Menjelang Akhir Zaman: Inilah Ciri-ciri Imam Mahdi dan Tanda Kemunculannya

Mengenal lebih dekat sosok Imam Mahdi, pemimpin yang dinantikan kedatangannya di akhir zaman, melalui ciri-ciri fisik dan kepribadiannya, serta tanda-tanda kemunculannya berdasarkan hadis dan literatur Islam.

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 16 Mar 2025, 17:15 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 17:15 WIB
Ilustrasi Imam Mahdi
Ilustrasi Imam Mahdi. Photo by Juli Kusilapova on Unsplash... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, keyakinan akan kedatangan Imam Mahdi merupakan salah satu fenomena yang sangat dinantikan oleh umat Muslim. Ciri-ciri Imam Mahdi telah dijelaskan secara terperinci dalam berbagai hadits shahih yang diriwayatkan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Sosok yang akan muncul di akhir zaman ini digambarkan sebagai pemimpin yang akan membawa keadilan dan kedamaian setelah dunia dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan.

Memahami ciri-ciri Imam Mahdi menjadi sangat penting bagi umat Islam untuk menghindari kesalahpahaman dan klaim-klaim palsu yang mungkin muncul. Berbagai riwayat telah memberikan gambaran yang jelas tentang sifat fisik, akhlak, serta garis keturunan Imam Mahdi yang akan memudahkan kita untuk mengenalinya. Ciri-ciri Imam Mahdi yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW meliputi bentuk fisik, kepribadian, serta asal-usul keturunannya.

Tidak hanya ciri-ciri Imam Mahdi yang perlu dipahami, namun juga tanda-tanda yang akan menyertai kemunculannya. Berbagai fenomena alam dan sosial telah disebutkan sebagai penanda bahwa kedatangan Imam Mahdi semakin dekat. Dengan memahami ciri-ciri Imam Mahdi dan tanda kemunculannya, umat Islam dapat lebih waspada dan mempersiapkan diri untuk menyambut momen penting dalam sejarah Islam ini. Berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkapnya, pada Selasa (11/3).

Promosi 1

Ciri-ciri Fisik Imam Mahdi

Salah satu ciri fisik yang paling menonjol dari Imam Mahdi adalah bentuk wajahnya yang khas. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Hakim dari Abu Sa'id Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda:

الْمَهْدِيُّ مِنِّي أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الْأَنْفِ

"Imam Mahdi berasal dari keturunanku, memiliki dahi yang lebar dan hidung yang panjang serta mancung." (HR Abu Dawud dan Al-Hakim)

Ciri fisik ini menjadi penanda penting yang membedakan Imam Mahdi dari orang lain. Dahi yang lebar sering dikaitkan dengan kecerdasan dan kebijaksanaan, sementara hidung yang mancung menunjukkan ketegasan dan wibawa. Kedua karakteristik ini mencerminkan kualitas kepemimpinan yang akan dimiliki oleh Imam Mahdi saat memimpin umat menuju keadilan.

Selain bentuk wajah, warna kulit dan postur tubuh Imam Mahdi juga dijelaskan dalam hadits. Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat dari Hudzaifah RA yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim menjelaskan:

الْمَهْدِيُّ رَجُلٌ مِنْ وُلْدِي لَوْنُهُ لَوْنُ عَرَبِيٍّ وَجِسْمُهُ جِسْمُ إِسْرَائِيلِيٍّ

"Imam Mahdi adalah seorang lelaki dari keturunanku. Warna kulitnya seperti warna kulit orang Arab, dan fisiknya seperti fisik bani Israil." (HR Abu Nu'aim)

Hadits ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang penampilan fisik Imam Mahdi. Ia digambarkan memiliki kulit berwarna seperti orang Arab pada umumnya, yang cenderung kecoklatan atau sawo matang. Sementara postur tubuhnya disamakan dengan fisik bani Israil, yang umumnya digambarkan memiliki postur yang tegap dan tinggi.

