Di Langit Indonesia: Potret Budaya Agraris Kasepuhan Ciptagelar

Ciptagelar merupakan kampung adat yang mampu menghidupi masyarakatnya dari hasil panen sendiri.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 08 Feb 2016, 13:01 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2016, 13:01 WIB
Kasepuhan Ciptagelar
Kasepuhan Ciptagelar mampu menghidupi masyarakatnya dari hasil panen sendiri.

Liputan6.com, Jakarta Kasepuhan Ciptagelar merupakan kampung adat yang memilih hidup berdasarkan tata laku Sunda. Kasepuhan yang secara administrasi masuk dalam kawasan Kampung Sukamulya, Desa Simaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi ini ditinggali sekitar 29.000 warga yang hidup dari hasil panen sendiri.

Dalam satu tahun, masyarakat Ciptagelar mengadakan 30 upacara adat, termasuk upacara Haruka Huma, Tutup Nyambut, dan Seren Taun. Haruka Huma adalah sedekah bumi untuk hasil panen non-padi, sedangkan Tutup Nyambut merupakan penanda berakhirnya musim tanam padi, sementara Seren Taun adalah upacara yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas panen raya yang berlimpah.

Kasepuhan Cipatgelar kini dipimpin seorang ‘Abah’ yang baru berusia 29 tahun. Meski masih muda, Abah berhasil membawa Ciptagelar mencapai swasembada pangan dengan memiliki stok beras selama 3 tahun di 8.000 lumbung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya