8 Tahap yang Membentuk Kepribadian Manusia Menurut Ahli

Jika menemukan seseorang yang putus asa dan tidak percaya diri, simak cara mengenali penyebabnya berdasarkan tahap pembentukan kepribadian.

oleh Firman Fernando Silaban diperbarui 10 Jul 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2016, 12:00 WIB
8 Tahapan yang Bentuk Kepribadian Manusia Menurut Ahli
8 Tahapan yang Bentuk Kepribadian Manusia Menurut Ahli (sumber. psychoshare.com/medicaldaily.com)

Liputan6.com, Jakarta Pada dasarnya memahami pola pikir, perasaan dan tingkah laku manusia cukup sulit karena mereka adalah makhluk yang penuh misteri. Banyak hal-hal yang belum terungkap sepenuhnya dalam diri manusia. Upaya-upaya untuk memahami pribadi manusia ini telah dilakukan oleh para ahli sejak lama bahkan hingga saat ini.

Selain itu, manusia kerap menggunakan “topeng” yang merupakan instrumen untuk para pemain peran, digunakan untuk menutupi muka, saat tampil di atas panggung. Istilah “topeng” ini digunakan untuk menggambarkan watak, atau perilaku seseorang yang terkadang menampilkan ekspresi berbeda antara perasaan dan wajahnya.

Psikolog kelahiran German dan berasal dari Amerika Serikat, Erik Erikson mengungkap tahapan pembentukan pribadi untuk mengungkap kehidupan manusia. Erikson mengembangkan teori dari gurunya Sigmund Freud dengan menganggap bahwa masa dewasa bukanlah sebuah hasil dari pengalaman masa lalu, tetapi merupakan proses kelanjutan dari tahapan selanjutnya.

Seperti dilansir dari Psychoshare.com pada Minggu (10/7/2016), Liputan6.com merangkum proses tahapan dan konsep dasar pembentukan kepribadian manusia di sekitar Anda atau mungkin lingkungan terdekat.

Psikolog yang merupakan tokoh psikoanalitik dan murid Sigmund Freud, Erik Erikson, mengemukakan tahapan perkembangan kepribadian manusia (sumber. Psychoshare.com/erikerikson.org)

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) (sumber. chakracommunity.com)

Tahapan ini terjadi ketika manusia berusia 0 sampai dengan 18 bulan. Pada tingkatan pertama teori perkembangan psikososial, Erikson berpendapat bahwa saat manusia lahir sampai berusia 1 tahun merupakan tingkatan dasar dalam hidup.

Bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan, kepercayaannya berkembang dan didasarkan pada pola asuh anak. Jika hal tahapan ini berhasil dilalui manusia akan merasa bahwa dirinya selamat dan aman dalam dunia. Sedangkan, pola asuh yang tidak konsisten dan emosional akan mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak tersebut.

Tahap 2 Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt)

Tahap 2 Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) (sumber. typepad.com)

Tahapan ini terjadi pada manusia ketika berusia 18 bulan sampai 3 tahun. Tahapan ini memberikan pengaruh masa awal anak-anak untuk fokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Salah satu contohnya adalah Erikson mempercayai bahwa latihan menggunakan toilet dan aktivitas dasar lainnya merupakan bagian penting dalam proses ini.

Beberapa kejadian penting lainnya dalam hal pengendalian diri lebih atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan pakaian. Jika anak berhasil melewati tahapan ini, ia akan merasa aman dan percaya diri. Sedangkan, anak yang tak berhasil melewatinya akan merasa bahwa dirinya tidak pernah cukup serta ragu-ragu akan diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt)

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) (sumber. theunboundedspirit.com)

Tahapan ini terjadi saat manusia menginjak usia 3 sampai 5 tahun. Selama masa usia pra sekolah, manusia mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung serta interaksi sosial.

Mereka akan lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut inisiatif. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Selain itu, rasa tanggung jawab dan prakarsa dalam diri anak mulai meningkat. Namun, bagi mereka yang gagal mencapai tahap ini akan memunculkan perasaan bersalah, ragu-ragu, dan kurang insiatif.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) (sumber. sciencenews.org)

Tahapan ini terjadi pada usia anak 6 tahun sampai masa pubertas. Melalui interaksi sosial yang terjadi, sang anak mulai bisa mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan melalui pengarahan orang tua serta guru akan membangun keinginan berkompetis yang juga berpengaruh pada kepercayaan dirinya.

Namun, bila sang anak tidak mendapat dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan memunculkan perasaan ragu akan ketrampilan yang dimilikinya. Masa pertengahan dan akhir kanak-kanak akan membentuk dan mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Dalam tahap ini, guru mengambil peranan yang penting karena berkaitan dengan pengetahuan.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) (sumber. anchorofpromise.files.wordpress.com)

Tahapan ini terjadi pada masa remaja seseorang, yaitu usia 10 sampai 20 tahun. Selama masa remaja, manusia mengeksplorasi kemandirian dan membangun kepekaan dirinya. Anak akan diperhadapkan dengan penemuan pertanyaan tentang jati diri, bagaimana mereka nantinya, dan tujuan hidup. Anak akan diperhadapkan pada banyaknya peran baru serta status sebagai orang dewasa.

Pada tahap ini, realita yang diperhadapkan adalah soal pekerjaan dan romantisme, misalnya orang tua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan berbeda dalam suatu peran khusus. Jika seorang remaja menjalani peran-peran tersebut, secara positif dan sehat, maka identitas diri, eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri, dan pengendalian diri akan dicapai.

Namun, jika identitas remaja tersebut ditolak oleh orang tua padahal telah menjalaninya, mereka akan cenderung mengalami kebingungan. Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) (sumber. goodtherapy.org)

Tahapan ini terjadi pada manusia selama memasuki masa dewasa awal 20 sampai 30 tahun. Erikson percaya bahwa tahapan ini penting karena masa bagi seseorang untuk membangun hubungan yang dekat serta siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini akan mengembangkan hubungan dengan komitmen serta aman.

Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepekaan diri cenderung memiliki kekurangan komitmen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) (sumber. demandstudios.com)

Tahapan ini terjadi selama masa pertengahan dewasa 40 sampai 50 tahun. Selama masa ini berlangsung, mereka akan melanjutkan untuk membangun hidupnya dengan berfokus pada karir dan keluarga. Bagi seseorang yang berhasil di tahapan ini akan merasa bahwa mereka memiliki kontribusi pada dunia dengan partisipasinya di rumah serta komunitas. Namun, bagi mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) (sumber. success.com)

Tahapan ini terjadi selama masa akhir dewasa, yaitu usia diatas 60 tahun. Selama fase ini, manusia cenderung melakukan perenungan dan introspeksi terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini cenderung merasa bahwa hidupnya percuma dan akan mengalami banyak penyesalan. Selain itu, individu akan merasakan kepahitan hidup serta putus asa. Namun, bagi yang berhasil, mereka akan menemukan cerminan keberhasilan serta kegagalan yang dihadapi dengan bijaksana sampai menghadapi kematian.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya