Liputan6.com, Cilacap - Syaikh Abdul Qadir al-Jilani merupakan waliyullah yang diberi julukan sulthanul awliya atau Rajanya para wali. Tentu saja, derajat agung dan mulia ini tak diperoleh dengan cara mudah.
Terdapat kisah menakjubkan dibalik penobatan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sebagai Rajanya para wali. Syaikh Abdul Qadir al-Jilani mendapatkan gelar tersebut sebab selain memiliki kedalaman ilmu agama, pancaran karomahnya yang sangat dirasakan oleh orang banyak dan murid-muridnya.
Advertisement
Meski demikian luhurnya gelar yang beliau sandang, rupanya Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sempat dibuat takjub oleh karomah wali perempuan yang ditemuinya.
Advertisement
Saking takjubnya, beliau mengintip maqam kewalian yang dimiliki wanita tadi.
Baca Juga
Seperti apa karomah yang dimiliki wali perempuan tersebut? Simak kisahnya sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @muhammadabdurohim9225, Selasa (17/12/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Thawaf dengan Satu Kaki
Suatu hari Syekh Abdul Qodir sedang berada di lingkungan Masjidil Haram. Beliau takjub melihat seorang wanita yang berthawaf mengelilingi ka'bah hanya dengan menggunakan satu kaki.
Setelah mukasyafah, beliau pun tahu kalau wanita ini adalah seorang waliyah atau wali perempuan.
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani pun mencoba melihat maqam atau kedudukan wanita ini. Namun dari makam pertama hingga maqam tertinggi yang ditempati beliau sendiri, tak satupun maqam wanita ini dilihat olehnya.
Beliau akhirnya beliau berdoa, “Ya Allah siapakah wanita ini yang tak dapat ku lihat maqam kewaliannya?”
Tiba-tiba sebuah suara petunjuk berkata, “Wahai Abdul Qadir, ikutilah wanita itu, bilang kau ingin mengetahui maqam kewaliannya.”
Advertisement
Rela Memotong Kakinya demi Anaknya
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani membuntuti wanita itu, beliau pun mengetahui bahwa ternyata wanita itu tidaklah buntung.
Sebenarnya wanita itu tengah menyusui anaknya hingga tertidur di pangkuannya. Karena tidak membawa anaknya terbangun wanita itu memutuskan atau memotong satu kakinya, lalu pergi berthawaf dengan satu kaki sedangkan kaki yang satunya bersama anaknya.
Setelah selesai thawaf wanita itu kembali ke tempat anaknya dan menyatukan lagi kakinya yang ia potong tadi.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul