Hama Burung Pipit Ancam Petani di Magetan

Para petani sudah memasang patung orang-orangan sawah dan lonceng agar burung takut namun tidak efektif bahkan meminta kepada warga setempat

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jan 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2022, 06:00 WIB
Hama Burung Pipit Ancam Petani di Magetan
Pedagang mengambil burung pipit dalam kandang di kawasan Pasar Petak Sembilan, Glodok, Jakarta, Minggu (31/1/2021). Pedagang pipit mengaku mengalami penurunan omzet saat pandemi karena banyak vihara yang tak menyelenggarakan ibadah untuk mengurangi penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Hama burung pipit menjadi musuh petani di dua kecamatan wilayah Magetan Jawa Timur. Puluhan hektare tanaman padi di dua kecamatan tersebut terancam gagal panen.

Para petani pun merasa kerepotan menghadapi hama burung Pipit Magetan sehingga mereka terpaksa memasang jaring agar padi yang mulai berisi tidak habis diserang burung pipit.

Seperti di Desa Pragak Kecamatan Parang Magetan Jawa Timur. Salah seorang petani Riyan mengaku pusing sebab padi yang baru berusia 70 hari tersebut nyaris habis dimakan tikus.

Padahal, kata dia, para petani sudah memasang patung orang-orangan sawah dan lonceng agar burung takut, namun tidak efektif. Dia mengaku sudah menggunakan segala cara namun, resikonya kepada padi yang ditanam.

”Terpaksa kita pasangi racun yang dicampur singkong. Tapi beberapa hari kembali lagi, babat padi mulai dari pangkal. Sulit dibasmi saat ini,” katanya Dian, Sabtu (29/01/2022) dilansir dari berbagai sumber.

Dia mengaku, berbagai cara telah dilakukan mulau dengan pasang bunyi bunyian agar tikus takut hingga pasang racun dan jaga tiap malam dengan senapan angin.

Pengalaman serupa dirasakan petani di Desa Sumberdukun Kecamatan Ngariboyo Magetan. Tanaman padi yang berisi kemudian diserang oleh hama burung pipit.

Petani asal desa Sumberdukun ini memilih memasang jaring di lahan pertaniannya untuk menangkal serangan burung pipit.

“Tanaman padi saya mulai berbulir lebih dahulu dari tanaman padi desa lain. Sehingga menjadi sasaran burung,” ungkap Yasin salah seorang petani.

Yasin mengaku terpaksa memasang jaring di sawah berukuran 1.300 meter persegi agar tanaman padinya yang sudah berusia 80 hari bisa segera di panen.

“Setiap petani pasti berharap saat panen hasilnya bisa normal dan tidak merugi cukup banyak akibat serangan hama. Namun yang jelas dengan adanya hama ini terpaksa kami mengeluarkan biaya lebih untuk membeli jaring atau memasang racun tikus,” pungkasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya