Pharresia, Ungkapkan Semua Rasa Gelisah dalam Lukisan Monumental

Perasaan gelisah memberi sensasi yang tidak nyaman dan perlu disalurkan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat lukisan.

oleh Akbar Muhibar diperbarui 22 Mei 2017, 18:23 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2017, 18:23 WIB
Pharessia, Ungkapkan Semua Rasa Gelisah dalam Lukisan Monumental
Perasaan gelisah memberi sensasi yang tidak nyaman dan perlu disalurkan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah dengan membuat lukisan seperti yang dilakukan oleh Tjutju Widjaja. (Liputan6.com/Akbar Muhibar)

Liputan6.com, Jakarta Perasaan gelisah tentu memberikan sensasi yang tidak nyaman dan perlu disalurkan dalam berbagai cara. Salah satunya adalah dengan seni lukis, yang dapat memberikan pesan kepada setiap orang yang melihatnya. Karena itulah, Tjutju Wijaya, seorang pelukis asal Bandung, menghadirkan berbagai lukisan terbaiknya yang dikurasi oleh Yogie A Ginanjar, dalam pameran bertajuk Pharessia di Pullman Jakarta Central Park, Kamis (18/5/2017).

“Pada awalnya saya melukis untuk mengemukakan berbagai permasalahan sosial yang pernah terjadi di Bandung. Namun setelah lama berproses, saya merasa karya tersebut kurang sesuai dan beralih kepada tema anak-anak. Karena banyak permasalahan anak yang terjadi dan butuh perhatian orang banyak,” ungkap Tjutju Wijaya pada pembukaan pameran.

Tema yang diangkat sendiri adalah ‘Parrhesia’, yaitu mengatakan semuanya tanpa menyembunyikan apapun. Sehingga para pengunjung pameran seni ini diharapkan dapat memahami dengan tepat, apa rasa gelisah yang hadir dalam pikiran pembuatnya. Kebanyakan potret yang hadir adalah anak-anak dengan segala problematikanya.

“Saya sering mendapatkan inspirasi dari cucu saya yang ada di rumah. Mulai dari benda-benda kesukaannya dan berbagai aksesoris yang ada di sekitar mereka. Seperti gadget, mainan, hingga zombie yang menjadi sosok kesukaan mereka,” ungkap Tjutju.

14 lukisan yang dihadirkan sendiri merupakan berbagai karya dari Tjutju dari tahun 2010 hingga 2017. Dengan menggunakan teknik pemisahan warna dan Pop Art yang populer pada tahun 1950, Tjutju coba menghadirkan transformasi, dan penyampaian rasa gelisah yang telah dialami selama berkarya.

“Konsep dan tema yang diangkat dalam pameran ini juga sesuai dengan hotel yang pop art. Spiritnya juga sama dengan Ibu Tjutju yang karakteristiknya sesuai dengan Pullman Jakarta Central Park,” ungkap Veronica Maximillian, Marketing Communication Manager, Pullman Hotels and Resort.

Pameran seni ini merupakan dukungan dari Pullman Jakarta Central Park terhadap seniman Indonesia, untuk memperkenalkan karya mereka ke khalayak yang lebih luas. Pada pameran tahunan yang sudah diadakan lima kali ini, diharapkan dapat menciptakan kesadaran untuk lebih menghargai karya seni.

“Saya bahagia Pullman memberikan kesempatan baik tak hanya melalui lukisan, juga konsep karya yang diberiikan. Semoga para hadirin yang datanng juga dapat terinspirasi dengan anak-anak,” ujar Tjutju.

Pameran ini sendiri diadakan dari tanggal 19 hingga 31 Mei 2017 di lantai L Pullman Jakarta Central Park. Seluruh lukisan juga dijual untuk publik dan dapat dibeli ketika acara berlangsung. Tentunya gelisah juga jadi cara bagus untuk berkarya bukan?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya