6 Amalan Sunnah yang Dianjurkan di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan, Mencontoh Rasulullah

Rasulullah SAW telah memberi teladan yang sempurna untuk menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan memperbanyak amal ibadah. Berikut di antara amalan sunnah yang dianjurkan.

oleh Putry Damayanty Diperbarui 21 Mar 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 12:30 WIB
kata bijak puasa di bulan ramadhan
kata bijak puasa di bulan ramadhan ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sepuluh hari terakhir Ramadhan merupakan waktu yang penuh berkah dan menjadi kesempatan bagi kita untuk memperbanyak ibadah. Salah satu cara terbaik untuk memanfaatkan waktu tersebut adalah dengan mengikuti amalan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sepuluh hari terakhir juga menjadi momen untuk mencari Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang diyakini sebagai malam yang penuh kemuliaan di mana doa-doa akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah.

Bagi setiap Muslim, mengetahui dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadan adalah langkah penting untuk meraih keberkahan dan pahala yang berlipat. Dengan mengikuti jejak beliau, kita dapat memaksimalkan waktu yang terbatas ini dengan beribadah lebih khusyuk dan penuh makna.

Mengutip dari laman NU Online Lampung, berikut enam amalan sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Amalan-amalan ini dapat menjadi panduan untuk meningkatkan ibadah di waktu yang penuh keberkahan ini. 

Diharapkan dengan mengetahui dan mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW, kita dapat meraih ampunan dan rahmat Allah SWT serta memperoleh keutamaan malam Lailatul Qadar.

 

Promosi 1

Saksikan Video Pilihan ini:

Pertama, Menghidupkan Malam-Malam Ramadhan

Beribadah saat bulan Ramadan
Ilustrasi muslim berpuasa saat bulan Ramadhan... Selengkapnya

Dalam shahih Muslim, Aisyah meriwayatkan:

ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح

Artinya: Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh.

Begitu juga hadis riwayat Abu Ja’far Muhammad bin Ali menerangkan: Barangsiapa menjumpai bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan berislam, kemudian berpuasa di siang harinya dan sholat di malam harinya secara runut, mengendalikan matanya, menjaga kemaluannya, mulutnya, tangannya dan selalu hadir dalam shalat berjamaah.

Maka orang tersebut telah benar-benar berpuasa selama satu bulan dan akan memperoleh kesempurnaan pahala, dan menemukan Lailatul Qadar dan meraih keberuntungan yang dihadiahkan oleh Allah SWT Tuhan yang Maha Memberkahi.

Kedua, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya untuk sholat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Hadis Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:

قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة،

Artinya: Bahwasannya Rasulullah SAW beserta keluarganya bangun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29. Bahkan dalam satu riwayat Rasulullah pernah membangunkan Fathimah dan Ali di malam hari itu dan berkata “Ayo bangun-bangun, sholat-sholat.”

Begitu sangat istimewanya sepuluh malam terakhir bagi Rasulullah SAW, hingga beliau mementingkan untuk membangunkan segenap keluarganya, baik yang muda, tua, kecil maupun besar dari laki maupun perempuan untuk beribadah mengharap-harapkan Lailatul Qadar.

Ketiga, Rasulullah SAW Mengencangkan Ikat Pinggang

Ilustrasi - Suasana pesantren jelang saat sholat subuh. Inspirasi Ramadhan. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)
Ilustrasi - Suasana pesantren jelang saat sholat subuh. Inspirasi Ramadhan. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)... Selengkapnya

Dengan artian menghindari tempat tidur di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Beliau menyendiri memburu kenikmatan beribadah. Secara otomatis ibadah ini akan menghindarkan beliau dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Hal ini berdasar pada hadis:

في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله

Artinya: Bahwa Rasulullah SAW ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.

Keempat, Rasulullah SAW pernah pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan, menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal).

Artinya sebagaimana hadis Aisyah bahwa bahwa Rasulullah saw menggabungkan buka dan sahur untuk dua malam puasa. Hal ini untuk menjaga kekosongan perut agar mudah berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah SWT, dan bermunajat kepada-Nya. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadis:

وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم : كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً

Artinya: Namun puasa wishal ini hanya boleh dilakukan oleh Rasulullah SAW. Tidak oleh umatnya.

Kelima, Rasulullah SAW Selalu Beri’tikaf

Iktikaf di masjid
Iktikaf di masjid pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. (Foto: Pinterest/Muslim Aid)... Selengkapnya

Sebuah hadis Sayyidah Aisyah menerangkan bahwa Rasulullah SAW beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, hingga Allah SWT memanggilnya.

Keenam, Rasulullah SAW mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu Isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Oleh karenanya dianjurkan bagi mereka yang mengharapkan Lailatul Qadar untuk membersihkan diri dengan mandi dan berpakaian yang rapih dan wangi. Hendaklah bersih diri (dhahir) ini juga disertai dengan perhiasan jiwa (bathin) dengan taubat minta ampunan dari segala dosa. Karena sungguh percuma perhiasan dhahir tanpa kesucian bathin. Karena sesungguhnya Allah SWT tidak memandang keadaan bentuk dan hartamu, tetapi memperhatikan hati dan amal-amalmu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya