Ini Penyebab Kunjungan Wisman ke Kepulauan Sula Masih Minim

Kepulauan Sula akan dikembangkan menjadi wisata bahari dan wisata minat khusus untuk para pencinta diving.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 10 Apr 2018, 12:15 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2018, 12:15 WIB
Kepulauan Sula
Foto: Humas Protokol Kabsula.

Liputan6.com, Jakarta Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara yang menjadi kawasan perlintasan bagi wisata Wakatobi dan Raja Ampat, sangat ideal untuk dikembangkan sebagai wisata bahari dan wisata minat khusus untuk para pencinta diving. Hal tersebut setidaknya diungkapkan I Gede Pitana, Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata dalam jumpa pers Festival Maksaira di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Senin (9/4/20178).

“Kami siap bantu Pemkab Kepulauan Sula untuk lakukan kajian pasar. Karakteristik Kepulauan Sula itu mirip Wakatobi dan Raja Ampat, keduanya punya pasar terbesar Jepang dan Eropa. Saya kira Kepulauan Sula juga gitu,” ungkap Pitana.

Sementara itu, Hendrata Thes Bupati Kepulauan Sula mengatakan, Pemkab Sula ingin daerahnya jadi destinasi yang berbeda dari Wakatobi dan Raja Ampat. Untuk itu kami perlu dukungan Kementerian Pariwisata untuk melakukan kajian untuk mengembangkan potensi yang dimiliki Kepulauan Sula.

 

Punya Banyak Keistimewaan

Jumpa Pers Festival Maksaira
Jumpa pers Festival Maksaira digelar di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta. (9/4). Festival Maksaira tahun ini kembali digelar di sepanjang Pantai Wai Ipa hingga ke Pantai desa Bajo, Kepulauan Sula. (Ahmad Ibo/ Liputan6.com)

Kepulauan Sula sendiri memiliki banyak potensi keindahan alam, mulai Telaga Kabau, Pulau Kucing, Air Terjun Wailau, Air Terjun Waitina, Selat Capalulu, dan Pulau Pagama.

“Selat Capalulu itu hanya ada Kepulauan Sula, itu arus laut terkuat di dunia. Air bisa miring, di dalamnya ada pusaran, di bawahnya ada karang-karang. Bahkan diceritakan dulu pernah ada di situ perahu yang kesedot. Di situ juga ada kampung nelayan,” kata Hendrata.

Tak hanya itu, Kepulauan Sula juga menjadi tempat yang nyaman bagi kawasan penyu untuk bertelur. Hendrata mengatakan, jika di tempat lain ada juga penyu, di Kepulauan Sula penyu bisa melahirkan dua kali lebih banyak dari daerah lain.

Bukan hanya destinasi wisata alam, Kepualauan Sula juga memiliki beberapa bangunan kuno yang kini menjaqdi situs wisata sejarah, antara lain De Verwachting Alting, Air Santosa, Batu Gadis, Situs Makam Imam Jawa, Tanjung Mata Aya Bo Fat Tina.

 

Aksesibilitas

Meski Kepulauan Sula punya banyak potensi wisata, nyatanya untuk sampai ke lokasi ini bukanlah perkara yang mudah. Minimnya sarara bandara membuat lokasi ini belum bisa dijangkau dengan pesawat boeing berpenumpang banyak.

“Kalau mau ke Sula bisa melalui Ternate, pesawat direct 3,5 jam dari jakarta. Dari ternate ke Sula itu jaraknya 218 mil, itu naik perahu 16 jam. Kalau naik pesawat bisa, tapi hanya ada pesawat perintis bermesin satu. Dari Jakarta ke Ternate tiket sekitar Rp 2 jutaan, naik pesawat ke sula itu sekitar Rp 375 ribu,” ungkap Hendrata menambahkan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya