Liputan6.com, Semarang - Setelah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh saat Ramadhan, umat Islam biasanya merayakan 'hari kemenangan'. Di Indonesia sendiri, banyak tradisi untuk merayakan simbol hari kemenangan tersebut. Salah satunya yaitu tradisi Sesaji Rewanda yang dilakukan oleh warga Kota Semarang, Jawa Tengah.
Tradisi yang dilaksanakan tiap tanggal 3 Syawal oleh warga Kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang. Uniknya, tradisi ini tak hanya diikuti para manusia, tapi juga para monyet.
Tampak ratusan masyarakat mulai berdatangan untuk melihat tradisi tersebut. Acara diawali dengan kirab yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa yang sudah berbaris dengan rapi di jalan masuk menuju tempat wisata Goa Kreo. Setelah berbaris rapi, rombongan mulai berjalan secara pelan-pelan menuju ke dalam Goa Kreo.
Advertisement
Saat arak-arakan itu, masyarakat juga membawa bermacam-macam gunungan, mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, ketupat hingga nasi. Bahkan, terdapat replika kayu jati yang menggambarkan perjalanan Sunan Kalijaga saat membawanya menuju ke Masjid Demak.
Sebelum memasuki tempat itu, rombongan kirab disambut oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang ikut menghadiri acara tersebut bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Setelah menyambut para rombongan kirab, orang nomor satu di Kota Semarang itu mempersilakan para rombongan untuk melanjutkan perjalanannya.
Setelah tiba di kawasan Goa Kreo, prosesi upacara dimulai dengan lantunan doa kepada Tuhan secara bersama-sama yang dipimpin oleh sejumlah tokoh adat. Usai pembacaan doa, para pengunjung disuguhi berbagai prosesi seperti tarian yang diiringi musik tradisional berupa gamelan. Selanjutnya diteruskan dengan perebutan gunungan yang sudah disediakan untuk berlomba diambil oleh warga dan pengunjung yang hadir dalam acara tersebut.
Sesi berebut gunungan makin meriah dengan para kera di sekitar Goa Kreo turut turun untuk berebut buah-buahan dan sayuran yang telah disajikan. Saat itulah pemandangan warga dan kera melebur menjadi satu menikmati gunungan bersama-sama.
“Acara menarik dan sangat ditunggu warga adalah usai doa. Penonton dan pengunjung berebut sego kethek (nasi kera), para kera ekor panjang berebut buah-buahan. Sego kethek itu, diyakini memiliki keberkahan,” kata pemangku budaya setempat, Hariadi Dwi Prasetyo, Sabtu (21/5/2022).
Makna Sesaji Rewanda
Mengenai makna Sesaji Rewanda, Hariadi menjelaskan berasal dari kata Sesaji yang berarti memberi dan Rewanda yang berarti Kera. Sehingga, Sesaji Rewanda dimaksudkan untuk memberi makanan kepada sekawanan kera ekor panjang.
“Bisa juga diartikan sebagai bentuk rasa syukur atas keindahan alam semesta. Jadi, tradisi ini (Sesaji Rewanda), gunungan yang didoakan, kemudian sego kethek yang dinikmati masyarakat, buah-buahan kepada sekelompok kera, sebagai bentuk kebersamaan hidup bersama, untuk saling menjaga,” jelas dia.
Tak hanya sampai di situ, Sesaji Rewanda juga bertujuan untuk menjaga harmoni alam dan kebudayaan masyarakat sekitar. Yakni mempertahankan adat budaya yang sudah ada sejak UPTD Goa Kreo ada.
“Jadi sampai saat ini masyarakat masih melaksanakan adat tradisi perhelatan Sesaji Rewanda ini. Maknanya ada dua kata kunci, alam dan harmoni budaya. Bertujuan untuk melestarikan alam agar bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Seperti sekarang menjadi tempat wisata dan membangkitkan perekonomian warga sekitar,” tutup dia.
Advertisement