Jakarta Dunia fashion kerap dikaitkan dengan segala hal yang galmor dan mewah. Namun pada kenyataannya, bagi para pelaku bisnis dalam industri fashion, kematangan sebuah produk adalah hal yang utama. Ya, sekarang banyak orang mulai belajar menggeluti dunia fashion tidak semata-mata hanya untuk bergaya, namun juga untuk mencari nafkah.
Jakarta Fashion Week sebagai wadah besar dalam perkembangan industri fashion Indonesia, berkolaborasi dengan Instituto Marangoni mengadakan workshop bertema "Crafting Future: Creating a Strong Brand Identity by Leveraging One's Own Cultural Heritage".Â
Advertisement
Baca Juga
Bersama Mevin Murden, Director of Education Instituto Marangoni Shanghai Training Centre. Mevin menjelaskan bahwa untuk memulai bisnis fashion, seorang desainer harus berpikir secara global. Menurutnya, penting untuk berpikir bahwa fashion harus bisa dijadikan sebagai bisnis yang menghasilkan uang.
"Bukan menjual apa yang sudah kamu buat, tapi lebih penting untuk membuat apa yang bisa kamu jual," jelas Mevin ketika workshop berlangsung.
Selain mindset dari desainer itu sendiri, penting untuk memperhatikan konsumen yang akan membeli produk yang dijual nantinya. Menurut Mevin, generasi milenial memiliki banyak perbedaan dengan generasi sebelumnya dalam hal kebiasaan berbelanja barang fashion.
Â
Â
Saksikan video menarik setelah ini
Memperhatikan kebiasaan konsumen saat ini
Merangkum dari penjelasan Mevin, saat ini, konsumen tidak hanya sebatas membeli barang, namun juga memperhatikan cerita yang ada di baliknya.
"Generasi milenial menyukai storytelling atau sistem penjualan yang melibatkan mereka. Interaksi. Selain itu, banyak konsumen sekarang lebih concern membeli barang yang sustainable," ungkap Mevin.
Advertisement
Identitas brand yang kuat
Fokus dari workshop ini adalah bagaimana para desainer tidak hanya memahami pasar lokal, namun juga dapat menjual produk mereka secara internasional dengan identitas brand yang kuat. Mevin mengakui bahwa desainer Indonesia seharusnya memiliki identitas brand yang sangat kuat, dilihat dari kekayaan budayanya. Bagaimana menurutmu?