Siapa Bilang 'Guyon' Tindakan Mubah? Kata Gus Baha Guyonan Bisa Bernilai Ibadah

Menurut Gus Baha, banyak kiai yang menghabiskan waktu dengan guyon hingga larut malam. Bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga suasana hati tetap bahagia dan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat.

oleh Liputan6.com Diperbarui 04 Mar 2025, 04:30 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2025, 04:30 WIB
Gus Baha AI
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Guyon atau bercanda sering dianggap sebagai hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang menganggap guyonan hanyalah sesuatu yang netral, tidak mendatangkan pahala maupun dosa. Namun, dalam pandangan Islam, guyon bisa memiliki nilai lebih dari sekadar hiburan.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, memberikan pandangan menarik tentang guyon dalam Islam. Ulama kharismatik asal Rembang yang dikenal sebagai ahli tafsir ini menjelaskan bahwa guyon bukan sesuatu tindakan yang mubah, melainkan bisa bernilai ibadah.

Dalam suatu kesempatan, Gus Baha menjelaskan bahwa anggapan guyon tidak memiliki pahala atau dosa adalah pandangan yang kurang tepat. Menurutnya, selama seseorang guyon dengan teman-temannya, ia sedang meninggalkan perbuatan maksiat.

Hal ini menjadi poin penting dalam memahami guyon dari perspektif Islam. Jika seseorang meninggalkan maksiat, maka otomatis ia mendapatkan pahala. Dengan kata lain, guyon bersama teman-teman bisa menjadi sarana untuk meraih pahala, bukan sekadar hal yang netral.

Penjelasan ini menunjukkan bahwa dalam Islam, segala aktivitas yang membawa kebaikan dan menghindarkan seseorang dari dosa bisa bernilai ibadah. Tidak heran jika banyak ulama besar senang berguyon, seperti Gus Baha, Gus Dur, dan para kiai lainnya.

Untuk diketahui kata "guyon" dalam KBBI berarti bercanda. Kata "guyon" dapat digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam nama "Guyon Waton" yang berarti bercanda secara asal.

Pemikiran ini dirangkum dari salah satu ceramah yang disampaikan Gus Baha yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @suasvideos. Dalam video tersebut, Gus Baha menguraikan bagaimana guyon bisa membawa manfaat dalam kehidupan beragama.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Guyon Bisa Jadi Alat Dakwah

Geng Butterfly
ilustrasi bercanda sesama teman. [Instagram/anisarahma_12]... Selengkapnya

Menurutnya, banyak kiai yang menghabiskan waktu dengan guyon hingga larut malam. Bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga suasana hati tetap bahagia dan menghindari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Guyon dalam Islam tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga bisa menjadi bagian dari dakwah. Banyak kiai yang menggunakan guyonan untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Gus Baha juga menegaskan bahwa selama guyon tidak mengandung unsur kebohongan, penghinaan, atau menyakiti orang lain, maka itu adalah sesuatu yang baik. Bahkan, Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai sosok yang sesekali bergurau dengan para sahabatnya.

Dalam beberapa hadis, disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bercanda, tetapi selalu dengan kebenaran. Guyon yang dilakukan oleh Nabi tidak pernah mengandung kebohongan atau menyakiti perasaan orang lain.

Hal ini menjadi teladan bagi umat Islam dalam memahami batasan guyon yang diperbolehkan. Guyon yang baik adalah yang membawa manfaat, bukan yang mengandung unsur dosa atau menyinggung perasaan orang lain.

Dalam konteks sosial, guyon juga memiliki peran penting dalam mempererat hubungan antarindividu. Dengan guyon, suasana menjadi lebih cair, komunikasi lebih mudah, dan hubungan persaudaraan semakin erat.

Banyak pesantren di Indonesia yang membudayakan guyon sebagai bagian dari keseharian. Para santri sering guyon dengan sesama teman maupun dengan para kiai sebagai cara untuk menjaga keharmonisan dalam lingkungan pesantren.

Gus Baha juga menyebutkan bahwa guyon bisa menjadi bentuk ekspresi kegembiraan yang diperbolehkan dalam Islam. Islam tidak melarang seseorang untuk tertawa atau merasa bahagia, selama dilakukan dalam batas yang wajar.

Guyon jadi Obat Stres

Ilustrasi bekerja, bercanda bersama teman di kantor
Ilustrasi Bercanda bersama teman di kantor. (Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash)... Selengkapnya

Dalam kehidupan sehari-hari, guyon juga bisa menjadi cara untuk menghilangkan stres dan kelelahan. Orang yang terlalu serius dalam hidup tanpa sesekali berguyon justru bisa mengalami tekanan batin.

Namun, ada batasan yang harus diperhatikan dalam berguyon. Guyon yang mengandung kebohongan, menghina orang lain, atau menimbulkan permusuhan tidak dianjurkan dalam Islam.

Gus Baha menjelaskan bahwa guyon yang baik adalah yang membawa manfaat dan tidak merugikan orang lain. Jika guyon bisa membuat orang lain merasa nyaman dan bahagia, maka itu bisa menjadi ibadah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "guyon" berarti bercanda. Kata ini sering digunakan dalam berbagai konteks, termasuk dalam istilah "Guyon Waton," yang berarti bercanda asal-asalan.

Meskipun begitu, dalam pandangan Islam, guyon sebaiknya tetap memiliki nilai dan tidak dilakukan secara berlebihan. Guyon yang terlalu sering tanpa tujuan yang jelas bisa membuat seseorang lalai dari ibadah dan tanggung jawabnya.

Pada akhirnya, guyon bisa menjadi sesuatu yang bernilai ibadah jika dilakukan dengan cara yang benar. Sebaliknya, jika guyon dilakukan dengan cara yang salah, maka bisa membawa dampak negatif.

Sebagai umat Islam, memahami batasan dalam berguyon adalah hal yang penting. Dengan memahami konsep ini, seseorang bisa tetap bersenang-senang tanpa melupakan nilai-nilai agama.

Pandangan Gus Baha tentang guyon memberikan perspektif baru bahwa sesuatu yang sering dianggap remeh ternyata memiliki nilai lebih dalam Islam. Guyon bisa menjadi sarana untuk menjaga kebahagiaan, mempererat persaudaraan, dan bahkan mendapatkan pahala.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya