Liputan6.com, Jakarta - Ramadan adalah bulan momentum meningkatkan dan memperbanyak ibadah. Pada bulan Ramadhan ini, ibadah yang dikerjakan seorang muslim akan diganjar dengan pahala yang berlipat ganda.
Pada dasarnya, ibadah-ibadah yang dilakukan di hari-hari biasa dapat diamalkan pada bulan Ramadhan. Misalnya, membaca Al-Qur’an, sedekah, atau sholat sunnah.
Advertisement
Salah satu sholat sunnah yang perlu ditingkatkan pengamalannya selama Ramadhan adalah Tahajud. Sayang jika waktu senggang setelah bangun tidur untuk sahur tidak dimanfaatkan dengan sholat Tahajud.
Advertisement
Baca Juga
Namun yang sering menjadi pertanyaan tahunan ialah soal pelaksanaan sholat Tahajud di bulan Ramadhan setelah Witir. Sebagaimana diketahui, sholat Witir biasanya dilakukan secara beruntun setelah sholat Tarawih.
Lantas, bolehkah jika sholat Tahajud dikerjakan setelah Witir? Simak berikut penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya mengatakan, muslim yang terbangun di malam hari boleh melaksanakan sholat Tahajud meski sudah sholat Witir sebelumnya. Kasus seperti ini sering disalahpahami oleh sebagian muslim yang mengira jika sudah Witir tidak boleh lagi melaksanakan sholat sunnah.
“Jangan seperti sebagian orang yang salah paham. Dipikir sholat Witir adalah sholat penutup dan kalau bangun malam gak boleh sholat lagi. Itu salah paham,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (28/2/2025).
“Jadi kalau Anda sudah Witir di awal waktu sebelum tidur kemudian tertidur dan bangun, boleh sholat (sunnah) sebanyak-banyaknya,” lanjutnya menegaskan.
Setelah itu, tidak ada lagi sholat Witir. Buya Yahya mengatakan bahwa sholat Witir hanya boleh dilakukan dalam satu waktu. Jika melaksanakan Witirnya di awal waktu, maka itu sudah cukup.
Berdasarkan penjelasan Buya Yahya, dapat disimpulkan bahwa sholat Tahajud boleh dilakukan meski sebelumnya sudah Witir. Sebagai panduan, berikut kami hadirkan tata cara dan niat sholat Tahajud.
Advertisement
Niat, Tata Cara, dan Doa Sholat Tahajud
Tata cara sholat tahajud tidak berbeda jauh dengan sholat-sholat sunnah lainnya, yaitu dua rakaat salam, diawali dengan niat, dan diakhiri dengan salam. Berikut adalah niat sholat Tahajud.
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Ushallî sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillâhi ta‘âlâ.
Artinya, “Aku menyengaja sholat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah ta’ala.”
Setelah sholat Tahajud, muslim dianjurkan membaca doanya. Berikut doa setelah sholat Tahajud.
اَللهم رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاءُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهم لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لآ اِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
Allâhumma rabbanâ lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta mâlikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haqq. Wa wa‘dukal haqq. Wa liqâ’uka haqq. Wa qauluka haqq. Wal jannatu haqq. Wan nâru haqq. Wan nabiyyûna haqq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haqq. Was sâ‘atu haqq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa ‘alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a‘lantu, wa mâ anta a‘lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.
Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad ﷺ itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”
Wallahu a'lam.
