Temuan Harta Karun Logam di Lapindo, Solusi di Tengah Ketidakpastian ?

Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan menyebutkan penelitian soal kandungan Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo sudah dilakukan sejak 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2022, 11:05 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2022, 11:05 WIB
Temuan Harta Karun Logam di Lapindo, Solusi di Tengah Ketidakpastian ?
Seniman membuatkan patung bagi warga korban kepada pemerintah di wisata lumpur lapindo, Sidoarjo, Senin (30/03/2015). Sudah 9 tahun kawasan ini terendam oleh lumpur, tidak terhitung kerugian yang diderita warga sekitar. (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta Temuan harta karun Lapindo Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi perhatian publik. Harta karun tersebut berupa logam lain yang ada di dalam lumpur

Bahkan, sebagian besar kalangan menyebutkan harta karun Lapindo ini menjadi sumber kekayaan alam baru bagi Indonesia. Kandungan yang ada di dalam lumpur lapindo tersebut banyak diburu dunia.

Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, selain kandungan logam tanah jarang yang sebelumnya ditemukan, terdapat pula kandungan logam lain yang disebut critical raw material.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyebutkan penelitian soal kandungan Logam Tanah Jarang di Lumpur Lapindo sudah dilakukan sejak 2020. Saat ini penelitian di lokasi semburan lumpur tersebut pun masih terus dilakukan.

"Tahun 2020 penyelidikan di sana, dan teman-teman kami terlibat dan lakukan kajian secara umum di Sidoarjo. Ada indikasi Logam Tanah Jarang ini," kata Eko.

Menurut Eko, kajian yang dilakukan pada 2020 lalu masih bersifat umum. Sehingga pada tahun ini akan dilakukan penelitian dengan lebih detil dan sistematis.

Penelitian lebih dalam dilakukan bersama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (TekMIRA).

Pakar teknologi lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Ganden Supriyanto mengatakan logam tanah jarang dianggap sangat penting daan berkaitan pada beberapa bidang tertentu seperti bidang meterologi .

"Logam tanah jarang di lumpur lapindo ini sangat mahal, bahkan jauh lebih mahal dibandingkan emas dan platina," kata Ganden.

Saksikan video pilihan berikut ini

Solusi di Tengah Ketidakpastian?

Temuan Harta Karun Logam di Lapindo, Solusi di Tengah Ketidakpastian ?
Banner Infografis Harta Karun di Lumpur Lapindo, Nilai Ekonomi dan Utang serta solusi di tengah ketidakpastian Kisahnya (Liputan6.com/Abdillah)

Gaden menjelaskan bahwa logam tanah jarang merupakan jenis logam lantanida dan aktinida yang meliputi beberapa logam di dalamya seperti litium, dan scandium. Logam itulah yang ditemukan di lumpur Lapindo Sidoarjo.

Selama ini, litium banyak digunakan sebagai bahan pembuatan baterai, terutama baterai mobil listrik. Temuan logam itu terhitung penting kaitanya karena ke depan semua kendaraan harus bebas emisi, sehingga mobil listrik lebih banyak digunakan.

Selain potensi dari pemanfaatan litium, scandium juga memiliki potensi tak kalah besar. Scandium banyak digunakan sebagai bahan pembuatan lampu berteknologi tinggi.

Namun, apakah temuan logam tersebut bisa menjadi solusi di tengah ketidakpastian masyarakat yang menjadi korban?

Diketahui semburan lumpur Lapindo tercatat muncul 29 Mei 2006. Bencana tersebut terjadi karena sebelumnya terdapat aktivitas pengeboran di sawah Porong.

BPK sempat menyebut bahwa Lapindo Brantas Inc terindikasi sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas kerugian yang ditimbulkan semburan lumpur.

Ganasnya semburan lumpur panas menyembur dari Desa Siring Kecamatan Porong ini menenggelamkan 11 desa dari tiga Kecamatan. Ini membuat banyak warga harus rela kehilangan tempat tinggalnya.

Penemuan harta karun ini terjadi di tengah ketidakpastian ganti rugi para korban terdampak semburan lumpur Lapindo. Persoalan ganti rugi ini, awalnya akan diselesaikan secara b to b.

Hingga kini, persoalan tersebut belum juga selesai. Para korban pun meminta pemerintah untuk mengambil alih mengenai kejelasan nasib mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya