Menurut Gus Baha Keajaiban Tongkat Nabi Musa dan Nyamuk Setara, Pendekatan Absolutisme Allah SWT

Dalam penjelasannya, Gus Baha mengungkapkan bahwa sebenarnya ada banyak hal yang lebih luar biasa dari tongkat Nabi Musa, salah satunya adalah penciptaan organ-organ nyamuk yang sangat kompleks.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Okt 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2024, 14:30 WIB
Gus Baha tiktok
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, dalam salah satu ceramahnya memberikan penjelasan mendalam mengenai mukjizat Nabi Musa AS dan ciptaan Allah SWT lainnya yang dianggap sederhana, seperti nyamuk.

Gus Baha menyampaikan bahwa tongkat Nabi Musa yang mampu membelah lautan adalah sebuah keajaiban di luar kemampuan manusia, namun hal itu bukan satu-satunya bukti kekuasaan Allah SWT.

Dalam penjelasannya, Gus Baha mengungkapkan bahwa sebenarnya ada banyak hal yang lebih luar biasa dari tongkat Nabi Musa, salah satunya adalah penciptaan organ-organ nyamuk yang sangat kompleks.

Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang besar maupun yang kecil, pada dasarnya adalah bukti dari kekuasaan Allah SWT yang absolut.

Penjelasan Gus Baha ini dikutip dari sebuah tayangan video di kanal YouTube @Menikmatihalal, di mana ia membahas tentang bagaimana manusia sering kali terlalu fokus pada hal-hal yang spektakuler, padahal keajaiban Allah bisa ditemukan di mana saja, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sederhana seperti seekor nyamuk sekalipun.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Nyamuk dan Tongkat Musa Sama-sama Spektakuler

Aedes aegypti
Ilustrasi nyamuk. (Foto: Pexels/Pixabay)

Menurut Gus Baha, banyak orang yang terpesona dengan mukjizat Nabi Musa karena membelah lautan dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa. Namun, ia menekankan bahwa manusia sering kali lupa bahwa Allah SWT menciptakan makhluk sekecil nyamuk dengan organ-organ yang sangat rumit, yang juga merupakan bentuk mukjizat tersendiri.

Gus Baha menekankan bahwa perbedaan antara mukjizat tongkat Nabi Musa dan penciptaan nyamuk tidaklah signifikan jika dilihat dari perspektif pengakuan atas keabsolutan kekuasaan Allah.

Keduanya sama-sama merupakan bukti nyata bahwa tidak ada satu pun yang terjadi tanpa kehendak Allah SWT.

Ia juga menyampaikan bahwa umat Rasulullah Muhammad SAW tidak perlu menunggu keajaiban spektakuler seperti yang terjadi pada nabi-nabi terdahulu.

Menurut Gus Baha, cukup dengan menggunakan penalaran akal yang sehat, atau yang disebut basyiroh, manusia seharusnya sudah bisa memahami kebesaran Allah tanpa harus melihat keajaiban-keajaiban besar.

Dalam analoginya, Gus Baha menyinggung bagaimana banyak orang terlalu berharap pada keajaiban yang tiba-tiba terjadi, seperti sim salabim.

Penggunaan Akal Sehat sudah Cukup Mengakui Kekuasaan Allah SWT

nyamuk anopheles penyebar malaria
Nyamuk Image by Oberholster Venita from Pixabay

Padahal, memahami alam semesta dan segala komponennya dengan akal sehat juga sudah cukup untuk mengakui kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas.

Ia juga menyampaikan pentingnya umat Islam untuk menggunakan akal dalam memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Menurutnya, penalaran yang baik adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah, dibandingkan hanya menunggu terjadinya mukjizat-mukjizat besar yang tak selalu terlihat oleh semua orang.

Lebih jauh lagi, Gus Baha menjelaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, baik itu yang besar maupun kecil, adalah bagian dari qudrat Allah yang absolut.

Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh menganggap remeh keajaiban-keajaiban kecil yang ada di sekitar mereka.

Nyamuk, menurut Gus Baha, adalah contoh sempurna dari kebesaran Allah yang tersembunyi dalam hal-hal kecil. Jika manusia mampu merenungkan bagaimana Allah menciptakan makhluk sekecil nyamuk dengan organ-organ yang rumit, mereka seharusnya semakin yakin akan kebesaran-Nya.

Lebih lanjut, Gus Baha juga menekankan pentingnya menyadari bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa kehendak Allah. Setiap kejadian, baik yang tampak besar maupun kecil, adalah manifestasi dari kekuasaan Allah yang mutlak dan tidak terbatas.

Ia mengingatkan bahwa umat Rasulullah SAW seharusnya tidak perlu menunggu munculnya mukjizat-mukjizat spektakuler untuk menguatkan keimanan mereka. Dengan penalaran yang baik, manusia bisa memahami bahwa setiap kejadian di alam ini adalah tanda dari kebesaran Allah.

Gus Baha juga menyatakan bahwa memahami tanda-tanda kebesaran Allah dengan akal sehat adalah salah satu cara terbaik untuk memperkuat keimanan. Penalaran yang mendalam tentang ciptaan Allah akan membawa manusia pada pengakuan atas kekuasaan-Nya yang absolut.

Akhir dari ceramahnya, Gus Baha mengajak umat Islam untuk terus merenungkan keajaiban-keajaiban kecil yang ada di sekitar mereka, seperti nyamuk, dan menjadikannya sebagai pengingat akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Ini, menurut Gus Baha, adalah bentuk penalaran akal yang harus dikembangkan oleh setiap umat Rasulullah SAW.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya