Liputan6.com, Jakarta- Berita mengenai wabah penyakit Ebola sangat marak diperbincangkan. Pasalnya, penyakit Ebola pun mampu melumpuhkan dan mempengaruhi pergerakan industri fesyen dan bisnis barang mewah lainnya seperti yang dilansir dari fashionunited.co.uk, Senin (03/11/2014).
Kecemasan ini sudah mulai mengkhawatirkan seluruh dunia. Dampak negatif ini pun sudah berpengaruh terhadap sektor wisata. Sebagai salah satu alternatif, wisata belanja pun menjadi wisata pertama yang akan mengalami dampak negatif ini.
Setiap wabah global dapat mempengaruhi pariwisata. Bahkan, sebuah laporan penelitian yang dilakukan oleh lembaga bernama Barclays, barang-barang mewah pun bisa mendapat dampak negatif yang cukup besar.
Advertisement
Wabah penyakit Ebola mampu mempengaruhi merek barang tertentu, terutama mereka yang mengandalkan sistem grosir. Laporan mencatat merek-merek ternama seperti Swatch, Richemont, Tod, dan Hugo Bross pun rentan mengalami dampak negatif ini. Perusahaan yang memproduksi barang kulit dan mengatur sistem ritel mereka sendiri, seperti Louis Vuitton cukup bisa bertahan.
Penyakit Ebola dikhawatirkan akan memiliki pengaruh besar seperti saat wabah SARS melanda. Indeks saham produsen barang mewah turun sebanyak 21 persen antara November 2002 dan Maret 2003 akibat SARS. Kemudian melambung kembali pada bulan Agustus 2003 sebanyak 47 persen. Selain SARS, konflik di Irak juga sedikit banyak memiliki peranan dalam hal ini.
Meski dikhawatirkan akan memengaruhi indeks saham produsen barang mewah, namun wabah penyakit Ebola juga memberikan keuntungan bagi sejumlah produsen perlengkapan kesehatan; terutama yang dikenakan oleh para pekerja industri kesehatan.
Marvin Barth, seorang spesialis valuta asing di Barclays menyimpulkan bahwa “penyakit Ebola bisa mengakibatkan risiko pasar yang cukup serius, terlebih untuk masalah memenuhi pasokan permintaan”. (Jazaul Aufa/Igw).