200 Motif Batik Sudagaran Solo di dalam Buku ke-5 Hartono Sumarsono

Batik sudagaran Solo dibuat untuk 'mengakali' ketatnya aturan penggunaan batik keraton.

oleh Henry Hens diperbarui 24 Feb 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2019, 19:00 WIB
Koleksi Batik Hartono Sumarsono
Koleksi batik Hartono Sumarsono. foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Kolektor batik sekaligus penulis buku soal batik, Hartono Sumarsono akan ambil bagian dalam acara Adiwastra Nusantara 2019 yang bakal digelar pada 20-24 Maret 2019 di Hall A-B, JCC, Jakarta. Selain memamerkan koleksi batiknya, Hartono juga akan meluncurkan buku ke limanya yang bertajuk Batik Sudagaran Solo.

"Buku terbaru ini tentang batik Sudagaran Solo. Ini koleksi batik yang dibuat oleh saudagar di luar keraton. Di keraton sendiri tak sembarangan orang boleh menggunakan batik khas keraton. Dan ternyata batik karya saudagar ini tak kalah bagusnya dengan keraton," tutur Hartono dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 22 Februari 2019.

Menurut Hartono, Adiwastra Nusantara 2019 mengambil tema Wastra Adati Generasi Digital sebagai pondasi bagi kaum milenial untuk peduli terhadap budaya nusantara, dalam hal ini batik.

Selain untuk mewujudkan keinginan menyumbangkan sesuatu pada negeri ini, Hartono berharap buku terbarunya ini bisa membantu generasi milenial mencari referensi tentang batik. Ia merasa bertanggung jawab untuk berkontribusi dalam bidang budaya, khususnya batik dengan membuat buku soal batik Indonesia.

"Dalam buku-buku saya, ada sekitar 200 motif batik yang saya tampilkan dari berbagai referensi. Mungkin suatu hari nanti, buku saya atau referensi lain bisa didigitalisasi untuk lebih memudahkan lagi bagi milenial," tuturnya.

Hartono mengaku, tak mudah mencari dan menemukan data atau narasumber pendukung saat menyusun buku soal batik. Namun karena punya koneksi pencinta batik, Hartono akhirnya bisa terbantu dan menyelesaikan bukunya.

"Batik kita banyak motifnya. Dari batik tulis sampai corak yang terpengaruh dari China hingga Jepang. Kadang para pengrajin batik tak menurunkan ilmunya ke kerabatnya, jadi kita agak kesulitan mencari data dan narasumber," ungkapnya. Uniknya, Hartono tadinya lebih suka mengoleksi keramik.

Namun, perkataan temannya yang berasal dari Padang mengubah pandangannya. Setelah mengetahui corak batik Indonesia yang bagus-bagus dan mulai jarang diproduksi, ia beralih membuka bisnis batik sekaligus menjad kolektor.

Ia mengkoleksi batik-batik corak kuno sejak 1983. Batik yang pertama kali dikoleksi olehnya adalah batik pesisir, seperti Pekalongan dan Lasem. "Koleksi batik saya yang paling tua itu berasal dari tahun 1850-an," kata Hartono.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya