Industri Pariwisata Indonesia Kian Meningkat Pesat

The Best Ministry of Tourism, pariwisata jadi sektor idola Indonesia.

oleh Cahyu diperbarui 24 Sep 2018, 10:20 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2018, 10:20 WIB
Kemenpar
The Best Ministry of Tourism, pariwisata jadi sektor idola Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Industri pariwisata semakin menjadi idola di Indonesia. Hal ini terlihat dari performanya yang semakin meningkat setiap tahun. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, dan kelapa sawit yang terus merosot.

Selain itu, pariwisata juga dianggap punya keunggulan karena mayoritas kegiatannya berada di sektor jasa. Pariwisata juga merupakan komoditas yang paling berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level paling bawah masyarakat.

"Sektor pariwisata Indonesia yang sangat menjanjikan. Sektor ini menjadi core business Indonesia. Pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa, serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat," ujar Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani, Sabtu (22/9/2018).

Pada 2016, devisa pariwisata mencapai 13,5 miliar dollar AS per tahun. Padahal, pada 2015 pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.

Pada 2017, sumbangan devisa dari sektor pariwisata melesat menjadi sekitar 16,8 miliar dollar AS. Angka ini diprediksi akan meningkat 20 persen menjadi sekitar 20 miliar dollar AS pada 2018.

"Sektor pariwisata Indonesia sendiri diproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto sebesar 15 persen di tahun 2019. Yang artinya menghasilkan sekitar Rp 280 triliun bagi devisa negara. Serta dapat menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. Lebih jauh, sektor pariwisata diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh negeri ini," ucap Haryadi.

Melesatnya sektor pariwisata tidak terlepas dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia terus naik.

Pada 2017, wisman yang berkunjung sebanyak 14,04 juta orang. Angka ini naik 21,88 persen dari 2016 yang berada dikisaran 11,52 juta wisman.

"Ini juga berkat kerja keras semua pihak yang mampu mendongkrak indeks daya saing Pariwisata Indonesia. Dari peringkat 70 dunia di tahun 2013, meroket ke posisi 42 besar di 2017," kata Haryadi.

Dengan paparan tersebut, ia mengaku Kementerian Pariwisata sangat layak mendapat penghargaan Kementerian Pariwisata Terbaik 2018 di ajang TTG Travel Award.

Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa peningkatan industri pariwisata tersebut dipengaruhi oleh peran dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

"Alasan utama, ada CEO Commitment. Ini yang ditunjukkan presiden selama memimpin kabinet kerja. Action-nya ada. Rekam jejaknya pun tercatat. Dalam memimpin kabinet kerja, Presiden tak ragu menetapkan pariwisata sebagai leading sector dan sekaligus core ekonomi bangsa," ujarnya.

Presiden Jokowi juga menetapkan 10 destinasi prioritas atau yang sering dipopulerkan dengan istilah 10 Bali Baru. Sebarannya pun merata di seluruh Indonesia. Ada Danau Toba Sumatera Utara, Tanjung Kelayang Bangka Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu DKI Jakarta, Borobudur di Joglosemar, Bromo-Tengger-Semeru Jawa Timur, Mandalika di Lombok, Komodo Labuan Bajo Nusa Tenggara Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Morotai Maltara.

Tak hanya itu, Presiden Jokowi juga kerap hadir di banyak destinasi wisata. Melihat secara langsung kendala di lapangan. Destinasi Raja Ampat, Morotai, Labuan Bajo, Larantuka, Mandalika, Borobudur, Tanjung Lesung, dan Danau Toba adalah beberapa destinasi yang pernah dikunjunginya.

Dukungan bersar besar pun diberikan kepada destinasi yang mengalami bencana. Sebut saja Bali yang langsung bangkit ketika dikunjungi Presiden Jokowi setelah erupsi Gunung Agung atau pariwisata Lombok yang langsung bangkit setelah mendapat kunjungan dari beliau.

Bagi Arief, dukungan nyata Presiden tersebut yang membuat pariwisata semakin maju.

“Itu menunjukkan komitmen yang tinggi dari Presiden Jokowi terhadap dunia Pariwisata. Tugas seorang CEO itu menentukan arah dan mengalokasikan Sumber Daya. Baik manusia (orang terhebat), maupun budgeting (anggaran). Karena itu, di pariwisita ditempatkan orang-orang terhebat dan di-support dengan anggaran, yang meskipun masih terbatas, tapi sedikit naik," ucapnya.

 

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya