Liputan6.com, Jakarta Desa Wisata Aeng Tong-tong di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep Jawa Timur dinobatkan sebagai satu-satunya desa dengan empu keris terbanyak di dunia oleh UNESCO pada tahun 2014 lalu.
Desa tersebut juga yang pertama dikunjungi Menparekraf Sandiaga Uno untuk kembali memulai visitasi ke 50 desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.
Salah satu perajin Keris Aeng Tong-tong, Mas Hafeni mengatakan, proses pembuatan keris memakan waktu yang cukup lama. Satu keris membutuhkan waktu antara satu hingga enam bulan.Â
Advertisement
Baca Juga
Prosesnya sendiri mulai dari pemilihan besi, lalu penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), terakhir mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan atau dicelupkan ke keris.
"Pembuatan keris ini menandakan dinamika kehidupan masyarakat. Mulai dari ditempa, diukir, dibengkok-bengkokkan, akhirnya menjadi keris," ucapnya.
Hal ini pun tergantung dari ukuran dan motif yang dibentuk. Untuk panjang keris di Pulau Madura sendiri normalnya antara 37 sampai dengan 38 cm.
Menurut Hafeni, karena proses pembuatan yang cukup lama, maka dalam sebulan sekitar 5 - 7 keris yang terjual.Â
"Produk keris kami ini juga sudah kami ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dan paham akan produk keris ini," katanya, Kamis (26/5/2022).
Desa Wisata Aeng Tong-tong memiliki galeri khusus keris yang menjadi ruang untuk menampilkan produk-produk keris khas Madura. Di sana juga ditampilakn keris dari para leluhur yang telah berusia 300 tahun.Â
Galeri ini juga diperuntukkan sebagai tempat berkumpulnya para empu, kolektor, hingga pemerhati keris. Yang menarik dari Desa Wisata Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris.Â
"Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional seperti saronen dan macopat," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Bapak Keris
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, ADWI 2022 sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi melalui pengembangan desa, agar tercipta lapangan kerja dan mendorong kebangkitan ekonomi.
"Ini akan menorehkan sejarah karena perjalanan 50 desa wisata terbaik desa wisata Indonesia bangkit, saya mulai langkah pertamanya di Kabupaten Sumenep. Hari ini saya sangat kagum dan melihat potensi yang luar biasa," kata Sandiaga.
Potensi ini tidak lepas dari jejak sejarah yang membekas pada produk kriya tersebut. Pasalnya keris telah hadir sejak abad ke-19 dan menjadi senjata pamungkas para prajurit kala itu.Â
Hingga kini keris masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Aeng Tong-tong.
Sandiaga Uno pun berencana menjadikan keris sebagai suvenir delegasi yang hadir pada salah satu side event KTT G20.Â
Namun dikarenakan keterbatasan waktu pembuatan, maka suvenir keris ini hanya dibuat sebanyak 20 buah mewakilo masing-masing negara.Â
"Keris ini merupakan penghargaan kami kepada negerinya para empu. Tadi saya juga sudah berkoordinasi dengan Bupati, karena keris ini butuh waktu pembuatan yang tidak sebentar, mungkin karena ada 20 negara jadi kita pesan 20 dulu untuk salah satu perhelatan G20, tapi nanti mungkin disesuaikan supaya bisa dibawa sebagai suvenir yang tidak merepotkan dan memberatkan dan tidak dilarang ketika naik pesawat," kata dia.
Pada kesempatan tersebut, Sandiaga mengusulkan agar produk keris ini bisa ditampilkan pada film-film nasional Indonesia, seperti Gundala dan Gatot Kaca.
"Jadi kita akan membumikan keris ini supaya kalangan milenial juga tertarik dengan keris. Mudah-mudahan nanti programnya dapat dikemas dalam bentuk yang lebih minimalis, agar bisa dibawa dan dijadikan sovenir," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Sandiaga didapuk sebagai Bapak Keris Aeng Tong-tong oleh masyarakat desa. Pemberian gelar tersebut dibarengi dengan penerimaan keris kehormatan untuk Sandiaga, yang memiliki makna mendalam, yaitu ketangguhan dan kemakmuran.Â
Advertisement