Orang Alim Suka Maksiat Atau Ahli Ibadah yang Bodoh, Mana yang Lebih Baik?

Ada orang alim yang seharusnya menjadi panutan, justru gemar bermaksiat. Sementara itu, ada pula ahli ibadah tapi tidak berilmu yang mengira ia pantas menjadi contoh. Sungguh keduanya termasuk golongan orang yang berbahaya dalam agama.

oleh Putry Damayanty diperbarui 23 Sep 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2024, 11:30 WIB
Aktivitas Muslim Kashmir di Bulan Suci Ramadan
Muslim Kashmir sedang berdoa selama bulan ramadan di sebuah tempat suci di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, 7 Mei 2019. Saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan menahan lapar, haus, dan hawa nafsu mulai fajar hingga senja. (AP/Mukhtar Khan)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang muslim diperintahkan untuk memiliki ilmu terlebih dahulu sebelum beramal. Jika sudah punya ilmu, hendaknya ia mengamalkannya.

Sebab, terkadang masih ada orang alim yang gemar melakukan maksiat. Begitu pun sebaliknya, ada seorang ahli ibadah namun bodoh, yakni tidak didasari ilmu.

Hal ini, tentu sangat berbahaya karena akan menjadi contoh yang tidak baik bagi banyak orang. Maka, kedua golongan ini tidak pantas untuk dijadikan panutan.

Seharusnya orang berilmu dapat menggunakan ilmunya untuk beramal saleh. Begitu juga dengan ahli ibadah yang harus mendasarinya dengan ilmu.

Lalu, jika benar-benar harus memilih, mana yang sedikit lebih baik di antara keduanya? Berikut penjelasannya mengutip dari laman cahayaislam.id.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Orang Alim Suka Maksiat vs Orang Bodoh Ahli Ibadah

Tadarus Al-Qur’an Raksasa di Masjid Yaman
Pria Muslim mendengarkan ketika seorang anak membaca Al-qur'an pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Masjid Al-Kabir di kota tua Sanaa, ibu kota Yaman, 2 April 2022. Pada bulan Ramadhan umat muslim memanfaatkan waktu untuk memperbanyak ibadah dengan membaca Al Quran. (MOHAMMED HUWAIS/AFP)

Perlu kita ketahui bahwa dosa (maksiat) yang menimbulkan rasa butuh kepada rahmat Allah jauh lebih baik dibandingkan ketaatan yang menimbulkan kesombongan.

Sayyidi Abu Madyan mengatakan bahwa perasaan rendah diri dari seseorang yang melakukan maksiat lebih baik dibandingkan kesombongan seseorang yang taat.

Pasalnya, orang yang ahli ibadah tanpa bekal ilmu mudah terkena sifat ‘ujub. Padahal, ujub termasuk salah satu dosa yang sangat besar bahkan dapat menghapus amal kebaikan seseorang, meskipun ia ahli ibadah.

Namun, Allah juga membenci orang-orang yang melakukan maksiat. Biasanya, orang berilmu akan merasa bersalah jika melakukan dosa. Maka, ia pun akan lebih mudah bertaubat dan Allah mencintai orang-orang demikian.


Setan Takut pada Orang yang Berilmu

Ilustrasi muslim berzikir,berdoa
Ilustrasi muslim berzikir,berdoa. (Photo Copyright by Freepik)

Ada satu hadis yang mengisahkan Rasulullah mendatangi sebuah masjid dan melihat setan yang hendak masuk masjid untuk merusak sholat seseorang. Namun, setan takut pada seorang laki-laki yang sedang tidur.

Rasulullah yang heran pun bertanya kepada setan kenapa bisa demikian. Lalu, setan pun menjawab bahwa orang yang sedang melaksanakan sholat itu orang bodoh (tidak berilmu) sedangkan orang yang tengah tertidur adalah orang berilmu (alim).

Rasulullah juga pernah bersabda:

فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ

“Seorang yang berilmu lebih susah dihadapi setan dibanding seribu ahli ibadah.” 

Hal itu menunjukkan betapa tingginya derajat orang yang berilmu. Jadi, jika seseorang punya ilmu agama yang mumpuni tapi masih suka melakukan maksiat, maka sungguh rugi dirinya.

Oleh karena itu, agar ilmu seseorang menjadi berkah, hendaknya ia mengamalkan ilmunya. Mudah-mudahan Allah SWT menjauhkan kita semua dari kedua sifat ini.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya