Liputan6.com, Malang - Meski Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa sudah diputuskan untuk mendampingi Anies Rasyid Baswedan sebagai cawapres, namun elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan ini masih sangat minim.
Berdasarkan survei politik yang dikeluarkan Lembaga Survei Poltracking Indonesia, Anies masih diposisi paling buncit dengan elektabilitas 13,6 persen. Meski elektabilitas Anies sudah naik 4,3 persen, namun kenaikan itu belum mampu mendekati rival terberatnya Ganjar Pranowo (38,2 persen) dan Prabowo Subianto (40,6 persen).
Menurut Dekan FISIP Universitas Brawijaya Anang Sujoko, rendahnya elektabilitas yang hanya 13,6 persen seharusnya dijadikan momentum bagi tim suksesnya untuk melakukan evaluasi.
Advertisement
“Apakah yang hadir pada acara di Malang dan beberapa kota lainnya belum lama, merupakan penggembira atau benar-benar orang yang nanti akan memilih Anies di Pilpres 2024,” ujarnya.
Baca Juga
Anang melihat melihat adanya gap antara peristiwa ketika Anies dan Cak Imin turun lapangan dengan survei yang dibuat Poltracking. Dengan menggandeng Cak Imin seharusnya elektabilitas Anies meningkat di Jawa Timur dan menggerus suara Ganjar.
Apapun hasil survei yang dibuat Poltracking menurut Anang, mereka akan bertanggung jawab dengan metode survei yang dilakukannya. Ada kemungkinan Poltracking ada bias data dalam melakukan survei.
Realitas yang terjadi di lapangan kerap tak bisa dipotret ke dalam survei. Ia berharap agar nantinya Poltracking dapat memperluas dan menambah jumlah sampel ketika melakukan survei politik di Jawa Timur,
Lembaga survei politik besutan Hanta Yuda juga mencatat nama Erick Thohir masih menjadi kandidat cawapres yang paling diminati di Jawa Timur. Dari simulasi 10 nama cawapres, Erick menempati peringkat pertama (21,4 persen) Mahfud MD (21,4 persen), Muhaimin Iskandar(14,8 persen) dan Khofifah Indar Parawansa (14,3 persen).
Dari data berbagai Lembaga survei politik, termasuk Poltracking, Anang mengatakan, saat ini sosok cawapres yang cocok dan bisa masuk ke Prabowo maupun Ganjar hanyalah Erick Thohir. Tingginya elektabilitas Erick di Jawa Timur ini lantaran mayoritas masyarakatnya berasal dari Nahdlatul Ulama.
Anang menilai sebagian besar warga Nahdliyin menilai sebagai ketua harlah 1 abad Nahdlatul Ulama, Erick dianggap berhasil menggelar perhelatan akbar di Sidoarjo beberapa waktu yang lalu.
“Kedekatan dengan NU dan Presiden Jokowi sangat memengaruhi elektabilitas Erick di masyarakat Jawa Timur. Dengan tingginya elektabilitas Erick di Jawa Timur membuat sosoknya memegang kunci keberhasilan Ganjar ataupun Prabowo menuju pucuk pimpinan tertinggi di Indonesia,” tutur Anang.
Dengan posisi yang bukan berasal dari profesional dan tidak menjadi anggota salah satu parpol, Anang melihat posisi Erick saat ini hanya tinggal menunggu lampu hijau dari Jokowi saja. Selain itu posisi Erick saat ini tinggal menunggu apakah Ganjar atau Prabowo yang terlebih dahulu meminangnya sebagai cawapres.