Ciri-ciri fisik ini tentunya akan membantu umat Islam untuk mengenali sosok Imam Mahdi ketika waktu kemunculannya tiba. Namun, perlu diingat bahwa ciri fisik saja tidak cukup untuk mengidentifikasi seseorang sebagai Imam Mahdi, karena harus disertai dengan ciri-ciri lain yang telah disebutkan dalam hadits-hadits shahih.

 

Akhlak dan Kepribadian Imam Mahdi

Imam Mahdi bukan hanya dikenal melalui ciri fisiknya, tetapi juga melalui akhlak dan kepribadiannya yang mulia. Sosok Imam Mahdi digambarkan memiliki akhlak yang sangat mirip dengan Rasulullah SAW, meskipun secara fisik tidak serupa. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud:

الْمَهْدِيُّ يُشْبِهُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي خُلُقِهِ وَلَا يُشْبِهُهُ فِي خَلْقِهِ

"Imam Mahdi itu menyerupai Rasulullah SAW dalam hal budi pekertinya. Namun, ia tidak menyerupai beliau dalam rupa atau bentuk tubuhnya, yakni tidak serupa dalam sifat-sifat badaniyahnya." (HR Abu Daud)

Kesamaan akhlak dengan Rasulullah SAW menunjukkan bahwa Imam Mahdi akan menjadi pemimpin yang memiliki sifat-sifat terpuji seperti kejujuran, kebijaksanaan, kesabaran, kedermawanan, dan kasih sayang terhadap umatnya. Sifat-sifat ini yang akan memungkinkan Imam Mahdi menegakkan keadilan di muka bumi setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman.

Imam Mahdi juga digambarkan sebagai sosok yang saleh dan dibimbing langsung oleh Allah SWT. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:

الْمَهْدِيُّ مِنَّا أَهْلَ الْبَيْتِ يُصْلِحُهُ اللَّهُ فِي لَيْلَةٍ

"Al-Mahdi berasal dari keturunan kami, Ahlul Bait. Allah akan membimbingnya menjadi pribadi yang saleh dalam satu malam."

Hadits ini menunjukkan bahwa perubahan spiritual dan kematangan akhlak Imam Mahdi terjadi secara cepat atas kehendak Allah SWT. Proses ini menggambarkan betapa istimewanya sosok Imam Mahdi di sisi Allah, yang menjadikannya layak untuk memimpin umat manusia di akhir zaman.

Selain itu, Imam Mahdi juga akan menjadi pemimpin yang adil dalam mendistribusikan kekayaan. Ia akan membagikan harta secara merata kepada seluruh umat, tanpa pilih kasih atau mengutamakan kepentingan pribadi. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَرْضَى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ الْأَرْضِ يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا

"Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)...." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Kepribadian dan akhlak Imam Mahdi yang luhur ini akan menjadi faktor penting yang menyatukan umat Islam di bawah kepemimpinannya. Kombinasi antara ketegasan dan kasih sayang akan menjadikannya pemimpin yang dicintai oleh seluruh umat manusia.

 

Asal-usul dan Garis Keturunan Imam Mahdi

Salah satu ciri penting yang membedakan Imam Mahdi dari tokoh-tokoh lain adalah asal-usul dan garis keturunannya. Berbagai hadits shahih telah menegaskan bahwa Imam Mahdi akan berasal dari keturunan Rasulullah SAW, lebih spesifiknya dari keturunan Fatimah binti Muhammad SAW. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:

الْمَهْدِيُّ مِنْ عِتْرَتِي مِنْ وُلْدِ فَاطِمَةَ

"Imam Mahdi berasal dari keluargaku, dari anak Fatimah." (HR Abu Dawud)

Garis keturunan ini menjadi sangat penting karena menegaskan hubungan darah antara Imam Mahdi dengan Rasulullah SAW. Sebagai keturunan langsung dari Ahlul Bait, Imam Mahdi akan mewarisi keberkahan dan keutamaan yang telah Allah SWT berikan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW.

Selain berasal dari keturunan Fatimah RA, Imam Mahdi juga akan memiliki nama yang sama dengan nama Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمْلِكَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي

"Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum seorang lelaki dari Ahlul Baitku memimpin. Namanya sama dengan namaku." (HR Ahmad)

Hadits ini menegaskan bahwa nama Imam Mahdi akan sama dengan nama Rasulullah SAW, yaitu Muhammad. Kesamaan nama ini bukanlah kebetulan, melainkan merupakan tanda khusus yang mempertegas identitas Imam Mahdi sebagai penerus perjuangan Rasulullah SAW di akhir zaman.

Asal-usul dari keturunan Rasulullah SAW dan kesamaan nama ini juga mengindikasikan bahwa Imam Mahdi akan melanjutkan misi dakwah yang telah dimulai oleh Rasulullah SAW. Ia akan menegakkan kembali syariat Islam yang mungkin telah mengalami kemunduran atau penyimpangan, serta mempersatukan umat Islam yang terpecah-belah.

Dengan memahami asal-usul dan garis keturunan Imam Mahdi, umat Islam dapat terhindar dari klaim-klaim palsu yang mungkin muncul. Setiap orang yang mengaku sebagai Imam Mahdi namun tidak memenuhi kriteria ini jelas bukan Imam Mahdi yang dijanjikan dalam hadits-hadits shahih.

 

Tanda-tanda Sebelum Kemunculan Imam Mahdi

Kemunculan Imam Mahdi akan didahului oleh berbagai tanda yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits shahih. Tanda-tanda ini menjadi petunjuk bagi umat Islam bahwa kedatangan Imam Mahdi semakin dekat. Salah satu tanda penting adalah wafatnya seorang khalifah yang disusul dengan timbulnya perselisihan di Jazirah Arab, sebagaimana diriwayatkan oleh Ummu Salamah RA.

يَكُونُ اخْتِلَافٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ ... ثُمَّ يُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ

"Akan terjadi perselisihan saat wafatnya seorang khalifah maka keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah melarikan diri ke Makkah... Kemudian dikirim lagi pasukan dari Syam dan dibinasakan oleh Allah di antara Makkah dan Madinah. Ketika manusia melihat hal itu maka ia didatangi oleh pemuka-pemuka negeri Syam dan Irak untuk membaiatnya." (HR Abu Dawud)

Hadits ini menggambarkan situasi politik yang kacau sebelum kemunculan Imam Mahdi. Konflik dan perselisihan akan melanda Jazirah Arab, yang kemudian mendorong seseorang (yang kemudian diketahui sebagai Imam Mahdi) untuk melarikan diri dari Madinah ke Makkah. Peristiwa supernatural berupa dibinasakannya pasukan dari Syam di antara Makkah dan Madinah akan menjadi bukti keistimewaan Imam Mahdi, sehingga para pemuka dari Syam dan Irak akan membaiatnya sebagai pemimpin.

Tanda lain yang akan mendahului kemunculan Imam Mahdi adalah menyebarnya konflik, peperangan, dan bencana alam seperti gempa bumi. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda:

أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلَازِلَ فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا

"Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan. Dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezaliman." (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Hadits ini menjelaskan bahwa Imam Mahdi akan muncul pada saat dunia sedang dalam kondisi chaos, dipenuhi dengan konflik dan bencana. Kondisi ini mencerminkan kebobrokan moral dan spiritual manusia yang telah menyimpang dari ajaran agama, sehingga menghasilkan kezaliman dan ketidakadilan di muka bumi. Kemunculan Imam Mahdi akan menjadi titik balik yang mengubah keadaan ini menjadi dunia yang dipenuhi dengan keadilan dan kejujuran.

Munculnya bintang berekor atau komet juga disebutkan sebagai salah satu tanda kemunculan Imam Mahdi. Dalam beberapa manuskrip kuno disebutkan, "Telah dekat keluarnya bersama bintang yang mempunyai api dan lidah api..." Fenomena astronomis ini akan menjadi penanda kosmis yang menyertai kedatangan Imam Mahdi, menunjukkan bahwa peristiwa ini memiliki dimensi spiritual yang melampaui kehidupan duniawi.

Dengan memahami tanda-tanda sebelum kemunculan Imam Mahdi, umat Islam dapat mempersiapkan diri secara spiritual dan mental untuk menyambut kedatangannya. Tanda-tanda ini juga menjadi pengingat bahwa kita telah memasuki fase akhir dari kehidupan dunia, sehingga sudah seharusnya kita meningkatkan ketakwaan dan amal saleh.

 

Fenomena Alam Sebagai Tanda Kemunculan Imam Mahdi

Selain tanda-tanda sosial dan politik, berbagai fenomena alam juga akan menyertai kemunculan Imam Mahdi. Salah satu fenomena alam yang paling signifikan adalah keringnya Sungai Eufrat hingga memperlihatkan gunung emas. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

يُوشِكُ الْفُرَاتُ أَنْ يَحْسِرَ عَنْ كَنْزٍ مِنْ ذَهَبٍ فَمَنْ حَضَرَهُ فَلَا يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئًا

"Segera Sungai Eufrat akan memperlihatkan kekayaan (gunung) emas, maka siapa pun yang berada pada waktu itu tidak akan dapat mengambil apapun darinya." (HR Bukhari)

Sungai Eufrat yang mengalir melalui Turki, Suriah, dan Irak merupakan salah satu sungai terbesar di Timur Tengah. Keringnya sungai ini hingga memperlihatkan "gunung emas" merupakan peristiwa besar yang akan menarik perhatian dunia. Beberapa ulama menafsirkan "gunung emas" ini secara literal sebagai deposit emas yang tersembunyi di dasar sungai, sementara yang lain menafsirkannya secara metaforis sebagai sumber daya alam berharga seperti minyak atau gas.

Fenomena alam lainnya adalah terjadinya gerhana bulan pada awal bulan Ramadan dan gerhana matahari pada pertengahan bulan yang sama. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa kedua peristiwa astronomi ini belum pernah terjadi sejak penciptaan bumi dan langit. Keunikan fenomena ini menjadikannya penanda yang kuat akan kedatangan Imam Mahdi.

Selain itu, akan muncul api besar yang menyala dari arah timur selama tiga atau tujuh malam. Api ini akan terlihat oleh penduduk bumi sebagai tanda kosmik yang dramatis. Fenomena ini juga disertai dengan berubahnya langit menjadi gelap gulita, menciptakan suasana yang mencekam dan menakutkan bagi umat manusia.

Fenomena-fenomena alam ini bukan hanya sekadar kejadian natural, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Melalui tanda-tanda ini, Allah SWT mengingatkan manusia akan kedekatan hari kiamat dan pentingnya mempersiapkan diri dengan amal saleh.

 

Situasi Politik Global Menjelang Kemunculan Imam Mahdi

Kondisi politik global juga akan mengalami perubahan signifikan menjelang kemunculan Imam Mahdi. Salah satu tanda penting adalah pemboikotan yang akan dialami oleh Irak dan Suriah dari kekuatan Romawi (yang oleh beberapa ulama ditafsirkan sebagai Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad, Jabir bin Abdullah RA meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

يُوشِكُ أَهْلُ الْعِرَاقِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ قَفِيزٌ وَلَا دِرْهَمٌ

"Hampir saja tidak boleh dibawa ke negeri Irak secupak makanan atau sebuah dirham."

Para sahabat bertanya, "Siapa yang melakukan itu, ya Rasulullah?"

Beliau menjawab:

الْعَجَمُ يَمْنَعُونَ ذَاكَ

"Orang-orang ajam (non-Arab) yang melarang hal tersebut."

Kemudian beliau SAW melanjutkan:

يُوشِكُ أَهْلُ الشَّامِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ دِينَارٌ وَلَا مُدْيٌ

"Hampir saja tidak boleh dibawa secupak makanan atau sebuah dinar kepada penduduk Syam."

Sahabat kembali bertanya, "Siapa yang melakukan itu, ya Rasulullah?"

Beliau menjawab:

الرُّومُ

"Orang-orang Rum."

Hadits ini dengan jelas menggambarkan situasi embargo ekonomi atau sanksi yang akan dialami oleh Irak dan Suriah dari kekuatan asing yang disebut sebagai "orang-orang ajam" dan "orang-orang Rum". Beberapa ulama kontemporer menafsirkan hadits ini sebagai referensi untuk sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Irak dan Suriah dalam beberapa dekade terakhir.

Selain itu, kondisi politik di Irak juga akan mengalami kehancuran menjelang kemunculan Imam Mahdi. Beberapa ulama mengaitkan hal ini dengan konflik yang telah terjadi di Irak, terutama sejak invasi Amerika pada tahun 2003. Konflik berkepanjangan ini telah menyebabkan kehancuran infrastruktur, ketidakstabilan politik, dan penderitaan bagi rakyat Irak.

Hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa situasi politik global menjelang kemunculan Imam Mahdi akan diwarnai dengan konflik, embargo ekonomi, dan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah. Kondisi ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kemunculan seorang pemimpin yang mampu membawa perubahan dan menegakkan keadilan, yaitu Imam Mahdi.

Penting untuk dicatat bahwa tanda-tanda ini tidak boleh dijadikan alasan untuk bersikap pasif atau menunggu tanpa melakukan perubahan. Umat Islam tetap diwajibkan untuk berusaha memperbaiki kondisi dan menegakkan keadilan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sambil mempersiapkan diri secara spiritual untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi.

Peran Imam Mahdi Setelah Kemunculannya

Setelah muncul, Imam Mahdi akan memainkan peran krusial dalam sejarah umat manusia. Peran utamanya adalah menegakkan keadilan di muka bumi setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Qurthubi:

لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَبَعَثَ اللَّهُ رَجُلًا مِنَّا يَمْلَؤُهَا عَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا

"Apabila umur dunia ini hanya tersisa satu hari, maka Allah akan mengutus seorang laki-laki dari keturunan kami yang akan menegakkan keadilan di dunia, sebagaimana sebelumnya dunia telah dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan." (HR Al-Qurthubi)

Hadits ini menegaskan bahwa misi utama Imam Mahdi adalah untuk menegakkan keadilan global. Ia akan menghapuskan sistem-sistem yang zalim dan menggantikannya dengan sistem yang berdasarkan prinsip-prinsip keadilan Islam. Di bawah kepemimpinannya, hak-hak orang yang tertindas akan dipulihkan, dan para penindas akan diadili secara adil.

Imam Mahdi juga akan mendistribusikan kekayaan secara merata kepada seluruh umat manusia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah RA, Rasulullah SAW bersabda:

يَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي خَلِيفَةٌ يَحْثُو الْمَالَ حَثْيًا لَا يَعُدُّهُ عَدًّا

"Pada akhir umatku akan ada seorang khalifah yang melimpahkan harta selimpah-limpahnya dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya."

Kemakmuran ekonomi di masa kepemimpinan Imam Mahdi akan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kekayaan akan berlimpah dan didistribusikan secara adil, sehingga tidak ada lagi kesenjangan ekonomi yang signifikan. Kondisi ini akan menciptakan kehidupan yang sejahtera bagi seluruh umat manusia.

Selain itu, Imam Mahdi juga akan menegakkan kembali ajaran Islam yang murni. Ia akan menghapuskan bid'ah dan praktik-praktik yang menyimpang dari ajaran asli Islam. Di bawah kepemimpinannya, syariat Islam akan ditegakkan dan diimplementasikan secara menyeluruh dalam kehidupan masyarakat.

Masa kepemimpinan Imam Mahdi juga akan ditandai dengan turunnya Nabi Isa AS ke bumi. Kedua tokoh besar ini akan bekerjasama dalam menegakkan keadilan dan mengalahkan Dajjal, sosok anti-Kristus yang akan muncul di akhir zaman. Kerjasama antara Imam Mahdi dan Nabi Isa AS melambangkan persatuan umat Islam dan Kristen dalam menghadapi kejahatan Dajjal.

Dengan demikian, peran Imam Mahdi setelah kemunculannya tidak hanya terbatas pada aspek politik, tetapi juga mencakup aspek ekonomi, sosial, dan spiritual. Kepemimpinannya akan mengantarkan umat manusia pada era keemasan yang dipenuhi dengan keadilan, kemakmuran, dan ketaatan kepada Allah SWT.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya