Liputan6.com, Jakarta Batik telah lama dikenal sebagai salah satu kekayaan budaya nusantara. Namun, tak sedikit orang yang mengerti bagaimana cara membuat batik sejak awal hingga menjadi kain cantik yang menarik. Jarang pula orang yang tahu ciri-ciri batik yang dibuat dari setiap daerah di Indonesia.
Perancang papan atas Indonesia Edward Hutabarat, yang sudah 35 tahun berkarya di dunia mode pun ingin merangkum semua proses tersebut dalam sebuah karya pagelaran bertajuk "Batik Journey". Edward ingin menceritakan perjalanan kain batik dari mulai awal dibuat, dalam prosesnya, serta bagaimana sebuah kain menjadi sebuah busana siap pakai yang elegan.
Baca Juga
Ketika Didiet Maulana Melukiskan Motif Batik dan Tenun Indonesia di Kulkas Merek Mewah Italia
Pameran Hari Batik Nasional Digelar Mulai 2 Oktober 2024, Tampilkan Instalasi Multimedia dan Animasi Koleksi Batik
Viral Baliho Klaim dan Ajakan Pilih Batik Malaysia, Warganet: Nama Batik Aja dari Bahasa Jawa
Baca Juga
Seperti sebelumnya, desainer dengan panggilan akrab Bang Edo selalu mengemas batik menjadi busana yang simpel dan cantik. Namun, kali ini Edward juga menunjukkan sebuah proses perjalanan yang perlu diketahui semua penikmat karyanya. Pada babak pertama, Edo mempertunjukkan batik bermotif garis atau stripe lining seperti lurik yang menjadi identitas karya Edo sebelumnya bertajuk "Part One".
Advertisement
Bila dulu motif tersebut dibuat dari bahan american cotton, kemudian ditransformasi menggunakan lurik, maka saat ini Edo melahirkan kembali motif bergaris tersebut dengan teknik Batik. Motif bergaris itu kini hadir bukan hanya sebagai aksentuasi, tetapi menjadi “pemain utama” berupa lembaran kain utuh yang dikreasikan ke dalam berbagai potongan gaun. Selain itu koleksi busana wanita bernuansa leisure ini, juga banyak menggunakan dari bahan sutra organza yang terkesan ringgan dan mengembang.
Batik Journey
Edo juga menggabungkan dua buah motif batik dalam satu busana. Seperti, motif garis lurik dengan motif bunga buketan yang menjadi sebuah dress maxi yang cantik.
Batik seperti sebuah lukisan, oleh karena itu Edo pantang menggunting atau memotong kain Batik. Apalagi, jika motif batik yang dibuat adalah motif Sawunggaling yang memiliki makna tentang sebuah kekuatan dan kemenangan. Edo memilih pendekatan baru, dengan membuat pola terlebih dahulu. Baru setelah pola itu lahir, kain-kainnya siap untuk di-Batik. Ini perlu dilakukan agar proses interaksi dengan para artisan batik itu dilakukan sejak awal.
“Saya ingin ketika busana saya dikenakan, burung-burung di dalam motif Sawunggaling itu terlihat seperti terbang,” kata Edo saat diwawancarai setelah fashion show berlangsung, pekan lalu.
Berbagai motif Sawunggaling diaplikasikan di atas material sutera atau satin, yang ditransformasi ke dalam potongan gaun cocktail hingga long dress. Beberapa terlihat mengembang cantik, dengan aplikasi lace atau tulle yang implisit.
Advertisement
Batik Journey
Melalui “Batik Journey”, Edo juga melansir koleksi Kimono khusus untuk pria, yang meleburkan dua kutub kebudayaan berbeda. Busana berpola T-shaped yang identik dengan busana tradisional Jepang ini diimplementasi di atas kain Batik. Kimono Batik ala Edo terlihat mewah dan subtle. Untuk pria, Kimono Batik ini disandingkan dengan kain lurik. Ada yang panjang semata kaki, ada pula yang muncul sebagai jaket atau luaran yang praktis. Bravo!