Hutan Indonesia, Rumah Terakhir Populasi Badak yang Kian Menipis

Populasi badak Sumatera di Malaysia dan Vietnam sudah punah. Hutan Indonesia jadi tempat terakhir bagi populasi badak yang kian menipis.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 23 Sep 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2017, 15:00 WIB
20150927-Hari-Badak-Dunia-Jakarta
Aktivis mengendarai sepeda mensosialisasikan Hari Badak Sedunia, Jakarta, Minggu (27/9/2015). Kampanye dilakukan untuk penyadartahuan dan penyelematan Badak Sumatera dan Badak Jawa yang populasinya tiap tahun makin berkurang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Hari Badak se-Dunia yang diperingati tiap 22 September menjadi alarm pengingat bahwa badak Sumatera yang ada di dunia saat ini jumlahnya tidak lebih dari 100 ekor. Atas dasar meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat, Tim Badak mengajak masyarakat Indonesia “Berlari untuk Badak” pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jakarta.

Sectionov, Liaison International Rhino Foundation, yang juga anggota aktif Tim Badak, menurut informasi yang diterima Liputan6.com, Sabtu (23/9/2017), mengatakan, “22 September merupakan hari spesial bagi kami dalam gabungan Tim Badak, hari ini dilaksanakan berbagai kegiatan di beberapa lokasi sekaligus, seperti di Medan, Way Kambas, Yogyakarta, maupun Ujung Kulon. Berbagai kegiatan tersebut bertujuan satu, yaitu untuk terus menyuarakan suatu kondisi darurat badak Indonesia yang tentunya perlu diketahui oleh banyak pihak, baik para pemangku kepentingan sampai anak sekolah yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa.”

Tim Badak adalah sebuah kelompok yang terdiri atas enam organisasi konservasi dengan dasar ilmu pengetahuan yang berkolaborasi untuk menyelamatkan badak Sumatera. Keenam organisasi tersebut adalah The International Rhino Foundation (IRF), Yayasan Badak Indonesia (YABI), the World Wide Fund for Nature - Indonesia (WWF), the Wildlife Conservation Society (WCS), Forum Konservasi Leuser (FKL), dan the Leuser International Foundation (LIF) yang diluncurkan pada Mei 2017 lalu di Jakarta.

Sementara itu, Ni Made Ferawati, selaku Dokter Hewan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) Way Kambas mengatakan, “Mungkin banyak yang bertanya, mengapa spesifik badak Sumatera? Hal ini karena spesies badak Sumatera bercula dua merupakan spesies yang cukup spesial di mana mereka hanya dapat ditemui di Indonesia. Populasi badak Sumatera di Malaysia dan Vietnam telah mengalami kepunahan. Hutan Indonesia adalah rumah asli terakhir para badak-badak unik ini yang tersebar di berbagai area terpisah, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Gunung Leuser, Way Kambas, dan beberapa individu di Kalimantan.”

Lebih jauh, dirinya mengatakan, Way Kambas sejak 1996 menjadi habitat asli seluas 20 hektare untuk tiap individu badak. Tim SRS juga tengah melakukan berbagai program untuk membantu perkembangbiakan badak Sumatera, di antaranya melakukan cek kandungan, pengambilan sperma dari badak jantan, maupun pemeriksaan x-ray di bagian tubuh badak yang sakit.

“Hal ini kami lakukan karena kemampuan berkembangbiak badak yang rendah yaitu hanya 1 anak setiap 5 tahun,” tambah Ferawati.

Berlari untuk Badak

Memperingati Hari Badak se-Dunia tahun ini, Tim Badak didukung oleh Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem mengadakan kegiatan lari bersama bertajuk, “Berlari untuk Badak” yang akan diadakan hari Minggu, 24 September 2017 dan mengambil titik temu di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta.

“Kami berharap masyarakat, khususnya warga Jakarta, dapat mengikuti kegiatan ini di mana hal ini sebagai bagian dengan kampanye #KadoUntukDelilah yang telah diluncurkan sebelumnya di Mei lalu. Kami telah melakukan penyebaran informasi mengenai Delilah melalui beberapa wadah sosial media dan juga penggalangan dana melalui platform Kitabisa.com” tambah Sectionov.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya