Cerita Dibalik Pemasangan Prasasti Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru

Pada tahun 2020 diketahui ada pendaki dari Indonesian Green Ranger memasang prasasti Soe Hok Gie - Idhan Lubis sekitar tahun 2002 silam

oleh Marifka Wahyu Hidayat diperbarui 20 Jul 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2022, 15:00 WIB
Cerita Dibalik Pemasangan Prasasti Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru
Foto prasasti Soe Hok Gie - Idhan Lubis di Puncak Mahameru. Foto (Liputan6.com / Marifka Wahyu Hidayat)

Liputan6.com, Malang- Jauh sebelum komunitas Gimbal Alas Indonesia memasang prasasti In Memoriam Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru, Gunung Semeru pada tahun 2020, ternyata telah ada pendaki dari Indonesian Green Ranger memasang prasasti tersebut sekitar tahun 2002 silam.

Sore itu, tepatnya 13 Desember 2002 Denis Codet, Edo, Sofyan dan Ita menumpang kereta api ekonomi Matarmaja dari Jakarta menuju Malang. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan rekannya Brur Sitorus, yakni salah satu anggota Himpunan Mahasiswa Pencita Alam Semesta (Himpas) Malang untuk bersama-sama mendaki Gunung Semeru.

Pada pendakian kali ini, mereka membawa misi untuk memasang prasasti In Memoriam Soe Hok Gie-Idhan Lubis. Hal tersebut mereka tunjukan sebagai pengabdian anggota Indonesian Green Ranger untuk mengenang kedua sosok legendaris yang meninggal dunia di Puncak Mahameru pada 16 Desember tahun 1969.

Bagi anggota Indonesian Green Ranger, sosok Idhan Lubis tidak dapat dipisahkan. Karena pendiri Indonesian Green Ranger, Idhat Lubis merupakan kakak dari Idhan Lubis yang meninggal bersama Soe Hok Gie di Puncak Mahameru, Gunung Semeru.

Saat itu, waktu menunjukan tepat Pukul 24.00 WIB, rombogan bergegas mendaki menuju Puncak Mahameru dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Saksikan video pilihan berikut ini: 

Perjalanan Pendakian

Cerita Dibalik Pemasangan Prasasti Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru
Denis pembuat lubang pondasi prasasti Soe Hok Gie - Idhan Lubis. Foto (Liputan6.com / Marifka Wahyu Hidayat)

Denis bersama rekannya harus berjibaku menaklukan dinginnya malam Danau Ranu Kumbolo. Dengan membawa bahan material, tim langsung beranjak dari dari Pos Ranu Pane menuju Puncak Mahameru, Gunung Semeru yang menjadi gunung tertinggi di pulau jawa.

"Sebelumnya pernah ada prasasti Sok Hok Gie dan Idhan terbuat dari marmer namun rusak. Niat kami waktu itu, memasang kembali dengan menggantinya menggunakan plat agar kokoh," ujar Denis Codet.

Butuh waktu sekitar 12 jam pendakian untuk sampai puncak Mahameru dari pos awal pendakian Ranu Pane, Kabupaten Malang. Sedangkan untuk membangun prasasti tersebut, tim membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Mulai dari riset, membawa material hingga proses pemasangan.

Pada hari pertama, rombongan membawa semen dan kerangka besi ke puncak Mahameru. Selanjutnya pada hari kedua mereka melakukan proses penggalian dan pemasangan kerangka. Hingga pada hari ketiga, tim melakukan proses pemasangan prasasti.

Pada saat hari terakhir, proses pemasangan prasasti, mereka sempat dinyatakan hilang oleh Tim Search and Rescue (SAR) setempat. Karena rombongan belum kembali dari waktu yang telah ditentukan, padahal ketika itu Gunung Semeru tiba-tiba dalam keadaan aktif.

"Saat itu kami memasang prasasti hingga jam 1 siang mundur dari jadwal yang telah ditentukan dan kami sempat dinyatakan hilang oleh tim SAR karena hingga petang belum kembali," lanjutnya. 

Kondisi Semeru

Cerita Dibalik Pemasangan Prasasti Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru
Denis kedua kiri. Foto (Liputan6,com / Marifka Wahyu Hidayat)

Melihat Gunung Semeru aktif, rombongan tidak langsung turun karena pemasangan plakat tersebut belum usai. Padahal menurutnya, nyawa meraka dipetaruhkan, hingga ia harus terjungkal dan merelakan tulang rahangnya patah karena benturan benda keras.

"Makanya di prasasti itu ada baut yang berbeda satu (kecil). Melihat Semeru yang aktif, kami langsung tergesa gesa saat memasangnya karena nyawa kami berada di ujung tanduk," ungkapnya.

Prasasti tersebut sempat menjadi daya tarik para pendaki untuk menapaki puncak Mahameru. Namun atas permintaan keluarga Idhan Lubis, plakat yang telah berdiri kokoh selama 10 tahun tersebut harus diturunkan dari puncak Mahameru pada Desember 2014

"Kita telah banyak berdosa terhadap alam Semeru, dengan plakat ini dilepas semoga alam Semeru bisa bersih dan menyadarkan pendaki Semeru untuk tidak meninggalkan sesuatu selain jejak dan tidak mengambil sesuatu selain foto," ungkap (alm) Ihdat pendiri Indonesian Green Ranger melalui website resminya.

Hingga saat ini, plakat terserbut masih tersimpan rapih di Pusat Latihan Indonesia Green Ranger, Cibodas, Jawa Barat. Selang 8 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2020 komunitas Gimbal Alas Indonesia dan Mahasiswa Pencinta Alam UI memutuskan untuk kembali memasang prasasti In Memoriam Soe Hok Gie – Idhan Lubis di Puncak Mahameru dan pada tahun 2021 plakat tersebut kembali dilepas.

.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya