Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab dikenal dengan Gus Baha, selalu berhasil menarik perhatian jamaah pengajian dengan gaya ceramah yang unik dan penuh guyonan.
Salah satu topik yang pernah disampaikan Gus Baha adalah mengenai sikap seorang kiai terhadap santri yang tidak hadir di pengajian. Dalam gaya khasnya yang santai namun penuh makna, Gus Baha membahas bagaimana beberapa kiai bereaksi dengan kemarahan alias ngamuk ketika santri mereka tidak datang.
Dalam ceramahnya, Gus Baha mengaku sering melontarkan guyonan tentang dirinya sebagai kiai yang dianggap sukses.
Advertisement
"Kulo sering guyonan nek aku kiai paling sukses. Sing ngaji tak alem apik, sing ora ngaji tetep tak alem apik," ujarnya sambil tertawa.
Pernyataan ini menggambarkan bahwa Gus Baha tidak membedakan perlakuan terhadap santri yang hadir maupun yang tidak hadir di pengajian.
Guyonan tersebut diangkat dalam salah satu ceramah yang dikutip dari kanal YouTube @NgajiHidup123, di mana Gus Baha menceritakan sebuah kisah tentang kiai yang marah-marah karena santri-nya tidak hadir di pengajian.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Baha Beri Pengertian kepada Kiai yang Suka Ngamuk
Menurut Gus Baha, kiai tersebut merasa kecewa dan gusar ketika melihat banyak santri yang absen. Namun, Gus Baha justru memberikan perspektif yang berbeda.
Dalam guyonan tersebut, Gus Baha mengungkapkan bahwa ia pernah memberikan nasihat kepada kiai yang marah karena santri tidak hadir.
"Wonten kiai nek santrine ra teko ngaji ngamuk-ngamuk, marine tak kandani kulo," katanya.
Gus Baha melanjutkan, ia bahkan menyampaikan bahwa santri yang tidak hadir mungkin lebih benar daripada yang hadir. Hal ini tentu saja membuat sang kiai terkejut dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.
Dengan nada bercanda, Gus Baha menjelaskan, "Tak kandani, sing ra ngaji lewih bener timbang sing ngaji." Menurutnya, santri yang tidak hadir di pengajian mungkin sedang melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat.
Ia memberikan contoh bahwa santri yang absen mungkin sedang mengasuh anak-anak mereka atau membantu orang tua. "Koe ngaji ngongkon wong kon apik karo anake, apik karo bune," jelas Gus Baha.
Sementara itu, santri yang hadir di pengajian, lanjut Gus Baha, sedang mendengarkan ilmu yang pada dasarnya juga bertujuan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Saiki sing ngaji lagi ngemong anake dadi wis ngelakoni," ujarnya. Dengan kata lain, santri yang sedang tidak hadir mungkin sudah menerapkan ilmu yang mereka pelajari di pengajian dalam kehidupan nyata.
Gus Baha kemudian menambahkan bahwa santri yang hadir di pengajian pada dasarnya hanya mendengarkan ceramah tanpa menerapkan ilmunya secara langsung.
Advertisement
Yang Tidak Ngaji sedang Aplikasikan Ilmu dari Kiai
"Nak sing ngaji lagi ngrungokno pengajian, iki sedang mengaplikasikan ilmune," ujarnya.
Namun, santri yang absen justru mungkin sedang menjalankan praktik dari apa yang dipelajari sebelumnya.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa tujuan utama dalam Islam adalah menjauhkan diri dari maksiat. Oleh karena itu, tidak masalah jika santri tidak hadir selama mereka tetap menjalankan kebaikan.
"Terus lah yang dihindari Islam itu maksiat," tegas Gus Baha.
Menurutnya, absen dari pengajian tidak menjadi masalah selama santri tidak melakukan hal-hal yang buruk.
Namun, Gus Baha juga memberikan catatan bahwa absennya santri dari pengajian tetap harus dilihat dengan hati-hati. "Kecuali sing ora ngaji lagi demenan utowo main oplosan, kui ora bener," tambahnya.
Ia mengingatkan bahwa jika santri yang tidak hadir justru melakukan maksiat, maka hal tersebut tidak dapat dibenarkan.
Gus Baha menekankan bahwa kehadiran fisik di pengajian bukanlah satu-satunya ukuran kebaikan seseorang. Ia menutup guyonannya dengan menegaskan bahwa, "Yang tidak ngaji belum tentu lebih baik dari yang datang ke pengajian."
Pernyataan Gus Baha ini memperlihatkan bahwa yang terpenting adalah bagaimana seseorang menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan gaya khasnya, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan bahwa kehadiran di pengajian bukanlah satu-satunya ukuran keimanan.
Ceramah ini juga menyoroti betapa pentingnya untuk tetap bersikap baik kepada semua orang, baik yang hadir maupun tidak hadir di pengajian. Gus Baha mengingatkan agar tidak menghakimi orang hanya dari kehadiran mereka di majelis ilmu, melainkan dari bagaimana mereka mengamalkan ilmu tersebut.
Melalui guyonan ini, Gus Baha juga mengajak umat untuk selalu berpikir positif dan tidak mudah marah dalam menghadapi perbedaan. Pesannya yang ringan namun penuh makna menjadi inspirasi bagi banyak jamaah.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul