Liputan6.com, Cilacap - Ulama muda asal Rembang Jawa Tengah yang terkenal dengan gaya ceramahnya yang santai tapi penuh makna yaitu KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) mengisahkan gurunya yakni, KH. Maemoen Zubeir (Mbah Moen).
Gus Baha menceritakan respons putra-putra Mbah Moen saat mengetahui Mbah Moen meninggal dunia.
Advertisement
“Ketika Mbah Moen wafat, hari Selasa tanggal 5 Dzulhijah itu saya masih ingat betul,” kata Gus Baha mengawalikisahnya dikutip dari tayangan YouTube Short @SholehOfficial036, Rabu (22/01/2025).
Advertisement
Baca Juga
Gus Baha mengisahkan bahwa saat wafatnya Mbah Moen, beliau sedang bersama putra-putra gurunya itu.
“Ketika itu saya di dalam, ada Gus Ubab, ada Gus Najih, ada Gus Kamil ada semua itu,” imbuhnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Putranya Terlihat Senang Padahal Ayahnya Wafat
Menurut Gus Baha ketika mengetahui Mbah Moen wafat, putra-putranya ini tidak terlihat sedih, justru sebaliknya mereka merasa senang.
“Mereka itu kelihatan masih tidak sadar kalau abahnya wafat, kelihatan senang,” ungkapnya.
Rasa senang yang terlihat dari raut muka putra-putra gurunya itu disebabkan karena keinginan Mbah Moen meninggal di hari Selasa dikabulkan oleh Allah SWT.
Sebab sebelumnya Mbah Moen pernah mengatakan keinginan tentang hari ketika beliau meninggal dunia, yakni hari Selasa atau Jumat.
“Senangnya itu karena mereka menyaksikan betapa yang diinginkan Mbah Moen ini kesampaian," paparnya.
“Beliau-beliau ini cerita, Nak kalau aku meninggal dunia hari Jumat berarti aku wali, tapi kalau meninggal dunia hari Selasa berarti aku orang alim,” ujarnya.
Advertisement
Ayah, Kakek dan Buyut Mbah Moen Meninggal Hari Selasa
Menukil NU Online, menurut Kiai Said, Mbah Moen pernah bercerita bahwa ayah, kakek, hingga buyutnya meninggal di hari Selasa. Oleh sebab itu, dirinya pun akan meninggal hari Selasa.
“Ayahku, mbahku, buyutku meninggal hari Selasa. Aku pun ingin hari Selasa,” ungkap Kiai Said menirukan ungkapan Mbah Moen.
Ternyata memang betul, Allah mengabulkan keinginan Mbah Moen tersebut. Ia meninggal dunia pada Selasa pukul 04.17 waktu Arab Saudi saat menjalankan ibadah haji di Makkah.
Mbah Moen, kiai berusia 91 tahun ini berangkat ke Tanah Suci Makkah pada Ahad 28 Juli. Meskipun usia sudah lanjut, hampir tiap musim haji, pengasuh pondok pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah ini melaksanakan rukun Islam kelimat tersebut.
Pada saat wafatnya Mbah Moen merupakan seorang mustasyar (penasihat) PBNU. Pada muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada 2015 lalu, ia merupakan salah seorang dari sembilan ulama ahlul halli wal aqdi yang menentukan pemimpin tertinggi di NU, yaitu rais aam.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul