Kisah Wafatnya Abu Nawas dan Syair Terakhirnya yang Membuat Imam Syafi'i Menangis

Di akhir hayat Abu Nawas, Imam Syafi'i sempat tidak mau untuk mengurus jasadnya sebab kemaksiatan yang telah diperbuatnya. Namun, semua berubah ketika seseorang menemukan secarik kertas bertuliskan syair di kantong baju Abu Nawas.

oleh Putry Damayanty diperbarui 18 Nov 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2024, 20:30 WIB
Abu Nawas (SS: YT Juha Official)
Abu Nawas (SS: YT Juha Official)

Liputan6.com, Jakarta - Abu Nawas merupakan tokoh yang sangat terkenal dalam cerita 1001 Malam. Ia diceritakan sebagai sosok yang pintar, humoris, dan banyak akal.

Namun, Abu Nawas juga dikenal sebagai orang yang gemar berbuat maksiat. Dia seringkali minum khamer hingga mendapat julukan Penyair Khamer. Abu Nawas pernah membuat syair seperti ini:

"Biarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin ibadah Kita di sini saja, bersama para peminum khamer, dan saling menuangkan Tuhanmu tidak pernah berkata, Celakalah para pemabuk. Tapi Dia pernah berkata, Celakalah orang-orang yang sholat."

Namun siapa yang menyangka, di akhir hayatnya sang penyair itu justru jasadnya hampir tidak diurus.

Bahkan disebutkan dalam satu riwayat, ketika Abu Nawas meninggal dunia, Imam Syafi’i tidak mau mensholati jenazahnya sebab beliau tahu bagaimana kehidupan Abu Nawas sebelumnya. Berikut kisah selengkapnya mengutip dari NU Online.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Kisah Akhir Hidup Abu Nawas

Abu Nawas hidup di zaman Imam Syafi'i. Imam Syafi'i sempat tidak mau untuk mengurus jenazahnya, mulai dari memandikan, mengkafani, mensholati, hingga menguburkannya. 

Akan tetapi semuanya berubah ketika jasad Abu Nawas hendak dimandikan, di kantong bajunya ditemukan secarik kertas bertuliskan syair berikut ini:

"Wahai Tuhanku, dosa-dosaku terlalu besar dan banyak, tapi aku tahu bahwa ampunan-Mu lebih besar. Jika hanya orang baik yang boleh berharap kepada-Mu, kepada siapa pelaku maksiat akan berlindung dan memohon ampunan? Aku berdoa kepada-Mu, seperti yang Kau perintahkan, dengan segala kerendahan dan kehinaanku. Jika Kau tampik tanganku, lantas siapa yang memiliki kasih-sayang? Hanya harapan yang ada padaku ketika aku berhubungan dengan-Mu dan keindahan ampunan-Mu dan aku pasrah setelah ini.”

Setelah membaca syair tersebut, Imam Syafi’i menangis sejadi-jadinya. Dia langsung mensholati jenazah Abu Nawas bersama orang-orang yang hadir. 

Itulah bunyi syair terakhir yang ada pada karya Itiraf Abu Nawas. Syair tersebut begitu bermakna dan mahsyur di kalangan masyarakat hingga saat ini.

Lirik Itiraf, Syair Abu Nawas dan Terjemahannya

Ilustrasi pantun, puisi
Ilustrasi pantun, puisi. (Image by vecstock on Freepik)

إِلهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاَ

وَلاَ أَقوى عَلَى النّارِ الجَحِيم

Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي

فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم

Maka berilah aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ

فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فِي كُلِّ يَوْمٍ

وَذنْبِي زَائِدٌ كَيفَ احْتِمَالِي

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

َإلهي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ

مُقِرًّا بِالذنوبِ وَقَدْ دَعَاك

Wahai, Tuhanku! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu

َفَإِنْ تَغْفِرْ فَأنْتَ لِذاك أَهْلٌ

فَإنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاك

Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya