Kemuliaan Bulan Rajab, Sejarah dan Amalan Rasulullah Menurut Mbah Moen

Menurut Mbah Moen, nur Nabi Muhammad SAW yang pertama kali muncul itu terjadi pada malam Jumat, tanggal 10 Rajab, ketika Sayyid Abdullah, ayah Nabi, bertemu dengan Siti Aminah

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Jan 2025, 09:30 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2025, 09:30 WIB
Maemoen Zubair
Maemoen Zubair atau dikenal Mbah Moen wafat di Makkah (Foto: nu.or.id).

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Rajab selalu dikenang sebagai salah satu bulan yang penuh berkah dan kemuliaan dalam kalender Islam. Sebagai bulan haram, bulan Rajab memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Muslim.

Salah satu tokoh yang sering memberikan penjelasan tentang bulan Rajab adalah Ulama kharismatik KH Maimoen Zubair, yang dikenal sebagai Mbah Moen. Menurutnya, kemuliaan bulan Rajab bukan semata-mata karena peristiwa Isra Mi’raj yang terjadi di bulan ini, melainkan karena kelahiran nur (cahaya) Nabi Muhammad SAW.

Dalam sebuah kesempatan, Mbah Moen menjelaskan bahwa yang menjadi sebab kemuliaan bulan Rajab adalah kelahiran nur Nabi Muhammad SAW. Menurut Mbah Moen, nur Nabi yang pertama kali muncul itu terjadi pada malam Jumat, tanggal 10 Rajab, ketika Sayyid Abdullah, ayah Nabi, bertemu dengan Siti Aminah. Kelahiran nur ini dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah umat Islam.

Mbah Moen mengungkapkan bahwa peristiwa tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hari yang lebih mulia dalam sejarah selain bulan Rajab. Sebab, Rajab adalah bulan yang menjadi awal mula dari lahirnya nur Nabi Muhammad SAW yang kemudian menerangi alam semesta.

"Kelahiran nur ini penting. Enggak ada hari yang mulia dibuat sejarah oleh Nabi Muhammad, kecuali bulan Rajab," kata Mbah Moen dalam tayangan video yang diikutip dari tayangan Youtube @PP Al-Anwarsarang.

Selain itu, Mbah Moen melanjutkan dengan menyebutkan bahwa kelahiran nur Nabi Muhammad SAW di bulan Rajab ini berlanjut dengan kedatangan ruh Nabi yang terjadi enam bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 10 Muharram. Nabi Muhammad SAW lahir ke dunia pada 12 Rabiul Awal, yang menjadi peringatan kelahiran Nabi yang dirayakan umat Islam hingga saat ini.

Mbah Moen menjelaskan bahwa meskipun Nabi Muhammad SAW hanya dilahirkan sekali secara fisik, tetapi kelahiran nur-nya di bulan Rajab adalah peristiwa yang terjadi dua kali. Sebab, kelahiran nur ini adalah tanda kebesaran dan kemuliaan yang tidak hanya dirasakan oleh Nabi, tetapi juga oleh seluruh umat manusia.

 

Sebab Rajab Dimuliakan

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-2, 18 Mei 2018
ilustrasi Ibadah di bulan Rajab. (Ilustrasi: AboutIslam.net)

"Bulan Rajab dimuliakan oleh Allah karena pada bulan ini permulaan segala hal dimulai dengan nur Nabi Muhammad. Sebab itu, Rajab ini dimuliakan," ungkap Mbah Moen. Sebagai bulan yang penuh berkah, Rajab tidak hanya menjadi waktu yang mulia karena kelahiran nur Nabi, tetapi juga karena peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di dalamnya, seperti Isra Mi’raj.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun Isra Mi’raj sering dikaitkan dengan kemuliaan bulan Rajab, Mbah Moen menegaskan bahwa kemuliaan bulan ini bukan hanya karena peristiwa tersebut. "Sekarang Nabi Muhammad di Isra Mi'raj-kan, tapi kemuliaan bulan Rajab ini bukan karena Isra Mi’raj, bulan Rajab ini memang bulan ini (mulia)," ujarnya.

Dengan demikian, bulan Rajab memiliki kemuliaannya sendiri yang tidak bergantung pada peristiwa tertentu. Mbah Moen menjelaskan bahwa bulan Rajab merupakan awal dari rangkaian bulan-bulan mulia yang berlanjut hingga bulan Muharram. "Jadi awalnya bulan yang mulia itu bulan Rajab. Disusun dengan bulan Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram," tambahnya.

Lebih lanjut, Mbah Moen menjelaskan bahwa bulan Rajab ini diikuti dengan bulan Sya'ban, Ramadhan, dan Syawal, yang semuanya memiliki keutamaan tersendiri. "Rajab ditambah Sya'ban, Ramadhan, Syawal. Jadi Kanjeng Nabi diutus membawa bulan mulia tiga ini," katanya. Tiga bulan ini, menurut Mbah Moen, sangat penting karena menghubungkan bulan Rajab dengan bulan-bulan haram lainnya.

Dengan demikian, bulan Rajab tidak hanya berdiri sendiri sebagai bulan yang mulia, tetapi juga terhubung dengan bulan-bulan lainnya yang semuanya memiliki keutamaan yang saling berhubungan. "Tiga bulan mulia yang berturut-turut ini menyambung antara Rajab dengan Dzulqa’dah," jelas Mbah Moen.

Karena kemuliaan bulan Rajab, Mbah Moen mendorong umat Islam untuk memuliakan bulan ini dengan berbagai amalan, salah satunya adalah dengan berpuasa. "Yang belum puasa ya besok harus puasa. Barangsiapa puasa sehari saja dijanjikan masuk surga, itulah mulianya bulan Rajab," ungkapnya. Puasa di bulan Rajab, meskipun tidak wajib, memiliki keutamaan yang sangat besar.

 

Puasa Sunnah di Bulan Rajab

tips puasa untuk anak
ilustrasi puasa di bulan Rajab. ©Ilustrasi dibuat AI

Mbah Moen juga menjelaskan bahwa puasa di bulan Rajab memberikan janji-janji istimewa bagi umat Islam yang melakukannya. "Barangsiapa yang berpuasa sehari saja di bulan Rajab kelak akan diberi minuman yang lebih manis dari madu, lebih putih dari susu, lebih wangi dari misik. Ini yang dinamakan minuman surga," ujarnya, mengutip hadis keutamaan puasa di bulan Rajab.

Namun, Mbah Moen mengingatkan bahwa untuk memperoleh surga, puasa di bulan Rajab harus dibarengi dengan ibadah lainnya, seperti berdzikir dan menjalin hubungan dengan para wali Allah. "Untuk bisa masuk surga tidak cukup hanya puasa di bulan Rajab. Harus dibarengi dengan ibadah-ibadah lainnya seperti berdzikir atau bisa dekat dengan para wali Allah," katanya, memberikan panduan agar umat Islam tidak hanya mengandalkan satu amalan.

Mbah Moen juga menekankan pentingnya keikhlasan dalam setiap amalan yang dilakukan, baik itu puasa, shalat, atau dzikir. "Amal yang diterima oleh Allah adalah amal yang dilakukan dengan niat ikhlas dan untuk mendapatkan ridha-Nya," ungkapnya. Keikhlasan dalam beribadah adalah salah satu kunci utama untuk memperoleh keberkahan di bulan Rajab dan bulan-bulan lainnya.

Membahas lebih lanjut tentang puasa di bulan Rajab, Mbah Moen menegaskan bahwa meskipun puasa di bulan ini sangat dianjurkan, tidak ada kewajiban yang harus dipaksakan. "Puasa di bulan Rajab adalah sunnah yang sangat dianjurkan, namun tidak wajib. Yang penting adalah niat dan kesungguhan dalam menjalankannya," katanya.

Seiring berjalannya waktu, umat Islam semakin dihimbau untuk menjaga kualitas ibadah mereka di bulan Rajab. Puasa di bulan ini menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan amal ibadah. "Semoga dengan berpuasa dan meningkatkan amal ibadah di bulan Rajab, kita dapat memperoleh keberkahan dan pahala yang berlipat ganda," pungkas Mbah Moen.

Sebagai penutup, Mbah Moen mengingatkan umat Islam untuk senantiasa memuliakan bulan Rajab dengan segala amalan yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, kita dapat meraih keberkahan yang luar biasa dan mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya