Kontroversi Celana Dalam Denim Seharga Rp 4,7 Juta

Dengan material denim, celana dalam keluaran sebuah brand tuai kontroversi di media sosial.

oleh Asnida Riani diperbarui 31 Mar 2019, 03:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2019, 03:00 WIB
Celana dalam
Celana dalam berbahan denim. (dok. Instagram @ssense/https://www.instagram.com/p/Bvedj9PA33i/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Denim adalah satu dari sekian banyak material umum yang dipakai dalam sederet fashion item, mulai dari celana sampai jaket. Tapi, bagaimana kalau bahan satu ini kemudian dibuat dalam versi celana dalam?

Adalah Paris Y/ Project, fashion brand yang mengeluarkan produk berupa celana dalam denim. Kemunculannya di media sosial menimbulkan kontroversi, di mana sebagian besar warganet menyuarakan ketidaksetujuan pada rancangan busana tersebut.

Di samping material tak umum, harga yang terbilang tinggi juga jadi sebab lain munculnya protes dari warga jagat maya. Dilansir dari situs Ssense, Sabtu, 30 Maret 2019, celana dalam denim ini dibanderol 334 dolar Amerika atau sekitar Rp 4,7 juta.

"Serius? Celana dalam ini lebih terlihat seperti bahan jins tidak terpakai yang kemudian dimanfaatkan," tulis salah satu warganet. "Ini adalah desain paling buruk dari sejarah fashion item yang pernah saya lihat," sambung yang lain

Juga, lewat sederet komentar, netter menyampaikan, celana dalam denim tidak ideal dikenakan, bahkan di musim panas sekalipun. Pasal, produk ini dianggap bakal menimbulkan gesekan berisiko lecet di bagian selangkangan.

Indikasi timbulnya infeksi jamur pun jadi pertimbangan warganet untuk tidak membeli celana dalam ini. Pasal, denim dikenal tidak mudah menyerap keringat sehingga membuat area pribadi cenderung lembab.

Kendati demikian, dilansir dari People, celana dalam denim ini telah habis terjual dalam pilihan ukuran L, XL, dan XXL. Fashion item tak biasa ini pertama kali terlihat di panggung Paris Fashion Week tahun lalu sebagai bagian dari koleksi Y/Project’s Spring/Summer 2019.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya