Keutamaan Silaturahmi dalam Islam: Amalan Sederhana Pembuka Pintu Rezeki

Silaturahmi dalam Islam bukan sekadar tradisi, melainkan ibadah yang mendatangkan pahala besar, mempererat ukhuwah, melapangkan rezeki, dan bahkan menjadi jalan menuju surga. Ketahui keutamaannya!

Liputan6.com, Jakarta Dalam ajaran Islam, terdapat berbagai amalan yang dianjurkan untuk dijalankan oleh umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu amalan yang memiliki banyak manfaat dan sangat dianjurkan adalah silaturahmi. Keutamaan silaturahmi dalam Islam sangatlah besar, sehingga Rasulullah SAW sering kali mengingatkan para sahabatnya untuk selalu menjaga hubungan baik dengan keluarga dan sesama Muslim lainnya. Keutamaan silaturahmi ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial, tetapi juga pada kehidupan spiritual dan bahkan finansial seorang Muslim.

Dalam berbagai hadits dan ayat Al-Quran, keutamaan silaturahmi dijelaskan secara terperinci. Mulai dari dilapangkannya rezeki, dipanjangkannya umur, hingga jaminan surga bagi yang konsisten menjalankannya. Keutamaan silaturahmi juga termanifestasi dalam bentuk perolehan keberkahan hidup, terjaganya persatuan umat, serta terhapusnya dosa-dosa kecil melalui kegiatan saling bertemu dan bermaafan. Bahkan, silaturahmi juga menjadi ciri khas orang yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT dan hari akhir.

Mengingat besarnya keutamaan silaturahmi, maka tidak mengherankan jika amalan ini menjadi salah satu ibadah sosial yang sangat ditekankan dalam Islam. Keutamaan silaturahmi tidak hanya sebatas pada menyambung hubungan keluarga yang terputus, tetapi juga mencakup seluruh interaksi positif antara sesama Muslim dan bahkan dengan non-Muslim. 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum makna silaturahmi, berbagai dalil yang mendukungnya, serta tujuh keutamaan silaturahmi yang bisa diraih oleh setiap Muslim, pada Kamis (27/3).

Definisi dan Makna Silaturahmi dalam Islam

Kata silaturahmi berasal dari bahasa Arab yang merupakan gabungan dari dua kata, yaitu "shilah" dan "ar-rahim". Kata "shilah" berarti hubungan atau menyambungkan, sedangkan "ar-rahim" berarti kasih sayang atau peranakan. Dalam konteks yang lebih luas, ar-rahim juga sering diartikan sebagai hubungan kekerabatan yang bertalian darah. Jadi, secara etimologis, silaturahmi dapat diartikan sebagai menyambung atau menghubungkan tali kekerabatan atau tali kasih sayang antara sesama manusia.

Para ulama telah memberikan definisi yang beragam tentang makna silaturahmi. Ibnu Abi Hamzah, misalnya, mendefinisikan silaturahmi sebagai upaya menyampaikan kebaikan yang mungkin disampaikan, dan menghilangkan keburukan yang mungkin dihilangkan, sesuai dengan kesanggupan seseorang. Definisi ini menekankan pada aspek proaktif dari silaturahmi, di mana seseorang tidak hanya sekadar menjaga hubungan baik, tetapi juga berusaha secara aktif untuk memberikan manfaat dan mencegah kemudharatan bagi orang lain.

Sementara itu, Amirulloh Syarbini dalam bukunya "Keajaiban Shalat, Sedekah dan Silaturahmi" menarik kesimpulan dari berbagai definisi para ulama bahwa silaturahmi adalah menghubungkan sesuatu yang memungkinkan terjadinya kebaikan, serta menolak sesuatu yang memungkinkan terjadinya keburukan dalam batas kemampuan seseorang. Definisi ini memperluas cakupan silaturahmi tidak hanya pada hubungan kekerabatan, tetapi juga pada semua bentuk interaksi yang dapat mendatangkan kebaikan dan mencegah keburukan.

Dalam perspektif Islam, silaturahmi tidak terbatas pada hubungan dengan keluarga atau kerabat saja, melainkan mencakup seluruh hubungan sosial yang dibangun atas dasar kebaikan dan takwa. Ini terlihat dari pembagian silaturahmi yang mencakup empat macam, yaitu silaturahmi dengan diri sendiri, silaturahmi dengan sesama manusia, silaturahmi dengan yang seagama, dan silaturahmi dengan alam sekitar. Pembagian ini menunjukkan bahwa konsep silaturahmi dalam Islam sangat komprehensif dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

 

Dalil-Dalil tentang Keutamaan Silaturahmi

Dalil dari Al-Quran

Al-Quran sebagai pedoman utama umat Islam telah menyebutkan secara jelas tentang pentingnya menjaga hubungan silaturahmi. Salah satu ayat yang paling sering dijadikan landasan adalah Surah An-Nisa ayat 1, di mana Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ١

"Yā ayyuhā an-nāsu ittaqū rabbakumu allażī khalaqakum min nafsin wāḥidatin wa khalaqa minhā zaujahā wa baṡṡa minhumā rijālan kaṡīran wa nisā'a, wattaqullāha allażī tasā'alūna bihī wal-arḥāma, innallāha kāna 'alaikum raqībā."

Artinya: "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."

Dalam ayat ini, Allah SWT secara eksplisit memerintahkan manusia untuk memelihara hubungan kekeluargaan (al-arham), yang merupakan esensi dari silaturahmi. Perintah ini disejajarkan dengan perintah bertakwa kepada Allah SWT, menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi dalam pandangan Islam.

Ayat lain yang juga sering dijadikan dalil adalah Surah An-Nisa ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

"Wa'budullāha walā tusyrikū bihī syai'an wabil-wālidaini iḥsānan wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu man kāna mukhtālan fakhūrā."

Artinya: "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri."

Ayat ini menekankan pentingnya berbuat baik kepada berbagai kalangan, mulai dari orang tua, karib-kerabat, hingga tetangga dan teman sejawat. Ini mencerminkan luasnya cakupan silaturahmi dalam ajaran Islam, yang tidak hanya terbatas pada keluarga dekat, tetapi juga mencakup seluruh lingkaran sosial seorang Muslim.

Dalil dari Hadits

Rasulullah SAW sebagai penjelas Al-Quran telah memberikan banyak penekanan pada pentingnya silaturahmi melalui hadits-haditsnya. Salah satu hadits yang paling terkenal tentang keutamaan silaturahmi adalah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

"Barangsiapa yang senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menghubungkan tali kerabat (silaturahmi)." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini secara jelas menunjukkan dua keutamaan utama dari silaturahmi, yaitu rezeki yang diluaskan dan umur yang dipanjangkan. Kedua hal ini merupakan dambaan setiap manusia, dan silaturahmi menjadi salah satu kunci untuk meraihnya.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengaitkan silaturahmi dengan keimanan:

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa menjaga silaturahmi adalah salah satu tanda keimanan seseorang kepada Allah SWT dan hari akhir. Ini menunjukkan betapa eratnya kaitan antara silaturahmi dengan keimanan seorang Muslim.

Rasulullah SAW juga mengaitkan silaturahmi dengan surga:

Seorang laki-laki bertanya, "Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga." Rasulullah SAW bersabda, "Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat (sedekah), dan menyambung tali silaturahmi." (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa silaturahmi adalah salah satu amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga, sejajar dengan ibadah-ibadah utama seperti menyembah Allah tanpa syirik, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.

Tujuh Keutamaan Silaturahmi dalam Islam

1. Menjadi Ciri Orang yang Bertakwa

Silaturahmi adalah tanda ketakwaan seseorang kepada Allah SWT. Dalam Surah An-Nisa ayat 1, Allah menggandengkan perintah bertakwa dengan memelihara hubungan kekeluargaan. Orang bertakwa akan menjadikan silaturahmi sebagai prioritas bukan sekadar formalitas sosial, melainkan sebagai bentuk ibadah yang memiliki nilai spiritual tinggi. Mereka melakukannya bukan untuk mendapat pujian manusia, tetapi untuk mendapatkan ridha Allah SWT, mencerminkan esensi ketakwaan yang berorientasi pada Allah dalam setiap tindakan.

2. Tanda Orang Beriman

Silaturahmi merupakan bukti keimanan seseorang kepada Allah dan hari akhir. Hadits Rasulullah menyebutkan: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghubungkan tali silaturahmi" (HR Bukhari dan Muslim). Ada korelasi langsung antara kekuatan iman dengan perhatian terhadap silaturahmi. Orang beriman menyadari bahwa setiap tindakan, termasuk menjaga atau memutus silaturahmi, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah pada hari kiamat. Pemahaman bahwa semua manusia bersaudara juga memperkuat komitmen mereka dalam menjaga silaturahmi.

3. Memperlancar Rezeki dan Menambah Umur

Keutamaan silaturahmi yang sering disebutkan adalah kemampuannya memperlancar rezeki dan menambah umur. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa senang diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menghubungkan tali kerabat" (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam Islam, rezeki tak hanya berupa materi, tetapi mencakup kesehatan, ketenangan, ilmu, dan kebahagiaan. Silaturahmi membuka peluang baru melalui perluasan jaringan dan menciptakan lingkungan sosial yang supportif. Mengenai penambahan umur, ulama menafsirkannya sebagai perpanjangan umur secara harfiah, keberkahan umur yang lebih produktif, atau nama baik yang tetap dikenang setelah kematian.

4. Membawa Surga bagi Pengamalnya

Silaturahmi adalah salah satu kunci surga. Dalam sebuah hadits, ketika ditanya tentang amalan yang memasukkan ke surga, Rasulullah menjawab: "Menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi" (HR Bukhari dan Muslim).

Ini menunjukkan tingginya nilai silaturahmi hingga disejajarkan dengan ibadah pokok lainnya. Silaturahmi mencerminkan sikap kasih sayang dan kepedulian yang selaras dengan karakteristik penghuni surga yang digambarkan dalam Al-Quran: "Dan Kami lenyapkan segala rasa dengki dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara..." (QS. Al-Hijr: 47).

5. Mendatangkan Pahala

Silaturahmi termasuk amalan yang cepat mendatangkan pahala. Rasulullah bersabda: "Sesuatu yang paling cepat mendatangkan pahala adalah berbuat kebaikan dan menghubungkan silaturahmi, sedangkan yang paling cepat mendatangkan siksaan adalah berbuat jahat dan memutuskan silaturahmi" (HR Ibnu Majah).

Menariknya, silaturahmi adalah amalan yang relatif mudah dilakukan tanpa biaya besar atau usaha fisik berat, namun memiliki nilai pahala tinggi. Pahalanya juga berlipat ganda karena silaturahmi biasanya mencakup berbagai kebaikan sekaligus seperti memberi hadiah, berbagi makanan, dan mendoakan kebaikan.

6. Mendapat Perlindungan Allah SWT

Silaturahmi menjadi sarana mendapatkan perlindungan khusus dari Allah. Rasulullah bersabda: "Hubungan kekeluargaan (silaturahmi) digantungkan pada Arasy. Ia berkata, 'Siapa yang menyambungku, Allah akan menyambungnya, dan siapa yang memutuskan aku, Allah pun memutusnya'" (HR Muslim).

Hadits ini menggambarkan kedudukan tinggi silaturahmi hingga digantungkan pada Arasy Allah. Perlindungan Allah mencakup keselamatan dari berbagai marabahaya fisik dan spiritual, bimbingan dalam mengambil keputusan tepat, serta penjagaan terhadap keimanan dan ketakwaan di tengah berbagai godaan.

7. Dilapangkan Rezekinya oleh Allah SWT

Silaturahmi memiliki keutamaan khusus terkait rezeki. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi" (HR Bukhari dan Muslim).

Dari segi spiritual, silaturahmi mendatangkan keberkahan dalam rezeki sehingga terasa cukup dan memuaskan meskipun secara kuantitas tidak banyak. Dari segi sosial, silaturahmi membuka peluang-peluang baru melalui perluasan jaringan, berbagi informasi, dan mendapatkan kesempatan yang tidak mungkin diperoleh jika seseorang mengasingkan diri. Penelitian modern juga menunjukkan korelasi positif antara jaringan sosial yang kuat dengan kesuksesan di berbagai bidang kehidupan.

Lebih dari itu, silaturahmi juga menciptakan lingkungan sosial yang suportif, di mana orang-orang saling membantu dan mendukung. Dalam lingkungan seperti ini, seseorang akan lebih mudah mendapatkan bantuan atau dukungan ketika menghadapi kesulitan atau tantangan. Dukungan sosial ini tidak hanya bermanfaat dari segi materi, tetapi juga dari segi psikologis dan emosional, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas dan kesuksesan seseorang dalam berbagai bidang kehidupan.

Silaturahmi merupakan salah satu nilai penting dalam ajaran Islam yang memiliki berbagai keutamaan dan manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Sebagaimana telah dibahas, keutamaan silaturahmi sangat beragam, mulai dari menjadi ciri orang yang bertakwa dan beriman, memperlancar rezeki dan menambah umur, membawa surga bagi pengamalnya, mendatangkan pahala, mendapatkan perlindungan Allah SWT, hingga dilapangkan rezekinya oleh Allah SWT.

Cakupan dan Batasan Silaturahmi

Cakupan silaturahmi dalam Islam sangatlah luas. Tidak hanya terbatas pada keluarga dekat atau kerabat sedarah, silaturahmi juga mencakup hubungan dengan tetangga, teman, rekan kerja, dan bahkan dengan orang-orang yang berbeda agama. Allah SWT memerintahkan dalam Al-Quran untuk berbuat baik kepada orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya. Perintah ini menunjukkan luasnya cakupan silaturahmi dalam ajaran Islam.

Namun, meski cakupannya luas, silaturahmi juga memiliki batasan-batasan yang perlu diperhatikan. Dalam konteks hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, misalnya, Islam mengajarkan adanya batasan-batasan tertentu untuk menjaga kehormatan dan mencegah fitnah. Demikian pula, silaturahmi tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan hal-hal yang dilarang dalam agama, seperti mengunjungi tempat-tempat maksiat atau bergaul dengan orang-orang yang secara terbuka melakukan kemungkaran.

Dalam praktiknya, silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan media. Di zaman tradisional, silaturahmi identik dengan kunjungan langsung ke rumah kerabat atau teman. Namun, dengan perkembangan teknologi, silaturahmi juga dapat dilakukan melalui telepon, pesan singkat, email, media sosial, dan berbagai platform komunikasi lainnya. Yang terpenting dalam silaturahmi bukanlah medianya, melainkan niat dan semangat untuk menjaga dan memperkuat ikatan persaudaraan.

Silaturahmi juga tidak mengenal waktu tertentu, meskipun ada momen-momen khusus di mana silaturahmi lebih intens dilakukan, seperti pada hari raya Idul Fitri, pernikahan, kelahiran, atau kematian. Setiap waktu adalah waktu yang baik untuk melakukan silaturahmi, dan sebaiknya dilakukan secara teratur dan konsisten, bukan hanya pada momen-momen tertentu saja.