Liputan6.com, Tegal- Tari Endel kurang populer di kalangan masyarakat Jawa Tengah secara umum. Namun, tarian ini ternyata akrab dengan masyarakat Tegal.
Tarian yang dimainkan dengan memakai topeng berwujud perempuan itu menjadi salah satu kesenian yang masih cukup lestari di Kota Tegal dan sekitarnya.
Dikutip dari berbagai sumber, Tari Endel pertama kali dikembangkan oleh Darem pada 1950-an. Ia memperlihatkan tarian topeng yang energik ini kepada sang anak. Kemudian, tarian ini diwariskan secara turun temurun.
Advertisement
Baca Juga
Dalam bahasa Jawa, endel berarti genit atau kenes. Tarian ini menggambarkan perempuan Jawa kala remaja. Cantik dan lincah.
Sekalipun mengenakan topeng, gerakan tangan, kaki, dan pinggul penari yang lincah menunjukkan keceriaan.
Pada babak awal, yakni sebelum mengenakan topeng, penari melakukan gerakan tari yang lemah lembut dan gemulai. Namun, pada pertengahan pertunjukan, setelah topeng dikenakan, gerakan yang semula gemulai pun berubah lebih energik.
Pada beberapa kasus, supaya tidak lepas, topeng dikenakan penari dengan cara digigit.
Secara keseluruhan tari khas Tegal ini menggambarkan seorang wanita genit. Sifat genit digambarkan melalui wujud topeng berwajah putih dan murah senyum.
Selain itu gerakan-gerakan tarian ini harus dibawakan dengan lincah. Konon, Tari Endel ingin menggambarkan jati diri perempuan Jawa sesungguhnya.
Tari Topeng Endel khas Tegal bisa dimainkan secara tunggal, berpasangan, atau massal. Tempatnya pun bisa di area terbuka seperti lapangan atau area tertutup seperti di dalam gedung, waktu siang atau malam.
(Tifani)