Syekh Ali Jaber Kisahkan Pria Tua yang Menangis di Masjid Nabawi, Alasannya Bikin Merinding

Syekh Ali Jaber menceritakan peristiwa yang dialaminya ketika sedang duduk di shaf kedua Masjid Nabawi. Seorang pria tua berusia sekitar 80 tahun yang duduk di shaf yang sama terlihat menangis tanpa henti di antara waktu Maghrib dan Isya.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2024, 09:30 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2024, 09:30 WIB
Syekh Ali Jaber
Syekh Ali Jaber saat berdakwah. (Yayasan Syekh Ali Jaber via YouTube Syekh Ali Jaber)

Liputan6.com, Jakarta - Syekh Ali Jaber berbagi kisah mengharukan tentang seorang pria lanjut usia yang menangis di antara waktu setelah Maghrib dan Isya di Masjid Nabawi, Madinah.

Dalam ceritanya, Syekh Ali Jaber menyampaikan betapa dalamnya pengaruh ibadah dan keteguhan hati orang tua tersebut dalam menjaga kesuciannya selama puluhan tahun.

Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube @mochhisyamchannel, Syekh Ali Jaber menceritakan peristiwa yang dialaminya ketika sedang duduk di shaf kedua Masjid Nabawi.

Seorang pria tua berusia sekitar 80 tahun yang duduk di shaf yang sama terlihat menangis tanpa henti di antara waktu Maghrib dan Isya.

Melihat hal itu, Syekh Ali Jaber merasa penasaran dan tergerak untuk bertanya. "Saya melihat tangisan bapak ini sangat dalam, mungkin ada masalah besar yang sedang dihadapi," ungkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kehilangan Sholat di Shaf Pertama, Ini Alasannya

Suasana di Masjid Nabawi, Kota Madinah.
Suasana di Masjid Nabawi, Kota Madinah. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Namun, saat ditanya, pria tua tersebut hanya terus menangis dan menunjuk ke arah saf pertama di masjid.

Setelah shalat Isya, pria tua tersebut memanggil Syekh Ali dan akhirnya mengungkapkan alasan di balik tangisannya. Ternyata, pria tersebut telah menjaga ibadahnya di saf pertama selama 60 tahun tanpa pernah meninggalkannya satu kali pun.

Pada hari itu, untuk pertama kalinya ia kehilangan tempat di shaf pertama karena harus mengambil wudhu lagi.

Kisah tersebut membuat Syekh Ali Jaber tersentuh, mengingat bagaimana pria tua tersebut merasakan kesedihan yang mendalam hanya karena tidak bisa berada di saf pertama pada hari itu.

Bagi pria itu, menjaga keistiqamahan dalam ibadah adalah hal yang sangat penting, sehingga kehilangan momen tersebut menjadi pengalaman yang begitu menyedihkan.

Syekh Ali juga menjelaskan bahwa perasaan seperti itu lahir dari cinta yang besar kepada Allah dan kebiasaan yang terjaga selama puluhan tahun.

Pria tersebut merasa sangat terpukul karena, bagi dirinya, berada di shaf pertama adalah bagian dari ibadah yang sangat berarti.

Pria tua itu juga menambahkan bahwa selama enam dekade, ia selalu berusaha menjadi orang yang pertama kali hadir di masjid, memastikan tempatnya di saf terdepan. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk rasa syukur dan dedikasi kepada Allah.

Kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Syekh Ali Jaber menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam ibadah, apalagi di usia lanjut, di mana fisik tidak lagi sekuat saat muda. Namun, keteguhan hati untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah adalah sesuatu yang luar biasa dan patut diteladani.

Syekh Ali Jaber juga menyampaikan bahwa tangisan pria tersebut bukan hanya tentang kehilangan posisi di saf pertama, tetapi lebih kepada rasa kehilangan momen ibadah yang sudah menjadi bagian dari kehidupannya selama bertahun-tahun.

Tangisan tersebut mencerminkan betapa besar kecintaannya kepada Allah, sehingga hal kecil seperti batal wudhu dan tidak bisa kembali ke saf pertama menjadi hal yang sangat mengganggu bagi dirinya. Itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga kualitas ibadah bagi seorang hamba yang benar-benar mencintai Tuhannya.

Keutamaan Sholat di Shaf Pertama

Malam 25 Ramadan, Ribuan Jamaah Khusyuk Menjemput Lailatul Qadar di Masjid Istiqlal
ilustrasi sholat berjamaah. (merdeka.com/Nanda F. Ibrahim)

Mengutip muslim.or.id, terdapat dalil-dali yang menunjukkan keutamaan shaf pertama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلأُوَلِ

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang shalat di shaf pertama.” (HR. Abu Dawud, shahih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إلاَّ أنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا

“Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang terdapat pada adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidaklah akan medapatkannya kecuali dengan diundi, niscaya pasti mereka akan mengundinya.“ (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan adanya keutamaan dan pahala khusus pada shaf pertama, dan bolehnya undian untuk mendapatkannya jika diperlukan.

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

خيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا ، وَشَرُّهَا آخِرُهَا ، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا ، وَشَرُّهَا أوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling jelek adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang paling belakang, dan yang paling jelek adalah yang paling depan.“ (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan shaf pertama bagi laki-laki. Hal ini juga menunjukkan bahwa amal itu bertingkat-tingat yang sekaligus juga menunjukkan bahwa pelaku amal bertingkat-tingkat.

Imam An Nawawi rahimahullah menjelasakan bahwa shaf yang jelek pada laki-laki maupun wanita artinya sedikit pahala dan keutamaanya, karena berada pada posisi yang semakin jauh dari yang diperintahkan syariat.

Adapun yang dimaksud dimaksud shaf pertama adalah shaf yang berada di belakang imam, baik orang itu datang ke masjid di awal waktu maupun datang belakangan. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa patokan shaf pertama adalah ditinjau dari awal kedatangannya ke masjid meskipun dia shalat di barisan belakang, maka ini tidak tepat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya