Tata Cara Sholat Berjamaah di Atas Kendaraan saat Perjalanan Mudik, Dijelaskan Buya Yahya

Buya Yahya memberikan solusi agar tetap bisa menjalankan sholat tarawih meskipun sedang berada di perjalanan mudik. "Mudik jangan sampai Anda meninggalkan tarawih. Sholat tarawih di atas kendaraan bisa dilakukan dengan cara yang benar," ujar Buya Yahya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 24 Mar 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 24 Mar 2025, 16:00 WIB
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Mudik menjadi momen yang dinanti banyak orang untuk kembali ke kampung halaman, terutama saat bulan Ramadhan. Namun, perjalanan jauh sering kali membuat sebagian orang meninggalkan ibadah tarawih karena keterbatasan tempat dan waktu.

Pendakwah yang juga pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon, KH Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya), memberikan solusi agar tetap bisa menjalankan sholat tarawih meskipun sedang berada di perjalanan mudik.

"Mudik jangan sampai Anda meninggalkan tarawih. Sholat tarawih di atas kendaraan bisa dilakukan dengan cara yang benar," ujar Buya Yahya dalam sebuah kajian.

Menurutnya, ada tata cara yang perlu diperhatikan agar sholat tetap sah dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Penjelasan yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial, yang secara khusus membahas tentang bagaimana menjalankan ibadah di tengah perjalanan mudik.

Salah satu hal utama yang harus dilakukan adalah menunaikan sholat isya terlebih dahulu di tempat yang memungkinkan. "Sholat isya dulu di tempat, menghadap kiblat dengan benar," tegas Buya Yahya.

Setelah menunaikan sholat isya, perjalanan dapat dilanjutkan dengan sholat tarawih di atas kendaraan.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Kiblat Sholat di Kendaraan

20150711-300 Ribu Pemudik Ikut Mudik Gratis Jasa Raharja-Jakarta 1
Sejumlah bus mudik gratis diberangkatkan dari kawasan Parkir Timur Senayan, Jakarta. (Liputan6.com/Yoppy Renato)... Selengkapnya

"Kiblat sholat sunnah itu semampunya, mengikuti arah kendaraan. Ke mana arah kendaraan berjalan, itu kiblatnya," jelasnya.

Buya Yahya menegaskan bahwa dalam sholat sunah, fleksibilitas kiblat diperbolehkan sesuai dengan kondisi perjalanan.

"Jadi pokoknya ngadap ke mana saja boleh. Yang tidak boleh adalah kendaraan menghadap ke arah kiblat, tetapi kita justru berpaling ke belakang. Itu yang tidak diperbolehkan," ungkapnya.

Sebagai contoh, jika kendaraan berjalan ke arah utara, selatan, atau timur, maka sholat bisa tetap dilakukan dengan mengikuti arah tersebut.

Selain menghadap kiblat dengan benar, syarat sah sholat seperti wudhu dan menutup aurat juga tetap harus diperhatikan.

"Sholatnya tetap dengan wudhu, dengan syarat-syarat yang benar, termasuk menutup aurat," kata Buya Yahya.

Bagi perempuan, cukup mengenakan pakaian muslimah yang menutup aurat dengan sempurna, termasuk menggunakan kaos kaki jika diperlukan.

Sedangkan bagi laki-laki, pakaian yang digunakan harus menutupi aurat secara layak selama sholat berlangsung.

Sholat Jamaah Dalam Kendaraan

Terminal Pulo Gebang Belum Ada Lonjakan Mudik Lebaran
Bus antarkota antarprovinsi (AKAP) menjadi kendaraan umum yang banyak dipilih oleh pemudik dari terminal terbesar di Asia Tenggara tersebut. (merdeka.com/Imam Buhori)... Selengkapnya

Lalu, bagaimana dengan pelaksanaan sholat berjamaah di dalam kendaraan? Buya Yahya menjelaskan bahwa hal itu tetap memungkinkan.

"Imam bisa saja berada di bagian depan kendaraan, mungkin sopirnya yang jadi imam, atau bisa juga yang duduk di depan," terangnya.

Buya Yahya menambahkan bahwa bagi yang merasa tidak memungkinkan untuk berjamaah, sholat sendiri juga diperbolehkan.

"Yang penting jangan sampai meninggalkan tarawih hanya karena perjalanan mudik," pesannya.

Sholat tarawih di kendaraan menjadi solusi bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk berhenti lama di rest area atau masjid.

Dengan memanfaatkan kelonggaran dalam aturan sholat sunah, ibadah tetap bisa dilaksanakan tanpa mengganggu perjalanan.

Selain tarawih, ibadah lainnya seperti dzikir dan membaca Al-Qur’an juga tetap bisa dilakukan selama perjalanan.

"Jangan sampai mudik justru membuat kita lalai dalam beribadah. Justru di perjalanan ini ada banyak kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah," ujar Buya Yahya.

Banyak orang yang menganggap bahwa perjalanan menjadi alasan untuk tidak beribadah, padahal Islam memberikan banyak kemudahan.

Meskipun ada rukhshah atau keringanan dalam syariat, bukan berarti seseorang boleh meninggalkan ibadah begitu saja.

Buya Yahya menekankan bahwa yang terpenting dalam beribadah adalah niat yang kuat serta usaha maksimal dalam menjalankannya.

"Jangan sampai gara-gara perjalanan kita kehilangan kesempatan meraih pahala besar di bulan Ramadhan," tutupnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya