Historis di Balik Lezatnya Sarapan Autentik Jawa di Hotel Bintang 5 Yogya

Rasakan pengalaman bersantap makanan autentik Jawa dengan segala kisah sejarah di baliknya dalam Javanese Breakfast di Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto

oleh Novi Nadya diperbarui 24 Jun 2018, 10:01 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2018, 10:01 WIB
Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto
Javanese Breakfast Experience di Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto (Liputan6.com/Novi Nadya)

Liputan6.com, Jakarta Yogyakarta selalu membekas dan ngangeni bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya. Kali ini kami pulang ke Jakarta dengan membawa pengalaman yang berbeda. Pengalaman sarapan autentik Jawa lengkap dengan historis di baliknya dari Hotel bintang lima Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto.

Javanese Breakfast Experience berbeda dengan fasilitas sarapan hotel biasanya. Kita dibawa menuju sebuah bale pendopo kayu yang terletak di area kolam renang. Dari kejauhan terdengar alunan musik Jawa bersiap menyambut tamu yang akan duduk lesehan di dalamnya.

Beruntung kami ditemani oleh Chef Andry yang memasak sendiri lima menu sarapan mulai dari appetizer sampai dessert. Serta Pak Bowo yang juga menjelaskan dengan rinci tentang cerita di balik tiap menunya. Ini pengalaman kami bersantap langsung beberapa waktu lalu.

 

Sajian Pembuka Khas Gunung Kidul

Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto
Javanese Breakfast Experience di Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto (Liputan6.com/Novi Nadya)

Mengawali Javanese Breakfast Experience, Pak Bowo membawakan jajanan pasar khas Gunung Kidul yaitu trio gatot, cenil, dan tiwul. Sambil menuangkan teh panas dari tekonya.

"Teh Jogja biasanya tubruk atau biasa kami menyebutnya nasgitel singkatan dari panas legi kentel," ujar Pak Bowo ramah yang mencairkan suasana.

Singkat cerita, warga Gunung Kidul menanam ketela pohon sebagai pengganti nasi. Ketela pohon dengan kualitas bagus diolah jadi tiwul, sementara yang kurang bagus dimanfaatkan sebagai gatot. Best, enggak ada yang mubazir.

Setelah menjajal jajanan pasar, kami disajikan sayuran segar dalam bentuk seperti gado-gado bernama lotek. Bumbu kacangnya memang tidak terlalu pekat seperti gado-gado karena menonjolkan sayuran.

Lotek disajikan untuk mengingatkan perjuangan para pekerja di zaman Belanda yang sulit untuk memenuhi kebutuhan protein. Mereka pun mencari tumbuhan alami dari gunung dan hutan yang ditambahkan bumbu kacang agar semakin gurih.

"Tiap makanan ada story telling-nya. Selain sayuran, biasanya ditambah bakwan, tahu, tempe, dan rempeyek. Biar para pekerja tetap ada tenaganya," ujar Chef Andry yang menemani kami.

Rempah dari Tanah Jawa

Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto
Javanese Breakfast Experience di Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto (Liputan6.com/Novi Nadya)

Nah, kami pun tak sabar menunggu hidangan selanjutnya. Disajikan dalam mangkung tembikar, adalah soto ayam dengan rempah dari tanah Jawa. Rasanya cenderung manis dan gurih.

"Pada zaman dulu, makanan ini berfungsi untuk menambah stamina dan menjaga kebugaran tubuh karena dimasakan dari rempah-rempah," lanjut Chef Andry.

Meski kaya bumbu seperti lengkuas dan jahe, rasanya cenderung ringan. Apalagi ayam pejantan yang empuk sekaligus kenyal menggugah selera makan. Yang paling penting kami bisa menikmati khasiatnya bagi tubuh.

Dessert Juara

Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto
Javanese Breakfast Experience di Hotel Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto (Liputan6.com/Novi Nadya)

Nah, yang ditunggu-tunggu adalah menyantap Nasi Gudeg Komplit. Namun, sebelum menikmati ayam, tahu dan tempe bacem, krecek, serta gudeg, kami pun ketagihan mendengar cerita di baliknya.

Rupanya, di zaman VOC, gori atau batang nangka digunakan pekerja sebagai pengganti karbohidrat sekaligus protein. Mereka memasak gori sehari semalam dengan gula aren dan gula merah hingga benar-benar lembut dan sticky yang dikenal dengan nama gudeg.

"Kami juga memasak semuanya sehari semalam dengan api kecil. Mulai dari ayam kampung yang matang diungkep bukan digoreng. Gudeg gori dari nangka yang paling muda dimasak dengan gula merah, gula aren, dan daun jati yang membedakan rasa gudeg dengan yang lain," urainya.

Pantas saja ayamnya empuk dengan bumbu meresap sampai ke tulang. Ditambah krecek yang pedas dan telur, tempe, plus tahu bacem yang manis berpadu pas di mulut.

Dessert

 

Yang paling juara adalah Moon Pia yang hanya bisa ditemui di Grand Mercure Yogyakarta Adi Sucipto. Sekilas memang menyerupai bakpia Jogja, namun lebih mini dan isiannya padat.

Terdiri dari berbagai rasa seperti kacang merah, lotus, kacang hijau, pandan, dan black sesame. Kami menjajal varian black sesame yang super enak. Anda juga bisa membelinya sebagai oleh-oleh yang berbeda.

Setelah itu kami menikmati bubur sum-sum khas Yogya dan potongan buah segar. Lengkap sudah pengalaman kami menikmati Javanese Breakfast spesial dari hotel yang mendapatkan rekor MURI sebagai hotel dengan tematik Borobudur terbanyak. Tertarik mencoba?

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya