Belajar Agama dari YouTube, Apakah Bisa Sambung Sanad dengan Guru? Ini Kata Buya Yahya

Salah satu jemaah muslimah Al Bahjah dari Pemalang mengakui suka mendengar ceramah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya lewat YouTube. Bahkan, ketika Buya Yahya membuka kitab yang jadi bahasannya, ia pun ikut memegang kitab yang sama.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 27 Sep 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2024, 03:30 WIB
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Tangkap layar YouTube Al Bahjah TV)

Liputan6.com, Jakarta - Belajar ilmu agama Islam di era sekarang cukup mudah. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, seorang muslim dapat menyimak kajian-kajian yang dipapakaran ustadz di YouTube.

Salah satu jemaah muslimah Al Bahjah dari Pemalang mengakui suka mendengar ceramah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya lewat YouTube. Bahkan, ketika Buya Yahya membuka kitab yang jadi bahasannya, ia pun ikut memegang kitab yang sama.

Namun yang jadi pertanyaan dia, apakah dengan betul-betul menyimak kajian Buya Yahya lewat YouTube dapat menyambungkan sanad keilmuannya? Apakah dia boleh menganggap Buya Yahya sebagai gurunya karena ia sering mendengar ceramah Pengasuh LPD Al Bahjah tersebut meski secara virtual?

Buya Yahya menjawab, semua orang yang mendengarkan ilmu dari orang lain selama dia benar-benar paham maka berhak untuk menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain. 

“Kaidahnya sederhana, sampaikanlah apa yang Anda paham dan mengerti, yang tidak paham dan mengerti jangan Anda sampaikan,” kata Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (26/9/2024).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Soal Sanad Keilmuan Guru

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Terkait sanad atau sandaran ilmu kepada seorang guru, Buya Yahay mengatakan bahwa sanad keilmuan dibagi menjadi beberapa martabat. Tentu saja martabat yang paling unggul adalah berhadapan langsung dengan guru alias talaqqi. 

“Itu pangkat tertinggi,” tutur Buya Yahya.

Martabat di bawahnya adalah orang yang belajar melalui perantara, misalnya lewat video yang diunggah di YouTube atau tulisan dalam bentuk buku.

Menurut Buya Yahya, sanad keilmuannya tersambung juga kepada guru tersebut. Dengan catatan, tetap harus menyaksikan langsung walau tidak banyak,

“Selanjutnya yang ibu lakukan termasuk cara belajar yang dibenarkan. Dengan catatan, setelah memilih gurunya, setelah Anda ketemu gurunya, Anda bisa belajar beberapa materi tersebut, lalu Anda baca-baca bukunya, itu tersambung juga,” papar Buya Yahya.

Adapun yang terkendala jarak, urusannya bukan lagi menghadirkan jasad bertemu guru, tapi urusan hati. “Siapapun dari kita kalau semakin kita terikat dengan guru maka ketahuilah Allah Yang Maha Tahu. Allah akan memberikan ilm-ilmu laduni, Allah akan memberikan sesuatu yang sifatnya maknawi,” jelasnya.

Kunci Sanad Terjaga kepada Guru

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Buya Yahya mengatakan, kuncinya adalah bagaimana seorang muslim tersambung kepada gurunya di mana pun dia berada. Seperti listrik, aliran listrik sebesar apapun kalau tidak sambungkan kabelnya, maka tidak akan menyala lampunya.

“Maka seorang murid semakin kuat ikatannya dengan seorang guru, maka secara otomatis Allah akan memberikan besar aliran-aliran ilmu nur kepadanya. Bahkan, bisa jadi yang didapatkan oleh murid lebih banyak daripada yang dimiliki seorang guru,” tutur Buya Yahya.

Kendati tidak masalah belajar secara virtual, tapi Buya Yahya mengimbau agar tetap memiliki seorang guru yang akan membimbingnya agar tidak tersesat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya