Liputan6.com, Jakarta - Ibadah seorang muslim harus ditingkatkan lagi ketika memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Pasalnya, di antara malam-malamnya terdapat satu malam kemuliaan yang memiliki banyak keutamaan.
Malam tersebut adalah Lailatul Qadar. Dalam surah Al-Qadr, Allah SWT menerangkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya kitab suci umat Islam, Al-Qur’an.
Para ulama memaknai anzalnāhu dalam ayat pertama al-Qadr menunjukkan turunnya Al-Qur’an pertama kali dan sekaligus dari Lauḥ Maḥfūẓ ke langit dunia. Kemudian diturunkan berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari.
Advertisement
Baca Juga
Masih dalam surah yang sama, Allah SWT menerangkan keutamaan lain dari Lailatul Qadar, yaitu malam yang lebih utama daripada seribu bulan.
Tafsir Tahlili menjelaskan bahwa sebutan kata “seribu” dalam ayat ini tidak bermaksud untuk menentukan bilangannya. Akan tetapi, maksudnya untuk menyatakan banyaknya yang tidak terhingga.
Sebuah anugerah jika seorang muslim bisa meraih Lailatul Qadar. Menurut pendakwah KH Bahaudin Nursalim alias Gus Baha, umat Rasulullah SAW pasti mendapat Lailatul Qadar, tapi ada syaratnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Gus Baha soal Umat Nabi SAW Dapat Lailatul Qadar
Gus Baha mengatakan, muslim yang mampu menjaga diri dari perbuatan maksiat bisa mendapatkan Lailatul Qadar. Sebab, menurut Gus Baha, Lailatul Qadar adalah bonus dari Allah untuk umat Nabi Muhammad SAW yang umumnya berusia pendek dibanding umat-umat nabi sebelumnya.
"Keyakinan saya, pokoknya dicari (Lailatul Qadar), yakinlah kamu pasti dapat," kata Gus Baha dikutip dari Youtube Santri Gayeng, Kamis (20/3/2025).
Gus Baha mengutip keterangan dalam suatu kitab tentang usia umat nabi sebelum Rasulullah SAW. Dalam keterangan tersebut, Nabi Muhammad SAW mengisahkan usia Nabi Nuh yang sampai 950 tahun. Kemudian nabi-nabi lainnya yang berusia ratusan tahun. Hal ini menjadi keresahan Rasulullah SAW yang usia umatnya cenderung lebih pendek.
"Bagaimana dengan umatku yang usianya pendek? Terus Allah merespons keresahan Nabi dengan memberi bonus Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan," ungkap Rais Syuriyah PBNU ini.
"Artinya, jika melihat riwayat itu berarti otomatis umat Nabi setiap Ramadhan benar. Artinya, benar sholat menghadap Barat (Ka'bah). Layaknya orang pada umumnya. Asal tidak maksiat, menurut saya pasti mendapat Lailatul Qadar," jelasnya.
"Karena memang (Lailatul Qadar) itu keresahan Nabi Muhammad yang dijawab Allah dengan memberi bonus meski umatmu berusia pendek, diberi ibadah Lailatul Qadar," tambah Gus Baha.
Advertisement
Waktu Lailatul Qadar Menurut Gus Baha
Gus Baha termasuk orang yang ingin mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar. Biasanya ia mencari malam kemuliaan itu sejak tanggal 11 Ramadhan. Bagi Gus Baha, 11 Ramadhan adalah tanggal ideal karena berada di tengah-tengah antara keterangan Al-Qur'an dan hadis.
Ulama NU ini kemudian mengutip Surat Al-Baqarah ayat 185 yang menyebutkan bahwa Al-Qur'an diturunkan di bulan Ramadhan. Jika mengacu pada ayat tersebut, berarti dari tanggal 1 sampai 29 atau 30 Ramadhan adalah Lailatul Qadar, karena dalam ayat itu tidak disebutkan tanggalnya.
"Makanya ada ulama yang berpendapat (Lailatul Qadar) dimulai tanggal 1 (Ramadhan)," ujarnya.
Gus Baha mengutip salah sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Carilah dengan sungguh-sungguh Lailatul Qodar di malam kesepuluh terakhir bulan Ramadhan".
"Berarti ada juga yang mencari (Lailatul Qadar) tanpa bersungguh-sungguh, tapi sejak tanggal 1 (Ramadhan)," sambungnya.
Ada juga orang yang mulai memburu Lailatul Qadar sejak tanggal 21 Ramadhan. Menurut Gus Baha, jika mencari di tanggal tersebut berarti dihitungnya sebagai permulaan dan belum masuk kategori sungguh-sungguh. Maksud dari 'sungguh-sungguh' ini adalah klimaks.
"Klimaks itu mulainya tanggal 1. Kalau mulainya tanggal 21, kata Malaikat: Lho kok baru mencari sekarang? berarti dianggap pemula. Makanya enggak dapat karena pemula," ujarnya.
Menurut Gus Baha, kalimat sungguh-sungguh dalam sabda nabi tersebut berarti pada 21 Ramadhan itu mencari dengan sungguh-sungguh, bukan mulai mencari.
"Teks hadis menyebut sungguh-sungguh tanggal 21. Tidak ada dalam riwayat harus kamu cari sejak tanggal 21," kata Gus Baha.
Wallahu a’lam.
