Liputan6.com, Jakarta Geena Rocero adalah model perempuan asal Filipina yang berkarya di Amerika. Terlahir sebagai laki-laki, Geena mengaku sebenarnya pelabelan itu tidak sesuai dengan kondisi dirinya.
Geena menceritakan bagaimana sulitnya jadi transgender di luar Amerika dalam acara di TED Talk pada perayaan International Day of Transgender Visibility, Senin (31/3/2014).
Advertisement
TED adalah sebuah wadah bagi perbincangan tentang berbagai isu. Pada awalnya, wadah ini dimulai pada tahun 1984 dalam bentuk konferensi mengenai teknologi, entertaintment dan desain. Wadah ini memang bertujuan untuk membuat isu-isu yang disampaikan diketahui oleh dunia dan menjadi perbincangan budaya secara mendalam.
Menurut Geena, label gender diberikan pada saat kita lahir. Pelabelan tersebut terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Harus ada ruang bagi identifikasi diri oleh diri sendiri.
“Saya tak terlahir sebagai laki-laki. Saya dilabelkan sebagai laki-laki saat lahir. Pemahaman tentang dua hal berbeda itu sangat penting bagi budaya dan masyarakat perihal bagaimana cara memperlakukan seorang transgender,” tulis Geena pada sebuah artikel yang diterbitkan oleh cnn.com seperti dikutip Rabu (2/4/2014).
Sejak usia belia (15 tahun), Geena sudah mengikuti berbagai kontes kecantikan transgender. Pengalaman tak menyenangkan sering dialaminya dengan pihak imigrasi bandara saat bepergian ke luar negri. Oleh pihak imigrasi bandara, Geena sering kali diinterogasi selama berjam-jam tentang perbedaan antara identitas gender di paspor dan tampilannya sebagai perempuan.
Model asal Filipina ini mengatakan bahwa tidak ada hukum di Filipina yang memperbolehkan seseorang untuk mengganti identitas gender di paspor. Hal ini lah yang menjadi penyebab permasalahan yang selalu dialaminya dengan pihak imigrasi bandara.
Pengalaman Hidup sebagai Transgender di Amerika
Pengalaman Hidup sebagai Transgender di Amerika
Pada tahun 2005, Geena menjadi warga negara Amerika Serikat. Di Amerika, Geena dapat mengubah identitas gender yang ada di dokumen-dokumen tertulis. Hal ini membuatnya merasa bahwa segala sesuatu tentang identitas gendernya menjadi sesuai. Akan tetapi, Geena menyadari bahwa masih banyak hal yang harus ditangani mengenai persoalan gender dalam kondisi budaya.
Kesempatan berbicara di TED Talks juga digunakannya untuk mengenalkan organisasi Gender Proud. Organisasi yang dibentuknya ini memiliki visi untuk dunia yang ramah terhadap identifikasi diri oleh diri sendiri.
Berdasarkan pengalamannya, Geena mengatakan bahwa bahkan di negara-negara barat sekalipun konsepsi gender masih kaku. Namun bedanya dengan belahan dunia lain adalah bahwa negara-negara barat tersebut memiliki sistem hukum yang cukup suportif pada transgender.
Gender Proud akan bekerja di celah ini. Organisasi ini bekerja sama dengan organisasi lainnya untuk bergerak di negara-negara yang belum memiliki sistem hukum yang ramah pada transgender. Geena percaya bahwa pemahaman yang dalam tentang isu transgender akan membawa umat manusia pada pemahaman mendalam tentang gender secara keseluruhan.
Selain Geena Rocero, dunia fashion memiliki beberapa model transgender lainnya. Dua nama lain yang dapat disebut adalah Lea T dan Isis King.
Lea T adalah model asal Brazil yang lahir pada tahun 1981 dengan tinggi tubuh 180 cm. Bakat modelingnya ditemukan oleh desainer senior label mewah Givenchy. Pada tahun 2010, Lea dipercaya oleh label tersebut untuk menjadi ambasador. Lea juga pernah tampil dalam editorial Vogue Paris.
Isis King lahir pada tahun 1985 di Amerika Serikat. Isis adalah model catwalk selama tujuh tahun sebelum ia mengikuti kontes modeling America’s Next Top Model season 11. Isis adalah kontestan transgender pertama di kompetisi yang dipandu oleh model ternama Tyra Banks itu. Isis berdarah Afrika-Amerika.
Dunia Fashion tampaknya merupakan sebuah pintu yang cukup lebar bagi isu-isu kemanusian untuk disadari oleh dunia, termasuk isu identitas gender.
Advertisement