Cerita Nelayan Saat Lihat Tsunami Selat Sunda Luluh Lantakkan Permukiman

Sebelum gelombang tsunami Selat Sunda menerjang permukiman, nelayan itu melihat Gunung Anak Krakatau tiga kali menyemburkan api.

oleh Putu Elmira diperbarui 28 Des 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2018, 09:00 WIB
Pengakuan Nelayan Saat Lihat Tsunami Hantam Permukiman
Begini kesaksikan seorang nelayan ketika menyaksikan gelombang tsunami menerjang permukiman. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Bandarlampung - Seorang nelayan di perairan Pantai Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengaku melihat gelombang tinggi tsunami menghancurkan tiga desa sekitarnya, yang meliputi Sukaraja, Kunjir, dan Way Muli.

"Tiang listrik yang ada di pinggir jalan tertutup dengan gelombang laut. Diperkirakan ketinggian mencapai hingga 15 meter," kata Jumani, seorang nelayan di Dusun Kunjir di Pegunungan Rajabasa, Lampung Selatan, Kamis, 27 Desember 2018, dilansir Antara.

Asli, demikian ia akrab disapa menjelaskan, 30 menit sebelum tsunami, ia beserta tiga rekannya tengah memancing dengan perahu di tengah laut perairan Kunjir. Kala itu, ia melihat jelas semburan percikan api dari puncak Gunung Anak Krakatau (GAK).

Ia mengingat setidaknya tiga kali Gunung Anak Krakatau menyemburkan api. Setelah itu, Gunung Anak Krakatau berhenti menyembur dan beberapa menit tidak mengeluarkan aktivitas seperti biasanya.

"Sekitar lima menit berhenti, kemudian datang gelombang air dari arah Barat dengan ketinggian 15 meter. Saya kemudian langsung teriak memberi isyarat kepada warga bahwa ada tsunami. Saya tahu teriakan saya pasti tidak terdengar, tapi saya berupaya agar ada yang mendengar," ucapnya.

Kemudian, gelombang tsunami menyapu bibir pantai sebanyak tiga kali dengan ketinggian yang dahsyat. Usai gelombang pertama, air laut dalam keadaan surut sedalam tujuh meter.

Pada kedua kalinya, gelombang tsunami kembali menyapu bibir pantai dengan ketinggian melebihi dari gelombang pertama.

"Saat saya berada di tengah air surut sampai tujuh meter. Kemudian keluar air dari karang. Tapi untuk kedua dan ketiga kalinya ini, gelombang laut menyapu dari arah tengah tempat surutnya air itu. Saya dari tengah laut dekat Gunung Rajabasa tidak kelihatan lagi saking tingginya," ucapnya.

Selain itu, ia menambahkan kejadian ini hanya berlangsung selama 30 menit. Ketika tsunami terjadi, ia berada di tengah laut sekitar pukul 21.00 WIB hingga berakhir gelombang laut pada pukul 21.30 WIB.

"Saat kejadian, saya menangis memikirkan ibu saya di rumah yang sedang sakit, tapi alhamdulillah sekali sebanyak 20 keluarga semuanya selamat. Hanya rumah saja yang hancur," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya