Liputan6.com, Jakarta Motif macam-macam songket dari kekayaan budaya Pulau Sumatera tampil dalam rancangan-rancangan busana Muslim. Sebagiannya anggun dan sebagian lain modis. Pagelaran busana yang berlangsung pada Kamis 30 April 2015 ini menyedot perhatian pengunjung pasar itu.
Atmosfer dari fashion show Itang Yunasz – dari labelnya Kamilaa dan Preview – yang terselenggara di Blok B Tanah Abang itu memang berbeda dengan eksklusifitas suasana Jakarta Fashion Week pada akhir tahun 2014 lalu dimana koleksi dari lini utamanya ditampilkan. Tapi antusiasme yang terasa pada event di Tanah Abang tersebut tidak kalah kuat.
Baca Juga
Tampaknya Itang bukan sekadar menyadari bahwa fesyen adalah sisi kehidupan dari segala lapisan masyarakat. Terlebih dari itu, Itang terjun untuk secara nyata berkarya bagi semua kalangan itu. Rentang harga produk-produk Kamilaa secara umum adalah Rp 100.000 – Rp 300.000. Untuk momen-momen khusus, misalnya Idul Fitri, ada juga produk-produk spesialnya yang ditawarkan dengan harga Rp 600.000.
Advertisement
“Saya memiliki obsesi bahwa karya-karya saya jangan hanya dapat dinikmati oleh kalangan menegah ke atas. Saya ingin semua level dan lapisan bisa menikmati apa yang saya buat,” ucap Itang dalam sesi wawancara khusus dengan Liputan6.com, Rabu 29 April 2015 di butiknya di bilangan Permata Hijau.
Minat Itang pada bidang rancang busana sudah tumbuh sejak berusia 8 tahun. Melihat langsung bagaimana sang ibunda mengolah sehelain kain menjadi sebuah baju merupakan benih kecintaannya pada fesyen yang kemudian menumbuhkan antusiasme untuk pergi ke Paris, kota fesyen dunia.
Rintisan usaha pertama dari lulusan Lomba Perancang Mode 1981 yang diadakan oleh sebuah majalah ini adalah Galeri Busana yang dibentuknya bersama peragawati Dani Dahlan dan Enny Sukamto. Modalnya adalah uang hadiah kompetisi dan hasil penjualan baju-baju yang ditampilkan di sana. Karena masing-masing memiliki kesibukan sendiri, usaha yang berjalan selama 4 tahun itu kemudian disudahi.
Pada tahun 1986 Itang mendirikan usaha sendiri, yakni PT Yunasz Astabrata dengan label utama Itang Yunasz. Lazimnya membangun sebuah usaha, berbagai hambatan dihadapi olehnya. “Di awal saya menjadi desainer, saya merasa kesulitan mengembangkan bisnis ini karena antara desainer, pabrik tekstil, dan yang lainnya tidak menyatu. Kini kondisinya sudah lebih baik sehingga apa yang saya butuhkan untuk mewujudkan eksplorasi desain menjadi lebih mudah dipenuhi,” kisah Itang.
Itang Yunasz sebagai Desainer Busana Muslim
Itang Yunasz sebagai Desainer Busana Muslim
Kini Itang sudah memiliki 5 lini busana, yakni Itang Yunasz, Kamila, Tatum, Preview, dan Moshaict. Kecuali first line Itang Yunasz, semua label tersebut menghadirkan busana ready-to-wear dan semuanya busana Muslim. Tiap label memiliki karakternya sendiri.
“First line Itang Yunasz memiliki karakter yang romantis dan delicate. Untuk Kamilaa yang diutamakan adalah bagaimana harga yang terjangkau dapat memberikan kenyamanan dengan tema-tema keindonesiaan, seperti motif-motif tenun tradisional. Label Preview memproduksi busana pria yang lebih fashionable dan affordable. Tatum adalah label busana kerja. Sementara Moshaict diperuntukan bagi generasi muda,” jelas Itang Yunasz mengenai masing-masing label yang dikelolanya.
Pria kelahiran tahun 1958 ini menetapkan diri untuk menjadi perancang busana Muslim pada tahun 2000. Dari buku-buku yang dibaca dan pengajian-pengajian yang diikutinya, Itang mendapat pemahaman bahwa seorang yang baik adalah orang yang bisa memberi manfaat untuk orang banyak.
Dan manfaat yang ingin diberikannya adalah manfaat kesopansantunan berbusana. Latar belakang pemahaman keislaman inilah yang memimpin seorang Itang untuk menjadi desainer busana Muslim.
“Pada awalnya saya merasa ragu apakah saya bisa mengeksplorasi kemampuan desain saya seturut dengan kaidah-kaidah Islami. Ternyata Tuhan memberi saya begitu banyak kemudahan untuk hal itu dan semakin banyak rizki yang didapat,” tutur Itang soal pengalamannya bertransisi menjadi perancang busana Muslim.
Bicara soal dunia fesyen Muslim di Indonesia saat ini, Itang melihat bahwa kemajuan yang ada di dalamnya menunjukkan potensi yang sangat baik untuk digarap. Pada wilayah inilah Itang mendapati syiar dan peluang usaha rancang busana bertemu.
“Saya berharap agar saya dapat berkontribusi lebih banyak untuk dunia fesyen Muslim Indonesia dan memiliki gerai di seluruh Indonesia untuk segala lapisan masyarakat,” ungkap Itang di penghujung wawancara.
(bio/ret)
Advertisement