Liputan6.com, Kano - Setiap tahun, Nigeria menggelar tradisi Lebaran yang dikenal sebagai Durbar. Sebuah prosesi megah yang melibatkan sekitar 10.000 pria berkuda serta pria dan wanita yang berjalan kaki. Tradisi yang mirip pawai ini diselenggarakan pada bulan kesembilan dan kedua belas dalam kalender Islam untuk memperingati Idul Fitri dan Idul Adha.
Menurut laporan yang dikutip dari unesco.org pada Selasa (18/3/2025), dalam prosesi itu Emir menjadi sosok utama yang memimpin iring-iringan, didampingi oleh para pejabat istana, pengawal, serta bangsawan.
Baca Juga
Adapun Durbar terbagi menjadi empat prosesi, masing-masing memiliki makna, jadwal, dan busana khasnya sendiri. Setiap prosesi dimulai dengan tembakan salvo di salah satu dari tiga gerbang istana Emir dan berakhir dengan tembakan serupa di gerbang lain.
Advertisement
Lebih dari sekadar perayaan, Durbar menjadi bagian dari tradisi Lebaran yang juga berfungsi sebagai ajang pelestarian keterampilan turun-temurun. Setelah melewati bulan Ramadan, masyarakat setempat memanfaatkan momen ini untuk mempertunjukkan keahlian mereka dalam pengerjaan sesuatu dengan kulit, tenun, pewarnaan kain, sulam, hingga pandai besi. Sementara itu, keterampilan khusus seperti menyiapkan kuda, menungganginya, serta memainkan genderang dipelajari secara rutin dan diajarkan dalam sesi pelatihan berkala.
Durbar juga menjadi simbol persatuan, di mana masyarakat dari berbagai etnis, gender, dan usia turut berpartisipasi. Selain sebagai perayaan budaya, prosesi ini menjadi sarana bagi Emir untuk berkeliling ke berbagai wilayah guna memberikan penghormatan kepada warganya. Kehadiran Emir dalam prosesi ini sekaligus menjadi bentuk apresiasi atas kontribusi masyarakat dalam pembangunan komunitas. Dengan memberikan penghormatan kepada Emir, warga menunjukkan rasa hormat serta dukungan mereka terhadap kepemimpinan yang ada.