Liputan6.com, Jakarta - Kelangkaan gas 3 kilogram yang sempat terjadi di sejumlah daerah, tidak menjadi masalah bagi warga Desa Mundu, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Sebabnya mereka sudah menggunakan energi alternatif biogas sebagai pengganti elpiji. Pembiayaannya pun dilakukan dengan sistem arisan.
Ketua Kelompok Tani Ternak Margo Mulyo Desa Mundu Teguh Sutikno mengatakan, pengembangan biogas energi alternatif di desanya mendapat pendampingan dari pabrik Aqua Klaten dengan mitra Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP).
Baca Juga
Masuk pada 2013, Aqua Klaten dan LPTP memberikan pendampingan agar masyarakat dapat secara mandiri mengolah limbah kotoran sapi mereka menjadi biogas.
Advertisement
“Tak sekadar memberikan sosialisasi saja, mereka juga ingin agar ada percontohan pengembangan biogas ini di rumah warga. Sejumlah anggota kelompok tani termasuk saya pun menyatakan minat untuk mengikuti program tersebut,” tuturnya, Selasa (22/8/2023).
Namun, saat itu mereka menghadapi kendala biaya yang cukup besar agar bisa membangun biodigester atau unit untuk memproses limbah kotoran sapi menjadi biogas. Untuk membangun biodigester dibutuhkan dana sekitar Rp 12 juta, meliputi pembelian material, instalasi hingga membayar jasa tukang.
Teguh dan anggota Kelompok Tani Ternak Margo Mulyo Desa Mundu pun memutar otak untuk mencari cara bagaimana mengumpulkan dana agar bisa membangun biodigester karena mereka tak bisa hanya mengandalkan bantuan dari LPTP atau pihak lainnya.
“Hingga akhirnya, tercetuslah ide arisan biogas sebagai satu bentuk gotong royong atau saling bantu antar warga. Setiap malam Jumat Kliwon, lima anggota kelompok tani ternak Desa Mundu berkumpul membentuk kelompok arisan," jelasnya.
Skemanya sama seperti arisan kebanyakan, kumpulkan uang, saat itu per orang Rp 500 ribu. Setelah terkumpul, dana tersebut pun dibelikan material untuk membangun biodigester di rumah milik anggota arisan yang telah siap.
Rony Rusdiansyah, External Communication Danone Indonesia menambahkan, program biogas ini juga dikembangkan di beberapa pabrik lain, seperti di Bali dan Manado.
"Karakter daerah yang berbeda membuat pendekatan program ini lebih tepat untuk lokasi dimana memiliki aktivitas peternakan yang potensial bisa memberikan manfaat energi terbarukan untuk kebutuhan domestik masyarakat," katanya.
Selain manfaat bahwa limbah ternak terkelola dan tidak lagi menjadi pencemar. Masyarakat juga mendapat manfaat ekonomi dari gas untuk memasak dan penerangan.
Pengolahan Biogas Sederhana
Anggota Kelompok Tani Ternak Margo Mulyo Desa Mundu, Suparno mengutarakan proses pengolahan limbah kotoran sapi menjadi biogas sangatlah sederhana. Caranya, kotoran ternak yang ada di kandang dimasukkan ke dalam lubang pencampur dan diaduk, lalu masuk ke dalam kubah.
“Di dalam kubah inilah terjadi proses fermentasi untuk menghasilkan gas terjadi. Gas hasil pengolahan tersebut akan dialirkan ke rumah melalui pipa kecil dan bisa langsung dipakai sebagai bahan bakar untuk memasak,” tukasnya.
Sementara itu, lanjutnya, ampas dari hasil pengolahan biogas yaitu bio-slurry akan masuk ke kolam output. Ampas tersebut masih bisa dimanfaatkan sebagai pupuk untuk tanaman atau dijual ke pihak luar. Bio-slurry ini tidak berbau, tidak mengandung penyakit, bahkan kaya nutrisi dan manfaat.
"Untuk yang padat, biasanya kami pakai sebagai pupuk organik di sawah. Sementara yang cair, dikemas dalam satu wadah dan dijual ke pihak luar, satu di antaranya dijual sebagai pupuk tanaman bawang merah di Karanganyar," kata Suparno.
Advertisement