Liputan6.com, Jakarta Porno kini telah menjadi sebuah hal yang tidak memiliki batasan di dalam dunia maya. Bahkan, penelitian menemukan seperempat anak-anak umur 11 tahun telah melihat film porno secara online, dan setengah dari anak berusia 16 tahun dengan mudah mengakses porno.
Baca Juga
Melansir dari News.sky.com, Rabu (15/6/2016), 3 dari 13 anak berumur 14 tahun yang telah menonton porno berkata, bahwa mereka ingin mengikuti perilaku yang mereka lihat di film porno.
Padahal, banyak dari anak-anak ini yang tidak sengaja menemukan situs porno, namun karena sekarang iklan situs porno tersebar dimana-mana, mereka dapat mengakses dengan mudah.
Advertisement
Hasil survei dari 1000 anak ini, membuat perdebatan untuk membatasi internet pada materi yang eksplisit menjadi semakin panas.
Komisaris anak, Anne Longfield, mengatakan "Banyak anak-anak dan remaja terganggu saat melihat pornografi. Hal tersebut lebih mengkhawatirkan karena terdapat jutaan anak yang dapat mengakses pornografi, entah itu tidak sengaja terlihat pada saat mereka membuka internet atau secara khusus mencarinya".
Sky News juga berbincang dengan sekelompok anak berumur 14 dan 15 tahun, mereka mengatakan bahwa sangat prihatin dengan pornografi yang sangat mudah didapat secara online.
Kieran (15 tahun), mengatakan: "Anda dapat dengan mudah melihatnya di media sosial seperti Instagram dan Snapchat, bahkan di Twitter terdapat iklan situs porno yang bisa tidak sengaja Anda klik"."Anak-anak berumur 10 dan 11 tahun tidak mengetahui apa itu (iklan porno), dan bisa saja mengakses dengan satu klik" Tambahnya.
Maddy (15 tahun), mengatakan: "Beberapa orang menjadi tertekan melakukan hubungan seks karena film porno".
Tapi seorang psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam studi kecanduan porno mengatakan, memblokir materi eksplisit sama sekali bukan jawaban dari fenomena ini. Melarang pornografi juga merupakan hal yang tidak realistis. Membatasi akses untuk pornografi lebih masuk akal. Namun, terlalu naif jika berusaha menghentikan masyarakat untuk mengakses pornografi.
Di dalam laporan ini tidak dikatakan adanya hubungan antara konsumsi pornografi dengan kekerasan seksual. Tapi sebuah organisasi yang mendidik anak-anak tentang hubungan yang sehat mengatakan, bahwa pendidikan seks yang lebih banyak, dapat melindungi anak-anak dari efek bahaya pornografi.
Anastasia de Waal, ketua Program Family Lives' Teen Boundaries mengatakan: "Fakta bahwa anak muda rentan terhadap porno terjadi karena sebagai orang tua, kita tidak mempersiapkan mereka dengan pendidikan seks yang tepat".