Hati-Hati.. Ahli Tahajud dan Puasa Bisa Saja Menjadi Ahli Neraka, Peringatan Buya Yahya

“Bisa jadi, mereka yang terlihat sebagai ahli ibadah justru menjadi ahli neraka,” tegas Buya Yahya. Hal ini, menurutnya, terjadi ketika ibadah yang dijalankan tidak disertai dengan niat yang ikhlas dan tidak mencerminkan akhlak yang mulia.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jan 2025, 02:00 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2025, 02:00 WIB
KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya)
Ulama kharismatik sekaligus Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya. (YouTube Al Bahjah TV)

Liputan6.com, Jakarta - Ahli ibadah seperti rajin sholat sunnah seperti tahajud dan puasa memang menjadi simbol ketaatan dalam Islam, tetapi tidak serta-merta menjadi jaminan seseorang terhindar dari neraka.

Dalam Islam, keikhlasan dan akhlak mulia adalah dua hal yang tak terpisahkan dari ibadah. Tanpa itu, amal kebaikan bisa kehilangan esensinya di hadapan Allah SWT.

KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da'wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Cirebon, memberikan penjelasan yang menohok tentang hal ini. Melalui sebuah video yang dikutip di kanal YouTube @doa_nasehat, Buya Yahya mengingatkan pentingnya memahami tujuan ibadah secara mendalam.

Dalam tayangan tersebut, Buya Yahya menyampaikan bahwa ada banyak orang yang rajin menjalankan ibadah sunnah seperti tahajud, puasa Senin-Kamis, bahkan umrah berulang kali, namun masih terjerumus dalam kebiasaan buruk. Mereka mungkin rajin beribadah, tetapi mulutnya tajam, suka menyebar fitnah, atau menyakiti perasaan orang lain.

“Bisa jadi, mereka yang terlihat sebagai ahli ibadah justru menjadi ahli neraka,” tegas Buya Yahya. Hal ini, menurutnya, terjadi ketika ibadah yang dijalankan tidak disertai dengan niat yang ikhlas dan tidak mencerminkan akhlak yang mulia.

Sebaliknya, Buya Yahya menjelaskan, orang yang ibadahnya hanya sekadar melaksanakan kewajiban dasar seperti sholat lima waktu, puasa Ramadhan, dan haji jika mampu, namun menjaga hubungan baik dengan sesama, lebih berpeluang masuk surga. “Surga tempatnya,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

Pernyataan tersebut menggambarkan betapa pentingnya menjaga hubungan antar-manusia sebagai bagian dari iman. Menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal, dapat menghapus pahala ibadah yang dilakukan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Malam Tahajud, Pagi Gunting Tetangga

cara sholat tahajud
Ilustrasi sholat tahajud ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa amal ibadah seseorang bukan hanya tentang kuantitas, tetapi kualitas. Seseorang yang melakukan ibadah rutin tetapi masih suka menggunjing, menyebar berita negatif, atau memendam iri hati, ibadahnya menjadi sia-sia.

“Malam-malam tahajud, paginya gunting tetangga,” ujar Buya Yahya sebagai gambaran untuk perilaku yang kontradiktif. Dalam konteks ini, “menggunting” adalah istilah untuk menyebarkan gosip atau fitnah terhadap orang lain.

Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa amalan seseorang yang paling utama adalah akhlak yang baik. Tidak ada gunanya ibadah jika hati seseorang dipenuhi sifat sombong, hasad, dan dengki.

Dalam Islam, hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) harus berjalan seiring dengan hubungan antar-manusia (hablum minannas). Ketika salah satu terabaikan, keimanan seseorang belumlah sempurna.

Buya Yahya menambahkan bahwa menjaga lidah adalah salah satu tantangan terbesar dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang terjebak dalam dosa lisan, meskipun rajin beribadah.

Begini Ahli Ibadah yang Jadi Ahli Neraka

7 Tempat Ini Dipercaya Sebagai Gerbang Neraka
Ilustrasi penghuni neraka.

“Ahli tahajud, ahli puasa, bahkan ahli umrah sekalipun, kalau suka menyakiti orang lain, bisa menjadi ahli neraka,” imbuhnya. Ungkapan ini menjadi pengingat betapa beratnya menjaga keseimbangan antara ibadah dan akhlak.

Buya Yahya juga menegaskan bahwa setiap manusia harus berusaha untuk menjadi baik kepada sesama, bukan hanya sekadar menjalankan ibadah ritual. Kebaikan hati dan tindakan nyata menjadi kunci utama dalam menggapai ridha Allah SWT.

Pernyataan ini mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat, terutama bagi mereka yang merasa bahwa ibadah sunnah sudah cukup untuk membawa ke surga. Nyatanya, tanpa akhlak yang baik, semua itu bisa berujung sia-sia.

Menurut Buya Yahya, ukuran surga atau neraka bukan semata-mata pada kuantitas ibadah, melainkan pada keikhlasan dan akhlak yang menyertai setiap amal perbuatan.

Dalam penutupnya, Buya Yahya mengingatkan agar setiap umat Islam senantiasa berhati-hati dengan sifat-sifat buruk yang bisa menghapus pahala ibadah. Semua orang diminta untuk terus introspeksi dan memperbaiki diri.

Ibadah, baik wajib maupun sunnah, tetap menjadi hal yang penting. Namun, akhlak mulia adalah pondasi yang harus menyertainya. Tanpa itu, ibadah yang dilakukan tidak akan membawa kebaikan bagi kehidupan dunia maupun akhirat.

Semoga pesan ini menjadi pengingat bagi semua, bahwa keimanan sejati bukan hanya tercermin dalam ritual, tetapi juga dalam perilaku sehari-hari terhadap sesama manusia.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya