Liputan6.com, Jakarta Menulis novel bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Jika Anda membaca artikel tentang metode menulis novel, atau mendengar cerita para penulis dengan karya yang diterbitkan, Anda akan mendengar bagaimana mengkonstruksi plot, memberi latar belakang cerita para tokoh-tokoh, dan mengolah cerita. Perlu banyak waktu untuk merealisasikan hal itu semua. Itulah mengapa, beberapa penulis yang sukses seperti JK Rowling atau Haruki Murakami memilih untuk menjadi penulis seutuhnya.
Namun, tidak semua penulis terkenal membuat keputusan yang sama. Sebelas penulis ini tetap bekerja seperti orang awam walaupun karya mereka telah dikenal masyarakat luas. Beberapa memilih bekerja karena alasan finansial, beberapa karena memang mempunyai passion di bidang itu. Dilansir dari laman huffingtonpost.com, Minggu (19/4/2015), inilah 5 penulis itu:
Virginia Woolf
Advertisement
Bersama suaminya, Leonard Woolf, Virginia mendirikan usaha penerbitan. Mereka menerbitkan buku terjemahan bahasa Rusia, tulisan psikoanalisis, dan buku The Waste Land karya T.S. Eliot.
T.S. Eliot
Sejak tahun 1917-1925, Eliot bekerja di Lloyd's Bank. Periode itu merupakan masa di mana ia menyelesaikan dan menerbitkan The Waste Land. Kemudian ia bergabung dengan perusahaan penerbitan yang sekarang dikenal dengan nama Faber and Faber.
Franz Kafka
Kafka kerap bercerita tentang kewajibannya dalam bekerja di perusahaan asuransi.
Frank McCourt
Pengarang Angela's Ashes, memoir yang memenangkan Pulitzer Prize ini sehari-harinya mengajar di sebuah SMA di New York selama karirnya.Â
Jorge Luis Borgers
Penulis asal Argentina yang menghasilkan kumpulan puisi berjudul Ficciones ini bekerja sebagai asisten di Buenos Aires Municipal Library, dan berhasil naik jabatan sebagai direktur. Perpustakaan sangat mempengaruhi karir menulisnya.
Bram Stoker
Penggagas kisah Dracula ini tetap mempertahannya pekerjaan sehari-harinya yang bergengsi sebagai asisten pribadi aktor Henry Irving dan manajer bisnis di Lyceum Theatre di London. Bagaimanapun, ia sepertinya tidak punya pilihan saat itu, mengingat Dracula bisa dikategorikan sebagai buku sastra.
Lewis Carroll
Pengarang Alice in Wonderland dan berbagai "karya omong-kosong" ini juga merangkap sebagai ahli matematika, fotografer, dan guru. (Ikr/ret)
Â