Liputan6.com, Jakarta Grebeg Sudiro berlangsung meriah. Gelaran budaya Jawa dan Tionghoa yang masuk dalam kalender event wisata di Solo ini diramaikan ribuan orang. Sebanyak 4.000 kue keranjang juga turut diarak untuk diperebutkan. Pantauan Liputan6.com, Minggu (22/1/2017), ribuan warga mulai berkumpul di area kawasan Pasar Gedhe sejak pukul 12.00 siang.
Baca Juga
Advertisement
Prosesi Grebeg didahului oleh arak-arakan dari beragam kesenian tradisional, seperti kesenian soreng Boyolali, seni Hadrah, hingga bakul Pasar Gedhe dengan kereta dorong yang berisi sayuran. Tak ketinggalan kesenian liong dan barongsai turut meramaikan acara ini.
Dalam prosesi arak-arakan dipanggul gunungan yang melambangkan akulturasi kebudayaan Jawa dan Tionghoa. Bukan hanya gunungan sayuran dan palawija yang menjadi simbol etnik Jawa, tetapi beberapa makanan khas Tionghoa juga menjadi bahan penghias gunungan, mulai dari kue keranjang, cakwe, janglut, hingga bakpao. Yang menarik, berbagai gunungan yang diarak dibentuk menyerupai pagoda dan tugu jam Pasar Gedhe.
Wahyu Sugiarto selaku Ketua Panitia Penyelenggara mengatakan, event Grebeg Sudiro yang tahun ini memasuki usia 10 tahun, bukan hanya menjadi ajang bagi masyarakat untuk unjuk potensi kampung, tetapi juga menjadi simbol masyarakat yang berbaur dalam kebhinekaan.
Setelah iring-iringan itu selesai mengelilingi kawasan Pasar Gede, selanjutnya ribuan warga sudah mulai ancang-ancang untuk mengikuti rayahan dari gunungan yang diarak. Walau hujan, warga tetap menantinya. Hanya dalam hitungan menit, semua gunungan habis dirayah.
"Satu hal yang menjadi ikon Grebeg Sudiroprajan adalah rayahan kur kranjang. Tahun ini kita menyebar 4.000 kue keranjang sebanyak empat kuintal. Dari 4.000 itu, sebanyak 250 kue keranjang digunakan untuk gunungan. Dan sisanya disebar," ungkap Wahyu. (Fajar Abrori)