik mengenai rokok, khususnya di kalangan santri.
Ceramah ini disampaikan dengan nada santai, namun tetap membawa pesan tersirat tentang logika unik yang seringkali dipegang oleh perokok.
Advertisement
Gus Baha memulai dengan menegaskan bahwa ia tidak bermaksud menganjurkan santri untuk merokok. Namun, ia mengakui bahwa ada semacam logika yang dimiliki oleh perokok, terutama di kalangan santri.
“Saya bukan sarankan santri rokok, tapi orang rokok itu memang punya logikanya sendiri,” ujar Gus Baha sambil tertawa, mencairkan suasana di antara para pendengar.
Ia kemudian menyebut salah satu tokoh yang dikenal, yaitu Mbak Nafik Kajen, yang ternyata masih merupakan keturunan dari Mbah Mutamakin, seorang ulama terkenal.
Menurut Gus Baha, logika perokok sering kali tidak masuk akal bagi orang yang tidak merokok. Meski begitu, mereka tetap mempertahankan kebiasaan tersebut. “Kalau Mbah Nafik Kajen itu, ya, masih pernah Mbah saya juga. Karena Mbah Nafik juga turunan Mbah Mutamakin,” tambahnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Kocak soal Rokok Haram
Gus Baha menceritakan bahwa meskipun ada banyak pandangan yang menyatakan rokok itu haram, para perokok selalu memiliki cara tersendiri untuk membenarkan kebiasaan mereka.
“Hak (Gus Baha) rokok itu haram, tapi mereka, orang yang sudah lama merokok, itu nggak pernah kalah,” jelasnya dengan nada guyon.
Ia lalu membagikan cerita tentang salah satu kiai yang juga menggemari rokok. Menurut cerita Gus Baha, kiai tersebut memiliki logika yang unik mengenai rokok.
“Ada satu kiai lainnya, ini rokok dua. Bagi yang nggak ngerokok berarti membiarkan dua haram, tapi bagi yang merokok, berarti mengurangi satu haram,” ujar Gus Baha sambil tertawa, membuat para hadirin ikut terbahak-bahak.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha tidak hanya menertawakan kebiasaan merokok, tetapi juga menyoroti bagaimana budaya di kalangan santri terkadang menciptakan cara berpikir yang berbeda.
Ia tidak memaksa orang untuk berhenti merokok, tetapi dengan guyonan ini, Gus Baha secara halus memberikan sindiran bahwa kebiasaan merokok sebenarnya bisa dihindari.
Gus Baha kemudian melanjutkan, bahwa meskipun logika perokok sering kali terdengar aneh, ada rasa solidaritas di antara mereka.
Advertisement
Perokok Selalu Punya Alasan
Perokok, kata Gus Baha, selalu punya alasan untuk merokok bersama, baik itu karena stres, mencari inspirasi, atau hanya karena ingin bersosialisasi.
“Mereka punya cara sendiri untuk saling mengerti,” ujarnya.
Menurut Gus Baha, salah satu hal yang membuat kebiasaan merokok sulit dihentikan adalah karena adanya ikatan sosial di antara sesama perokok.
Ia menyebut bahwa sering kali santri atau kiai yang merokok akan merasa canggung jika berhenti tiba-tiba, karena rokok sudah menjadi bagian dari cara mereka berinteraksi.
Lebih lanjut, Gus Baha juga menyindir bagaimana rokok sering kali dianggap sebagai solusi untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan.
"Rokok itu katanya untuk mengurangi stres, tapi ya sebenarnya malah nambah masalah," candanya.
Namun, Gus Baha tetap tidak menyalahkan secara langsung para perokok, melainkan memberikan pemahaman dengan pendekatan yang lebih lembut.
Ceramah Gus Baha ini bukan hanya sekadar guyonan, tetapi juga mengandung pesan moral yang mendalam. Ia mengajak para pendengarnya untuk berpikir lebih kritis tentang kebiasaan yang sering kali dianggap biasa di masyarakat.
Melalui logika guyonan yang dibawakan, Gus Baha mencoba mengajak santri untuk tidak terjebak dalam kebiasaan yang tidak membawa manfaat.
Di akhir ceramah, Gus Baha menyimpulkan dengan pesan sederhana. "Jadi, bukan saya menyarankan santri untuk merokok, tapi kalau sudah tahu bahayanya, ya mending dihindari," katanya.
Meskipun disampaikan dengan nada canda, pesan ini jelas menekankan pentingnya menjaga kesehatan dan tidak terjebak dalam kebiasaan yang merugikan.
Dengan gaya khasnya yang humoris, Gus Baha berhasil membuat topik yang serius menjadi lebih ringan dan mudah diterima oleh para jamaahnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1