Liputan6.com, Jakarta - Setiap kali bulan Ramadan tiba, banyak pertanyaan muncul seputar hukum menjual makanan di siang hari. Sebagian orang beranggapan bahwa menjual makanan saat orang lain sedang berpuasa Ramadhan adalah tindakan yang tidak pantas.
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa menjual makanan tetap boleh dilakukan, terutama jika pembelinya adalah orang-orang yang memang tidak wajib berpuasa.
Advertisement
Permasalahan ini sering kali menjadi perdebatan di masyarakat. Terutama bagi para pedagang makanan yang mengandalkan usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Advertisement
Pendakwah asal Cirebon, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya memberikan penjelasan tentang hukum menjual makanan di siang hari selama Ramadhan. Penjelasan ini dinukil dari tayangan video di kanal YouTube @chobixmesemtv4476.
Menurutnya, menjual makanan di siang hari bulan Ramadhan tidak otomatis menjadi sesuatu yang haram. Yang menjadi masalah adalah jika makanan tersebut dijual kepada orang yang sebenarnya wajib berpuasa.
Seseorang yang berpuasa wajib menahan diri dari makan dan minum sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika ada orang yang seharusnya berpuasa, tetapi malah membeli makanan, maka pedagang yang menjual kepadanya dianggap turut membantu dalam perbuatan yang tidak benar.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Bagaimana Menjual Makanan untuk Orang Wajib Berpuasa?
Namun, jika makanan yang dijual ditujukan bagi mereka yang memang tidak wajib berpuasa, seperti anak kecil, orang sakit, musafir, atau perempuan yang sedang haid, maka hal ini diperbolehkan.
Dalam Islam, setiap aturan memiliki kaidah yang jelas. Jika sesuatu bisa mengantarkan pada perbuatan dosa, maka sebaiknya dihindari. Oleh karena itu, pedagang perlu berhati-hati dalam menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh membeli dagangannya.
Realitanya, sulit bagi seorang pedagang untuk benar-benar memastikan apakah pembelinya memang termasuk golongan yang tidak wajib berpuasa. Bisa saja ada orang yang seharusnya berpuasa, tetapi berpura-pura sebagai musafir atau sedang sakit.
Dalam kondisi seperti ini, banyak ulama menyarankan agar pedagang lebih berhati-hati. Jika memungkinkan, sebaiknya makanan dijual dengan cara yang tidak terang-terangan di tempat umum.
Di beberapa daerah, pemerintah daerah bahkan mengeluarkan peraturan yang membatasi operasional warung makan di siang hari selama bulan Ramadan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kekhusyukan ibadah puasa bagi masyarakat Muslim.
Meski demikian, ada juga daerah yang tetap mengizinkan warung makan buka, dengan catatan harus menggunakan tirai atau tidak terlalu mencolok.
Keputusan untuk tetap berjualan atau tidak selama siang hari Ramadan pada akhirnya dikembalikan kepada masing-masing pedagang. Mereka harus memahami konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.
Advertisement
Selaian Menahan Lapar, Juga Disarankan untuk Menjaga Toleransi
Selain itu, para pedagang juga disarankan untuk tetap menghormati orang-orang yang menjalankan ibadah puasa. Misalnya, dengan tidak secara terang-terangan memamerkan makanan yang dijual.
Sebaliknya, bagi mereka yang tidak berpuasa karena alasan yang dibenarkan, juga dianjurkan untuk tetap menjaga etika. Tidak makan dan minum secara sembarangan di tempat umum adalah bentuk penghormatan kepada saudara Muslim yang sedang beribadah.
Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk saling menghormati dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Perbedaan kondisi seseorang dalam menjalankan ibadah harus disikapi dengan sikap bijak dan toleransi.
Pengasuh LPD Al Bhajah ini menyatakan, bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih diri untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Menjaga adab dalam berjualan dan menghormati orang yang berpuasa adalah bagian dari nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam.
Oleh karena itu, bagi para pedagang makanan yang ingin tetap berjualan di siang hari selama Ramadan, penting untuk memahami batasan dan etika yang berlaku.
Menjual makanan kepada orang yang tidak wajib berpuasa bukanlah dosa, tetapi perlu kebijaksanaan dalam menjalankannya agar tidak menjadi penyebab orang lain melanggar kewajiban berpuasa.
Dengan memahami hukum dan adab dalam berjualan, diharapkan setiap pedagang dapat tetap menjalankan usahanya tanpa mengganggu ibadah orang lain.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
