Upaya Erick Thohir Revitalisasi Lokananta Diapresiasi

Setelah selesai dengan Sarinah dan Pos Bloc, kini studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta yang berada di Kota Solo telah rampung direvitalisasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Jun 2023, 11:17 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2023, 07:58 WIB
Menteri BUMN Erick Thohir tengah melakukan revitalisasi atau renovasi studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta
Menteri BUMN Erick Thohir tengah melakukan revitalisasi atau renovasi studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta (dok: KBUMN)

Liputan6.com, Solo - Restrukturisasi serta pembenahan BUMN terus dilakukan oleh Menteri Erick Thohir. Setelah selesai dengan Sarinah dan Pos Bloc, kini studio rekaman pertama di Indonesia, Lokananta yang berada di Kota Solo telah rampung direvitalisasi.

Kawasan dengan luas 2,1 hektar ini mulai direvitalisasi sejak 27 November 2022 ini memiliki tujuh arena, yakni Galeri Lokananta, Studio Rekaman Lokananta, Lokananta Live House, Taman Lingkar Lokananta, Panggung Amphitheater Lokananta, Area ritel F&B, dan Area ritel kreatif (non F&B).

Addie Muljadi Sumaatmadja menilai bahwa revitalisasi terhadap Lokananta yang dilakukan Erick merupakan langkah yang sangat tepat mengingat selama ini masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan dalam melakukan dokumentasi dan pengarsipan sejarah.

Terlebih lagi dokumentasi arsip musik dan rekaman di Indonesia. Lanjut Addie, revitalisasi Lokananta ini merupakan salah satu bukti nyata negara memperharhatikan sejarah dan menyelamatkan harta karun musik di Indonesia. Sebelum ada adanya Warner Music, Sony Music, Musica atau Jackson Record semua musisi besar seperti Gesang, Waljinah direkam di Lokananta.

Tanpa adanya Lokananta menurut Addie masyarakat Indonesia saat ini tak bisa mempelajari dan menikmati musik di era itu. Sebagai bangsa yang besar, harusnya dokumentasi mengenai perkembangan musik di Indonesia bisa jauh lebih banyak. Sehingga revitalisasi Lokananta yang dilakukan Erick ini tak sekadar melihat sisi ekonomi.

Namun lebih kepada pelestarian dan perlindungan cagar budaya musik Indonesia.

Lanjut Addie, ketika ia mendirikan Twilite Orchestra tahun 1991 sangat sulit mendapatkan dokumentasi mengenai musik orchestra dan partitur di RRI pada masa lalu. Ia hanya sedikit menemukan dokumentasi mengenai orchestra dan partitur seperti Di Bawah Sinar Bulan Purnama dan Varia Ibukota.

Sebagai perusahaan rekaman tertua di Indonesia, revitalisasi Lokananta ini bisa dijadikan pengingat sejarah terhadap musik yang pernah ada di Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan bisa mengambil pelajaran berharga dari sejarah.

 

Cagar Budaya

“Di Austria pemerintahnya mendanai perkembangan kesenian di sana. Pemerintah Austria tak mengharapkan dananya kembali dari kesenian. Namun membiayai gedung opera dan gedung konser dikarenakan mereka tau ada peninggalan Mozart yang bisa mendatangkan banyak wisatawan.

Itu merupakan keuntungan yang cukup besar ke pemerintah Austria. Saya salut dan mengapresiasi langkah Erick yang melakukan revitalisasi Lokananta. Revitalisasi Lokananta yang dilakukan Erick ini tak hanya pelestarian dan perlindungan cagar budaya musik Indonesia tetapi diharapkan dapat menumbuhkan industri kreatif di Solo,” ucap Addie.

Addie berharap revitalisasi yang telah dilakukan Erick terhadap Lokananta dapat terus berlanjut. Tak hanya berhenti di revitalisasi, namun kedepannya bisa melakukan reproduksi dan rekonstruksi apa yang telah diwariskan oleh Lokananta. Dengan teknologi artificial intelligence diharapkan dokumen foto yang sudah kusam di Lokananta dapat direkonstruksi. Sehingga nantinya Lokananta tak hanya berhenti di reproduksi dan, rekonstruksi.

Namun dapat memproduksi musik yang yang tak memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti art musik seperti lagu karawitan, orchestra musik klasik, musik jazz, musik seriosa dan lagu lama dapat memiliki nilai jual. Sehingga dikomersialkan musik art melalui Lokananta tersebut dapat memberikan kontribusi kepada pekerja seni yang terlibat. Sehingga mereka dapat hidup.

“Saya berharap Lokananta dapat melanjutkan kiprahnya. Saya pernah membuat orchestra Sound of Indonesia untuk inflight music di Garuda Indonesia bekerja sama dengan Platinum Record. Musik art yang awalnya tak memiliki nilai ekonomi tinggi dengan sentuhan tertentu bisa memberikan nilai komersial," papar Addie.

"Saat itu orchestra Sound of Indonesia menjadi peringkat pertama di iTune. Ternyata ada orang yang menyukai art music. Sehingga saat itu orchestra Sound of Indonesia dijadikan sebagai world music. Diharapkan Lokananta bisa dijadikan hub bagi seniman, musisi dan industri sehingga bisa memberikan nilai jual terhadap art music. Namun saya tak mau memberikan beban lebih terhadap Lokananta. Sebab reproduksi dan rekonstruksi juga merupakan tugas yang tak ringan," tutup Addie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya