Melihat Keris Berusia Ratusan Tahun di Puro Pakualaman Jogja

Keris Nogososro, keris berusia ratusan tahun turut dipamerkan di Puro Pakualam Jogja.

oleh Yanuar H diperbarui 28 Sep 2014, 16:35 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2014, 16:35 WIB
Melihat Keris Berusia Ratusan Tahun di Puro Pakualaman Jogja
Keris Nogososro, keris berusia ratusan tahun turut dipamerkan di Puro Pakualam Jogja.

Liputan6.com, Yogyakarta Akhir pekan ini, kota Yogyakarta menghadirkan berbagai agenda menarik untuk Anda pilih. Salah satunya adalah Pameran Gelar Pusaka Warisan Dunia di Puro Pakualaman Jalan Sultan Agung Jogja yang telah digelar sejak 24 September lalu hingga nanti tanggal 29 September 2014.

Dalam acara ini akan ada pameran keris, bursa jual beli keris dan barang antik di Puro Pakualaman mulai Pukul 09.00 wib hingga 21.00 wib. Salah satu panitia acara Soni Efendi mengatakan acara ini digelar oleh Paguyuban Mertikarta Yogyakarta dengan menampilkan 77 keris anggota paguyuban di Jogja dan Jateng.

Keris yang dipamerkan  mulai dari Era Majapahit sampai Mataram Hamengkubuwono VII. Menurut Soni tidak hanya orangtua saja yang datang ke pameran keris ini tetapi anak muda pun juga tertarik melihat keris berumur ratusan tahun ini.

"Untuk menguri-nguri (melestarikan warisan) leluhur karena sudah diakui dunia. Kita sudah sejak 24 kemarin sampai Senin 29 September 2014. Kebanyakan anak muda, bahkan mereka juga banyak yang mengkoleksi," ujar Soni di Puro Pakualaman Sabtu (27/09/2014).

Sementara itu salah satu kolektor keris di pameran ini Teguh Iman Santoso mengatakan keris yang dipamerkan kali ini adalah keris di era 1720-an. Keris bernama Nogososro ini baru didapatnya satu minggu lalu dari Belanda.

Menurutnya, keris Nogososro miliknya hanya dimiliki sebagian saja di dunia. Pasalnya keris tersebut dahulu dibuat oleh kalangan Raja dan bangsawan, sehingga ia pun rela membarternya dengan keris dari Jawa Barat.

"Bangga sudah di luar negeri bisa kembali di Indonesia lagi. Itu masterpice karena Nohososro itu Simbol untuk bangsawan jadi nggak sembarangan ada yang punya," ujar Teguh.

Menurutnya ada sekitar belasan lagi keris yang terhitung tua berada di Belanda. Saat ini dirinya masih berusaha untuk memboyong keris-keris baik dari era Majapahit maupun era sebelumnya kembali ke tanah air.

Ternyata rencana membawa keris-keris tersebut kembali ke Indonesia tidaklah mudah karena berbagai macam faktor, salah satunya faktor harga. Harga keris yang terhitung tua itu tidak ada harga standarnya. Biasanya pemilik keris akan melihat pribadi pembeli terlebih dahulu.

Jika pribadi pembeli sesuai dengan pemilik keris, bukan tidak mungkin keris itu dpat diterima dengan harga murah atau gratis.

"Masih di Belanda masih banyak, masih saya loby. Nggak ada standart harga. Keris itu tergantung perundingan antara penjual dan pembeli. Kalau yang bagus itu ngga akan dijual mudah, ada hubungan tersendiri. Personal sekali pendekatannya," ujarnya.

Selain keris miliknya yang dipamerkan ada juga keris milik GBPH Yudhaningrat. Keris yang dilapisi emas ini bernama Uruping Dillah. Keris jenis ini adalah keris khas dalam Kraton Jogja. Sehingga hanya orang dalam Kraton Jogja saja yang mempunyai keriss jenis ini. Jadi silahkan saja melihat pameran keris ini di akhir pekan anda. Pameran keris ini akan berakhir pada Senin (29/09) besok. (Fathi mahmud/Ars)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya